Semua Bab Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch): Bab 31 - Bab 40

95 Bab

Bab 31. Bencio Mulai Tahu

Sejak di mana Joseph mendengar laporan dari Ian, tentang penembakan waktu itu—banyak hal yang sekarang muncul dalam pikiran Joseph. Banyak terkaan-terkaan muncul di dalam benaknya. Hanya saja, Joseph tidak bisa mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya pada Isabel.Joseph ingin sekali mendapatkan jawaban dari banyak hal yang dia ingin tanyakan pada Isabel, tapi nyatanya tetaplah sangat sulit. Dia yakin seribu persen, pertanyaannya nanti tak akan dijawab oleh Isabel.Otak Joseph berusaha mencerna dengan baik, dan berusaha berpikir positive, tetapi apa sayangnya hatinya berkata bahwa ada yang telah disembunyikan Joseph. Pria itu yakin bahkan sangat yakin kalau selama ini Isabel menyembunyikan sesuatu.Suara ketukan pintu terdengar. Membuat Joseph yang tengah melamun langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Pun pria itu mememinta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Tuan…” Seorang pelayan menghampiri Joseph yang duduk di kursi kebesarannya.“Ada apa?” Joseph menat
Baca selengkapnya

Bab 32. Bergerak Cepat

Satu minggu berlalu, kejadian penembakan waktu itu berusaha untuk Isabel lupakan. Gadis itu sengaja tidak berlarut-larut menunjukkan rasa takut. Meski dia tahu, bahwa rasa takut tak bisa hilang darinya, tapi tetap Isabel berusaha untuk tenang.Trauma Isabel memang melekat. Dia berkali-kali hampir dibunuh, tapi lagi dan lagi dia selalu selamat dari bahaya. Seolah semesta memang belum mengizinkannya untuk meninggalkan dunia fana ini.Selama pemulihan hati dan jiwa, Isabel hanya tetap mengurung diri di penthouse Joseph. Jika dia ingin membutuhkan sesuatu, maka dia akan menitip pada pelayan untuk membelikannya barang atau bahan-bahan makanan pada pelayan—agar membeli di supermarket terdekat.Isabel bersyukur kejadian penembakan tempo hari, tidak membuat dirinya mendapatkan rentetan pertanyaan dari Joseph. Akan tetapi, jauh dari hatinya paling dalam, dia merasa bersalah pada Joseph.Diamnya Joseph tidak membahas tentang penembakan itu, membuat hati Isabel menjadi cemas tak menentu. Ada ras
Baca selengkapnya

Bab 33. Dalam Pengejaran

Joseph sudah membeli barang-barang kebutuhannya. Pria itu hanya sedikit membeli barang yang diinginkan. Isabel yang ada di samping Joseph malah fokus membeli makanan. Pria itu sempat meminta Isabel untuk membeli barang-barang selain bahan-bahan makanan, tapi malah gadis itu menolak.Selama tinggal di penthouse Joseph, tentu Isabel sudah merasa tercukupi. Gadis itu bahkan memiliki banyak dress, sepatu, tas, jam tangan, dan beberapa perhiasan yang diberikan oleh Joseph. Padahal Isabel tidak pernah meminta untuk diberikan barang mewah, akan tetapi tanpa diminta ternyata Joseph sudah menyediakan.“Isabel, apa kau tidak ingin membeli dress baru ataupun sepatu?” tanya Joseph seraya menatap Isabel. Dia baru saja selesai mengantar Isabel dari tempat khusus makanan yang ada di mall.Isabel menggeleng. “Tidak, Joseph. Dress dan sepatuku masih sangat banyak. Kau kan selalu membelikanku barang-barang bagus. Lemari sudah penuh.”Joseph tersenyum samar menatap Isabel. Sifat Isabel memang sedikit be
Baca selengkapnya

