All Chapters of Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch): Chapter 21 - Chapter 30

95 Chapters

Bab 21. Dia adalah Hazel Afford

Joseph tak menemukan keberadaan Isabel. Pria itu sudah mencari ke berbagai titik ballroom hotel yang disewa oleh keluarganya. Hasil yang didapatkan adalah nihil. Dia tak menemukan keberadaan Isabel sama sekali. Apa yang dikatakan pelayan itu benar, bahwa Isabel tidak ada di toilet.Sialnya, Joseph lupa membelikan ponsel untuk Isabel. Alhasil, dia kelimpungan mencari Isabel. Ya, sekarang perasaan yang dirasakan Joseph adalah cemas, takut dan khwatir.Isabel belum makan. Gadis itu pun terlalu polos dan ceroboh. Itu yang membuat Joseph tidak bisa tenang sama sekali. Dia takut kalau ada orang jahat yang berniat melukai Isabel.“Ck! Kenapa aku bodoh sekali.” Joseph merutuki kebodohannya yang lupa memberikan ponsel pada Isabel. Seharusnya, hal-hal seperti itu tidaklah dia lupakan. Tapi, sialnya malah dia lupa. Padahal itu sangat penting.Joseph mondar-mandir tidak jelas dan memejamkan mata singkat. Dia berpikir kemungkinan ke mana Isabel pergi. Tidak mungkin Isabel melarikan diri. Tidak mun
Read more

Bab 22. Apa Kau Berniat Pergi dariku?

Isabel menatap bingung dan tak mengerti interaksi antara Joseph dan Hazel. Terlebih sangat terlihat jelas bahwa Joseph dan Hazel seakan mengenal dekat. Tentu saja, Isabel menjadi tidak mengerti. Akan tetapi, lepas dari kebingungannya yang sekarang Isabel harus tangani utama adalah emosi Joseph. Pasalnya emosi Joseph tidaklah stabil ketika mendengar dirinya mengalami kecelakaan. Isabel tak ingin Hazel disalahkan. Di sini yang salah adalah dirinya, bukan Hazel.“Joseph, yang salah aku bukan Hazel. Aku jalan tidak hati-hati. Sopir Hazel mengemudi dengan benar. Aku saja yang ceroboh.” Isabel segera membela Hazel. Tentu, dia tidak mau sampai Joseph marah pada Hazel. Joseph terdiam mendengar apa yang Isabel katakan. Dia sedikit kesal pada Isabel yang melarikan diri, tapi mendengar bahwa Isabel tabrakan membuatnya emosi. Sialnya, yang menabrak Isabel adalah saudara kembarnya sendiri.Lelucon macam apa ini? Persetan jika Isabel yang salah. Kalau saja pengemudi yang menabrak Isabel bukanlah
Read more

Bab 23. Rencana Licik Ibu dan Anak

PrangIsabel tak sengaja menjatuhkan salah satu foto Joseph yang ada di ruang tengah. Kaca dari bingkai foto itu sudah berserakan di lantai. Refleks, Isabel membersihkan pecahan kaca itu, namun pelayan yang ada di sana segera mencegah Isabel.“Nona, jangan.” Pelayan tak ingin sampai Isabel terluka.“Aku yang salah. Biar aku yang membersihkan pecahan kaca.” Isabel menatap sang pelayan dengan tatapan rasa bersalah. Dia tidak mau lepas tangan sampai membiarkan pelayan itu, membereskan yang dirinya kacaukan.“Nona, biar saya yang bersihkan saja. Nanti kalau Tuan Joseph tahu Anda membersihkan ini, beliau akan marah pada saya,” tutur sang pelayan sopan.Isabel terdiam sebentar dengan raut wajah muram. Sampai detik ini, Joseph masih mendiaminya. Joseph masih berpikir bahwa Isabel berniat untuk melarikan diri. Padahal, tidak pernah sedikit pun Isabel berniat untuk melarikan diri dari Joseph.“Hm, apa Joseph ada di kamar?” tanya Isabel pelan.Sang pelayan menggeleng. “Tidak, Nona. Dua jam lalu
Read more

Bab 24. Aku Tidak Bisa Kehilanganmu!

