Sesaat setelah Ken duduk di mobil di samping Andreas, Andreas segera bertanya, “tuan muda, kenapa tidak menelponku? Biasanya tuan muda selalu menelpon kalau mau pulang.”Ken meraba saku bajunya. “Handphoneku tidak ada. Nampaknya jatuh.”“Jatuh dimana, tuan muda? Biar aku suruh Silvia atau Mathias mencarinya. Nampaknya mereka masih di atas.”“Tidak usah. Aku tidak memerlukan handphone itu lagi. Kamu cukup beritahu Silvia dan Mathias untuk langsung ke bandara.”“Langsung ke bandara? Buat apa, tuan muda?”“Kita ke Hongkong. Malam ini juga. Jet pribadiku masih parkir di bandara, kan?”“Iya, tuan muda. Tapi, kenapa begitu mendadak?”“Tidak mendadak karena ini seharusnya aku lakukan sejak lama. Aku harusnya sudah berada di Hongkong untuk mengamankan posisi Presiden Direktur, jangan sampai jatuh ke tangan Paman keduaku yang penjudi itu. Diamond Grup pasti akan hancur kalau dipegang paman kedua yang tidak tahu bisnis dan pasti akan membiarkan kendali Diamond Grup pada orang-orangnya yang akan
Untuk beberapa saat, tidak ada yang mengangkat panggilan telpon yang dilakukan Ken ini, hingga akhirnya, Lidya girang karena terdengar jawaban dari sana.“Halo, Ken. Kamu dimana? Aku ingin ketemu …” Lidya terdiam lagi karena tidak ada jawaban dari ujung sana. Tidak ada suara Ken di sana.Lidya bahkan sempat menjauhkan handphone dari pipinya untuk melihat ke arah layar untuk memastikan kalau kontak yang dia telpon sudah benar.Lidya kembali mendekatkan handphone-nya ke telinganya dan terdengar suara sayup-sayup seperti suara orang sedang mendesah. Lidya fokus untuk mendengar suara-suara di ujung sana dan dia semakin kaget saat mendengar suara desahan wanita.Sebelumnya hanya ada suara desahan lelaki tapi kini, ternyata ada suara wanita di ujung sana. Ini membuat Lidya langsung menutup telpon dan melangkah ke arah luar ruangan Tim Alpha ini.Saat Lidya keluar ruangan, Edmund dan wanita muda yang berada di sampingnya, langsung tertawa terbahak-bahak karena sejak tadi mereka harus menahan
Ke lantai satu. Lidya yakin kalau Graham akan mencarinya di lantai basement karena mobil milik Lidya selalu diparkir di basement, karena itu, Lidya tidak menuju ke lantai basement seperti tujuan awalnya.Lidya memilih untuk menekan tombol satu ke lantai satu. Lidya berencana meninggalkan mobilnya di situ. Lidya lebih memilih naik taksi daripada harus bersama Graham. Walaupun hubungan Lidya dengan Ken sedang bermasalah, tapi, Lidya tidak mau menambah masalah.Bagi Lidya saat ini, menjauhi makhluk cowok itu adalah keharusan. Apalagi cowok yang sudah nyata-nyata ,menyukai dirinya seperti Graham itu.Begitu pintu lift di lantai satu terbuka, Lidya bergegas keluar dari lift untuk langsung menuju ke arah pintu keluar. Sambil berjalan cepat, Lidya berusaha memesan taksi online lewat handphone-nya.Setelah keluar dari pintu keluar utama Mulia Investment, Lidya tidak menghentikan langkahnya, Lidya tidak mau berhenti di depan pintu tapi memilih untuk berlari ke pintu kantor yang sebelah kanan,
"Ini bukan tulisannya, Ken. Cara nulisnya beda. Ini benar-benar bukan Ken." gumam Lidya saat dia memperhatikan perbedaan antara tulisan Ken sebelumnya dengan tulisan Ken pada chat-nya malam ini yang menyatakan Ken sedang berada di sebuah kelab malam."Apakah handphonenya Ken diambil orang atau jatuh dan orang yang menemukan handphone itu sengaja memfitnah Ken?" Lidya mengerutkan keningnya."Tapi kalau dia capek-capek memfitnah Ken, itu berarti dia mengenal Ken atau mengenal aku, sehingga dia memfitnah Ken. Tunggu dulu, jangan-jangan aku juga difitnah oleh mereka sehingga Ken kelihatan sedih seperti yang dibilang oleh Lukman tadi?" kali ini Lidya memegang dagunya."Duh, apa yang terjadi sih? Si Ardi kan sudah tidak ada. Kalau ada orang yang mencoba memfitnah aku dan Ken, lalu itu siapa?" batin Lidya sambil hari menghela nafas panjang seolah memikul beban yang sangat berat.Setelah itu, mungkin karena dia merasa lelah, dia berusaha untuk tidur.Lidya terbangun saat mobil yang dinaiki in