Bab 34. Terbongkar

Mata Joseph begitu menyalang penuh amarah melihat ada sepuluh pria berbadan besar mengepung dirinya dan Isabel. Pria itu tak gentar ataupun takut. Sekalipun dia berhadapan dengan ribuan orang, tetap tidak akan membuat nyali seorang Joseph Afford menjadi menciut. Aura wajah Joseph menunjukkan kemarahan tertahan. Otaknya langsung mencerna bahwa apa ini semua adalah jebakan. Mobilnya tiba-tiba mogok di tengah jalan. Ini artinya semua adalah rencana jebakan hingga membuatnya dan Isabel berakhir di sini. Napas Joseph memburu. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat.“¡Déjanos a nosotros la chica a tu lado!” Salah satu pengawal berbicara dalam bahasa Spanyol.(Serahkan gadis di sampingmu pada kami!)Joseph tidak bodoh. Pria itu memiliki darah Spanyol dari ibunya. Dia langsung menjawab dengan bahasa spanyol. “Atrévete a llevarte a mi novio, luego me aseguraré de que mueras.”(Berani mengambil wanitaku, aku pastikan kalian akan mati!”Tangan Isabel bergetar ketakutan mendengar pe
Baca selengkapnya

Bab 35. Kekecewaan yang mendalam  

“Joseph, tunggu. Biar aku jelaskan.” Isabel menahan lengan Joseph, di kala dirinya dan pria itu sudah tiba di penthouse. Ya, butuh perjuangan tidak mudah untuk Isabel meminta sepuluh pengawal ayahnya, untuk pergi dari hadapannya. Karena gadis itu tidak akan mungkin ikut dengan pengawal—serta meninggalkan Joseph. Hal tersebut tidak akan mungkin terjadi.Joseph menghempaskan kasar tangan Isabel. Sepasang iris mata pria itu terhunus tajam, menatap Isabel dengan penuh kemarahan. “Penjelasan sialan apa yang kau berikan padaku, hah?! Semua sudah jelas! Kau menipuku dengan wajah lugumu!” Nada bicara Joseph meninggi di sini.Joseph tidak akan mungkin menerima begitu saja, di kala dirinya ditipu oleh seseorang yang dia sangat percayai. Selama ini, Joseph sudah percaya dengan Isabel, tapi ternyata dirinya malah dikecewakan dengan luar biasa. Kepercayaan Joseph bisa dikatakan telah sirna pada Isabel. Hal yang paling dibenci oleh Joseph adalah dibohongi. Pria itu membenci kalau sampai ada yang m
Baca selengkapnya

Bab 36. Ketakutan Isabel  

“Sayang, kenapa kau melewatkan makan malam?” Inez menghampiri Benicio yang duduk di kursi singgasananya. Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu menemui sang suami yang melewati jam makan. Di ruang makan, suaminya itu malah tidak ada. Hal itu yang membuat Inez segera menemui sang suami.Benicio memijat pelipisnya. Pria paruh baya itu pusing memikirkan Isabel. Hal tersebut yang membuatnya tidak bisa makan. Dia tidak bisa tenang kalau putrinya belum ditemukan.“Aku tidak lapar. Kau istirahatlah duluan, Inez. Aku masih ingin di sini.” Benicio meminta Inez untuk segera masuk ke dalam kamar. Pria paruh baya itu meminta istrinya untuk istirahat lebih dulu.Raut wajah Inez nampak kesal dan tak suka mendengar apa yang Benicio katakan. “Aku mana bisa tidur kalau kau masih di sini, Sayang.” Dia menolak keinginan sang suami yang memintanya untuk tidur duluan.Benecio mengembuskan napas kasar. “Aku masih menunggu pengawalku. Tadi aku mendapatkan informasi kalau mereka akan melaporkan tenta
Baca selengkapnya

Bab 37. Patah Hati

Joseph menenggak vodka di tangannya hingga habis. Sudah tak lagi terhitung berapa banyak botol minuman yang dia minum. Emosi dalam dirinya, membuatnya lepas kendali. Kemarahan yang mengumpul menjadi satu, membuatnya begitu panas akibat api amarah yang membakar. Dalam hidup, belum pernah satu kalipun dia merasakan kekecewaan sedalam ini. Ya, dia tak pernah mengira kalau gadis lugu seperti Isabel ternyata bisa membohongi dirinya.Joseph selama ini menganggap dirinya telah membantu gelandangan. Dia selalu takut Isabel sendirian di luar sana. Apalagi yang dia tahu Isabel sudah tidak lagi memiliki keluarga. Tapi, ternyata apa yang Joseph pikirkan salah besar. Fakta yang ada di depan matanya adalah Isabel seorang putri mahkota dari kerajaan Spanyol.Joseph seolah masuk dalam lelucon yang telah sengaja disiapkan oleh Isabel. Pria itu merasa dipermainkan. Hal tersebut yang membuat Joseph sangat marah. Walaupun Isabel sudah menjelaskan padanya tetap saja dia tidak bisa menerima dengan mudah.
Baca selengkapnya