Jarum jam dinding bergerak detik demi detik. Isabel menatap ke jam dinding—waktu menunjukkan hampir pukul dua pagi. Gadis itu duduk di ranjang empuk Joseph. Ya, saat ini, gadis itu berada di kamar Joseph. Dia menunggu sampai Joseph pulang, tapi sampai detik ini Joseph belum juga pulang.Isabel menghela napas dalam. Dia sama sekali tidak mengira kalau Joseph dijam seperti ini, sampai belum pulang ke rumah. Jika saja, Isabel tahu ke mana Joseph pergi, pasti dia akan menyusul Joseph. Dia tidak tahan kalau terus berdiam-diaman dengan pria itu.“Apa Joseph tidak pulang?” gumam Isabel pelan menduga bahwa Joseph tidaklah pulang. Mungkin, karena terlalu marah padanya, membuat pria itu memilih untuk tidaklah pulang.Isabel mulai sedikit mengantuk. Tapi, dia memutuskan untuk menahan rasa kantuknya. Gadis itu tidak mau tidur sebelum Joseph pulang! Dia ingin menunggu Joseph. Akan tetapi, bagaimana kalau ternyata benar pria itu malam ini tidak pulang?Raut wajah Isabel menjadi muram membayangkan J
Read more

Bab 25. Kau Mengenal Mereka?  

“Kak Joseph!” Suara seruan Hazel memasuki penthouse mewah milik Joseph. Sontak, Isabel yang tengah duduk di ruang tengah bersama Joseph, sedikit terkejut mendengar suara seruan Hazel yang begitu keras. “Ck! Hazel, kau datang seperti orang utan! Kenapa kau berteriak-teriak seperti itu?” Mata Joseph menyalang tajam, menatap Hazel yang baru saja tiba. Pria itu sama sekali tidak mengira kalau saudara kembarnya datang ke penthouse-nya.Hazel mendengkus tak suka di kala Joseph tak menyambutnya dengan ramah dan baik. “Kau ini harusnya memelukku atau senang melihat kedatanganku! Kau sangat berbeda dengan Kak Justin dan Kak Nathan. Mereka saja selalu bahagia melihatku. Tapi malah tidak menunjukkan aura wajah bahagia. Menyebalkan sekali.”Hazel jengkel luar biasa pada saudara kembarnya yang tak menyambutnya dengan hangat. Saudara kembarnya itu sangat berbeda jauh dari kakak pertamanya dan kakak keduanya. Sungguh, Hazel sangat kesal. Jika saja Joseph bukan saudara kembarnya, sudah pasti Hazel
Read more

Bab 26. Tanda-Tanda Keberadaan Isabel

Ketegangan menyelimuti. Mobil Hazel melesat dengan kecepatan penuh—hingga membuat Isabel memekik terkejut. Bahu Isabel sampai bergetar ketakutan. Gadis itu tak mengira kalau Hazel mengemudikan mobil dengan sangat di luar akal sehat.“Ck! Siapa mereka?!” gerutu Hazel kesal. Dia sudah berusaha menghindar, tapi nyatanya dia sulit. Nampaknya yang mengejarnya ini bukanlah sopir biasa. Karena jika hanya sopir biasa, tidak akan mungkin bisa mengejarnya sampai seperti ini.Isabel menelan salivanya susah payah. “H-Hazel, s-sepertinya kita harus menghubungi Joseph.” Otak Isabel tidak mampu berpikir jernih. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Yang ada di dalam pikirannya adalah meminta pertolongan pada Joseph.Hazel mendesah kasar. “Kalau kita menghubungi kakakku yang ada kita mati duluan. Sudahlah, aku akan mengurus mereka.” Lalu, Hazel menepikan mobilnya—dan turun dari mobil menghadapi para penguntit.Mata Isabel melebar terkejut akan tindakan gila Hazel. Dia sama sekali tidak menyangka
Read more

Bab 27. Jangan Pernah Membohongiku   

Isabel tidur pulas bagaikan gadis kecil yang kelelahan karena baru pulang bermain. Sepulang gadis itu pergi dengan Hazel—dia langsung terlelap. Joseph tidak ingin mengganggu Isabel.Joseph tidak banyak bertanya. Dia membiarkan Isabel yang tertidur pulas. Pria itu merasa bahwa seharian pergi dengan Hazel, membuat Isabel kelelahan. Yang dia lakukan sekarang adalah menyelimuti tubuh Isabel dengan selimut tebal—dan memberikan kecupan di kening gadis itu. Joseph tersenyum melihat Isabel tidur seperti bayi. Pria itu yang menggendong Isabel yang tertidur di mobil Hazel. Ya, di kala mobil Hazel tiba di halaman parkir—dia mendapatkan telepon dari saudara kembarnya—kalau Isabel tertidur di mobil.Hazel tidak membangunkan Isabel, karena tak ingin mengganggu Isabel yang terlelap. Hal tersebut yang membuatnya menghubungi Joseph untuk membopong tubuh Isabel masuk ke kamar.Tentu, Joseph siaga di kala mendengar bahwa Isabel tertidur di mobil saudara kembarnya. Pria itu sejak tadi memang hanya di
Read more