Ken sudah berada di bandara untuk menuju ke jet pribadinya ketika Andreas menyerahkan HP milik Andreas kepadanya. “Siapa yang telpon?”“Tony. Dia ingin bicara denganmu, tuan muda,” jawab Tony.Ken yang sedang sedih, tidak ingin bicara dengan siapa pun, karena itu, dia berkata, “tanya Tony, apa yang ingin dia katakan.”“Baik.” Andreas kembali mearuh HP-nya ke telinganya setelah itu, Andreas berjalan untuk mengikuti Ken yang terus berjalan menuju ke arah ruang tunggu bandara.“Tony bilang, ini soal Nona Lidya, tuan muda,” kata Tony dari belakang.Kata-kata Andreas itu membuat Ken menghentikan langkahnya. “Lidya? Kenapa dengan Lidya?”“Lidya datang ke rumah mencarimu, tuan muda. Di sana dia bertemu dengan Tony.”“Lalu?”“Lidya terlihat sedih dan menanyakan alamatmu, tuan muda.”“Untuk apa lagi dia menanyakan alamatku setelah apa yang dia lakukan.”“Aku tidak tahu, tuan muda …”“Huh! Dia pasti berpikir bisa tetap bersamaku walau dia sudah berhubungan dengan bos baru itu,” batin Ken.Ken p
“Kamu akan melakukan ini lagi, hah?” tanya Ken sambil tertawa mengejak.“Sebelumnya aku memang gagal marayumu. Tapi, itu karena kamu sedang baik-baik saja dengan pacar barumu. Tapi … sekarang beda, kan?” tanya Clarissa sambil terus membuka bajunya.“Apa maksudmu?”“Aku mendengar pembicaraan anak buahmu tadi di pesawat ini.”“Pembicaraan apa?”“Mereka memang tidak tahu akan apa yang persisnya terjadi antara kamu dan pacar barumu. Tapi, mereka membicarakan tentang keputusanmu yang tiba-tiba pulang ke Hongkong padahal sebelumnya kamu bilang baru akan membawa pacar barumu pulang ke Hongkong kalau kamu sudah selesai menguji hatinya. Iya kan?”Ken cuma terdiam mendengar kata-kata Clarissa ini.“Anak buahmu tidak berani mengambil kesimpulan, tapi aku tahu pemikiran mereka. Aku tahu apa yang terjadi. Aku tahu kalau dia sudah gagal dalam ujian yang kamu adakan itu, kan? Iya kan? Let me guess … apa dia selingkuh darimu?” tanya Clarissa sambil menatap Ken.Tapi Ken cuma membalikkan tubuhnya, tid
Sebuah papan nama yang menunjukkan kalau memang tempat yang ada di video call ini adalah tempat yang bernama Everhart Stardust.“Kamu bukan Ken, kan? Iya kan? Siapa kamu? Mengapa kamu coba memfitnah Ken?” kata Lidya saat permohonannya supaya orang itu mengarahkan kamera ke arah orang memegang HP, tidak diindahkan.Video call berhenti. Kemudian, kembali masuk pesan WA yang menyatakan kalau dia adalah Ken.Lidya segera menelpon dan telpon Lidya ini diangkat. “Aku tidak percaya kalau kamu Ken. Ken tidak pernah pergi ke kelab malam. Dan kalau kamu Ken, kenapa kamu tidak mau menunjukkan wajahmu, hah?!” sembur Lidya.Sambungan telpon kembali diputus dari sebelah sana. Kemudian, ada pesan WA lagi yang masuk ke HP-nya Lidya dari nomornya Ken.“Aku sudah berjanji kepada ayahmu untuk tidak pernah lagi memperlihatkan wajahku kepadamu dan aku harus memegang perkataanku.” Itulah isi pesan WA-nya.Lidya baru saja akan kembali menelpon tapi, ternyata nomor WA milik Ken itu, sudah tidak lagi aktif. S
Di landasan bandara Hongkong Internasional Airport ini, ada banyak orang yang berada di depan jet pribadi Diamond Grup untuk menyambut kepulangan tuan muda mereka. Ada banyak pegawai Diamond Grup yang dikerahkan Maggie Chung Kumala, Ibunya Ken untuk menyambut kepulangan Ken.Maggie yang sejak lama ingin sekali Ken pulang, sejak atahnya Ken sakit itu, sengaja mengerahkan banyak orang untuk menyambut kepulangan Ken, sebagai tanda syukur Maggie dan juga sebagai penyambutan bagi Ken, agar supaya, Ken bahagia kembali ke Hongkong dan segera mengambil kepemimpinan Diamond Group.Ken masih berada di atas tangga pesawat dan menatap ke arah bawah, melihat ke arah kerumunan orang yang menyambutnya di bawah sana serta mendengar teriakan-teriakan penyambutan kepadanya yang terus membahana itu.Tapi, yang dirasakan Ken saat ini, bukan lah rasa bahagia atau rasa bangga karena disambut oleh ribuan orang seperti ini, hingga harus meminta ijin khusus kepada pihak bandara.Karena yang dirasakan Ken saat