Bab 38. Isabel Jatuh Sakit

Bibir Donna melumat liar dan penuh nafsu bibir Joseph. Mereka berciuman penuh nafsu tanpa sama sekali adanya rasa cinta. Donna mengusap dada bidang Joseph seolah menunjukkan tanda di mana dia sengaja menggoda pria itu.Joseph meremas kedua payudara Donna liar hingga membuat Donna merintih kesakitan. Tapi ringisan itu tentunya bercampur dengan desahan. Joseph tidak melakukan tindakan pelan. Dia bermain dengan Donna hanya untuk melampiaskan nafsu yang dimilikinya saja. Donna membuka satu demi satu kancing kemeja Joseph, namun tiba-tiba tepat di kancing terakhir ingin dibuka—malah Joseph menahan. Pria itu pun menghentikan cumbuannya di kala otaknya penuh dengan Isabel.Ya, ini memang sudah gila. Joseph biasanya selalu mencumbu banyak wanita, tanpa sama sekali memikirkan perasaan siapa pun. Akan tetapi entah kenapa malah sekarang hatinya seolah berat bahkan pikirannya tak tenang sama sekali.“Joseph, kenapa?” tanya Donna bingung di kala Joseph menghentikan permainan panas mereka. Padah
Baca selengkapnya

Bab 39. Ingin Bunuh Diri

“Tuan, apa Anda tidak ingin pulang? Ini sudah jam dua belas malam.” Ian mengingatkan Joseph, bahwa sekarang sudah pukul dua belas malam. Tuannya itu masih berada di kantor—seolah enggan ingin pulang.Joseph melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya. Pria itu menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya dan memejamkan mata lelah. Pikirannya kacau tidak bisa berpikir jernih. Amarah dan rasa kecewa masih menyelimutinya. Joseph tetap tidak bisa menerima begitu saja kebohongan yang telah dilakukan oleh Isabel.“Aku belum ingin pulang. Kau pulanglah duluan,” jawab Joseph dingin dan datar.Ian terdiam sebentar. “Tuan, saya tahu Anda pasti marah dan kecewa pada Nona Isabel.”Sejak di mana, Ian sudah tahu tentang fakta mengenai Isabel seorang putri kerajaan, dia sudah sangat yakin bahwa Tuannya pasti marah dan kecewa. Apalagi selama ini Isabel terlihat sangat polos. Itu yang membuat Tuannya merasa ditipu.Joseph mengembuskan napas kasar. “Tidak ada orang yang tidak marah jika ditipu oleh
Baca selengkapnya

Bab 40. Ungkapan Hati

Napas Isabel terengah-engah di dalam pelukan seorang pria. Matanya sembab akibat tangis yang tak kunjung mereda. Perlahan, mata gadis itu menatap sosok pria yang sudah menyelamatkan dirinya. Tampak matanya melebar terkejut melihat yang menyelamatkannya adalah Joseph.“J-Joseph?” Isabel tak mengira kalau Joseph akan menyusulnya.Joseph bangkit berdiri seraya membantu Isabel berdiri. Manik mata hazel pria itu berkilat tajam penuh amarah yang membakar. “Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu, Isabel? Kenapa kau ingin membunuh dirimu!” serunya dengan nada tinggi.Joseph tidak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran Isabel. Bisa-bisanya gadis itu ingin membunuh diri. Beruntung, dia datang lebih cepat. Jika saja terlambat, sudah pasti nyawa Isabel tidak akan bisa tertolong.Ya, tindakan Isabel membuat Joseph sangat marah. Pria itu murka di kala Isabel berusaha melukai diri sendiri. Emosinya kali ini semakin bertambah. Bukan emosi karena membenci, melainkan emosi yang terungkap karena khaw
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status