Bab 28. Hampir Terkena Sasaran

Sejak kejadian penyerangan, Isabel menjadi tidak tenang. Gadis itu memang sudah terbebas dan selamat. Namun, kondisinya berubah total. Pasalnya pengawal istana sudah berhasil menemukan keberadaannya. Pun pengawal sudah melihat dirinya pergi bersama dengan Hazel. Hal tersebut yang membuat Isabel menjadi tidaklah tenang.Para pengawal istana sudah tahu keberadaannya. Dia yakin cepat atau lambat mereka akan tahu sosok Hazel. Otak Isabel terus berpikir, mencari jalan solusi terbaik. Sialnya, hasilnya semua buntu! Pernah ada satu jalan, bisa dikatakan menjadi jalan satu-satunya. Tapi jalan tersebut adalah melarikan diri dari Joseph agar dirinya tidak ditemukan pihak istana. Itu memang sangat gila!Tentu ide gila itu tidak akan mungkin Isabel sanggup lakukan. Gadis itu tidak bisa jauh dari Joseph. Ya, itu yang membuat Isabel sekarang menjadi dilema. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Cepat atau lambat, pasti identitasnya akan segera terbongkar. Entah bagaimana dia harus menjelaskan
Read more

Bab 29. Kecurigaan Joseph

Isak tangis Isabel terdengar sedikit keras dalam pelukan Joseph. Gadis itu meringkuk dalam pelukan Joseph—seperti kucing kecil yang meminta pertolongan. Tapi tentu rasa takutnya sedikit terobati, karena Joseph begitu memeluknya erat.Joseph tidak sama sekali melepas Isabel dari pelukannua. Pria itu malah semakin memeluk erat Isabel. Dia melindungi gadis itu. Dia tahu Isabel ketakutan mendengar suara tembakan.Ya, suasana restoran di mana Joseph berada menjadi riuh. Semua orang bersembunyi di bawah meja makan. Tidak ada yang berani berdiri karena takut terkena tembakan. Kaca yang pecah melukai beberapa orang yang kebetulan dekat dengan kaca. Semua orang panik dan ketakutan. Mereka semua pun tidak berani berlari keluar restoran, karena khawatir hal buruk menimpa mereka jika keluar restoran. Lalu, tak selang lama pihak kepolisian muncul.Semua orang tenang di kala polisi sudah datang, bersama dengan FBI. Lima FBI mengejar ke atap gedung—di mana ada penembak jarak jauh. Semua orang di s
Read more

Bab 30. Laporan Ian

Suara dering ponsel mengganggu Joseph tengah berlatih boxing di pagi hari. Awalnya, pria itu ingin mengabaikan panggilan tersebut, tapi akhirnya dia memutuskan untuk menghentikan latihannya—melepas sarung tinju—dan segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja.Joseph menatap ke layar terlihat terpampang nomor ayahnya menghubunginya. Decakan kesa lolos di bibir Joseph. Pria itu enggan untuk menjawab telepon ayahnya, tapi jika tak menjawab malah bisa jadi akan memiliki masalah besar.Kepala Joseph sudah pusing memikirkan masalah kemarin. Dia masih menunggu tentang informasi dari asistennya tentang penembak itu. Jika sekarang dia memiliki masalah lagi, kepalanya bisa pecah. Dia malas berdebat dengan sang ayah yang kerap mempeributkan hal-hal kecil.Joseph memutuskan untuk menjawab panggilan telepon itu.“Ada apa, Dad?” jawab Joseph dingin dan datar kala panggilan terhubung.“Kau di mana?” tanya Arthur tegas dari seberang sana. “Di penthouse-ku. Ada apa, Dad?”“Apa kau sudah bertemu
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status