Semua Bab Sentuhan Berbahaya (Dangerous Touch): Bab 11 - Bab 20

95 Bab

Bab 11. Kecurigaan Joseph

“Isabel, ternyata kau sangat hebat berkuda.” Pujian pertama lolos di bibir Aubree sambil menatap Isabel dengan tatapan bangga. Ya, saat ini mereka tengah duduk bersantai di kafe sambil menikmati makanan. Setelah selesai berkuda, Aubree mengajak Isabel, Joseph, dan Nathan untuk makan di kafe terdekat. Kelelahan berkuda, pastinya mereka membutuhkan asupan makanan.Isabel tersenyum mendapatkan pujian dari Aubree. “Tidak hebat, Kak. Kebetulan saja aku bisa.”“Well, dulu aku sangat takut setiap kali ibuku mengajakku berkuda. Kau tahu? Berkuda itu tidak mudah. Jika aku lihat tadi sepertinya kau sangat terlatih,” ujar Aubree yang kagum pada Isabel.“Hm, dulu aku belajar dari mendiang kakakku. Dia yang mengajariku untuk berkuda,” balas Isabel dengan suara tenang.“Kakakmu sudah tiada?” sambung Nathan yang kini penasaran.Isabel mengangguk. “Ya, aku hanya seorang diri di sini. Tidak memiliki siapa pun. Kakakku dan ibuku sudah tiada.”“Ayahmu?” sambung Aubree.Isabel terdiam sebentar ketika Aub
Baca selengkapnya

Bab 12. Aku Menyukainya

Aroma masakan lezat menyerbak ke ruang dapur. Sang pelayan sampai dibuat terkejut ketika masuk dapur—sudah tercium aroma lezat dari makanan. Hal yang membuat pelayan itu tercenang adalah Isabel yang memasak.“Nona?” Seorang pelayan melangkah terburu-buru mendekat pada Isabel.“Hm?” Isabel mengalihkan sekilas tatapannya pada sang pelayan.“Nona, kenapa Anda memasak? Harusnya saya saja. Nanti Tuan Joseph bisa marah,” kata sang pelayan yang sudah ketakutan.Isabel tersenyum hangat. “Joseph tidak akan mungkin marah. Aku sengaja ingin membuatkan makan siang special untuk Joseph.”Pagi tadi ketika sarapan bersama dengan Joseph, ide di kepala Isabel adalah membuatkan makan siang untuk Joseph. Meskipun tak terlalu hebat dalam memasak, tapi Isabel pernah diajari memasak oleh ibu dan kakaknya. Itu kenapa dia sekarang ingin kembali mempraktekan apa yang dirinya bisa.“Nona, tapi—”“Lebih baik kau membantuku mengeluarkan buah-buahan yang ada di kulkas. Sekaligus bantu aku menyiapkan minuman,” uca
Baca selengkapnya

Bab 13. Bagaimana Cara Membayar Utang Budi?

Isabel terbangun di pagi hari dengan senyuman sumiringah. Gadis itu tersenyum-senyum membayangkan tentang kejadian tadi malam. Kejadian di mana membuat hatinya benar-benar bergejolak tak menentu.Isabel tak melupakan kata-kata Joseph. Bahkan akibat perkataan Joseph, membuatnya bertemu dengan pria itu di dalam mimpinya. Sungguh, dia seperti gadis remaja yang tengah jatuh hati. Saat Isabel tengah tersenyum-senyum membayangkan mimpinya tadi malam bertemu Joseph—tiba-tiba terdengar ada yang mengetuk pintunya. Gadis itu yakin yang datang bukanlah Joseph. Karena jika Joseph, maka sudah pasti Joseph tak perlu mengetuk pintu.“Iya, masuk,” ucap Isabel pelan meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam kamarnya.“Nona?” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Isabel.Isabel menatap sang pelayan. “Iya?”Sang pelayan menunduk. “Nona, maaf mengganggu tapi Tuan Joseph meminta Anda untuk bersiap-siap. Hari ini beliau akan mengajak Anda ke butik.”Mata Isabel melebar. “Joseph ingin
Baca selengkapnya

Bab 14. Bibirmu Seperti Nikotin  

Hati dan pikiran Isabel tidak tenang memikirkan utang budinya pada Joseph. Dia ingin sekali bertanya pada Joseph, namun sepertinya Joseph tak akan langsung memberi tahukannya.Entah apa pun itu, yang sekarang Isabel rasakan adalah perasaan yang bergejolak dan menggebu-gebu. Gadis itu sama sekali tidak bisa menutupi lagi perasaannya. Dia sangat bahagia. Belum pernah sekalipun Isabel merasakan perasaan bahagia seperti sekarang ini.“Makanlah. Aku tidak mau kau kurus.” Kalimat ini membuyarkan sedikit lamunan Isabel. Ya, saat ini Joseph dan Isabel berada di sebuah restoran. Joseph mengajak gadis itu makan siang setelah dari butik. “I-iya, Joseph.” Tanpa sama sekali bantahan, Isabel mulai menikmati makanan yang terhidang di atas meja. Begitu juga dengan Joseph yang menikmati makan siangnya. Seperti biasa menu yang dipilih Joseph adalah menu makanan sehat. “Joseph,” panggil Isabel pelan.“Ada apa?” Joseph menikmati makananya, sedikit melirik Isabel.Isabel terdiam sebentar. “Joseph, kena
Baca selengkapnya

Bab 15. Tadi Malam Aku Mimpi Indah

Isabel mengerjap beberapa kali dan menguap. Sinar matahari telah menelusup masuk ke dalam sela-sela jendela—dan menyentuh wajah mulusnya. Gadis itu menyeka matanya dengan punggung tangannya.Saat kesadaran Isabel mulai pulih, tatapan Isabel menyorot ke sekeliling kamarnya. Sejenak, dia pun langsung diam berpikir. Ada sesuatu hal yang mengganjal dalam dirinya. Seingatnya tadi malam dirinya menunggu Joseph sampai tertidur di ruang tengah. Tapi kenapa sekarang dirinya berada di dalam kamar?Isabel terdiam memikirkan semua ini. Tidak mungkin pelayan yang menggendongnya. Pun tidak mungkin dia tidur sambil berjalan. Kalau begitu siapa yang menggendongnya?Tiba-tiba sesuatu hal menelusup masuk ke dalam pikiran Isabel. Sontak, mata gadis itu melebar ketika membayangkan yang ada di dalam pikirannya. Tentu siapa lagi kalau bukan Joseph?Isabel menyibak selimut, hendak ingin keluar dari kamarnya, namun seketika ingatannya teringat akan mimpinya tadi malam. Senyuman malu-malu di wajahnya pun terl
Baca selengkapnya

Bab 16. Yang Kau Rasakan adalah Nyata

Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Joseph belum juga kunjung pulang. Sejak tadi, Isabel duduk di ruang tengah menatap pintu. Gadis itu berharap bahwa Joseph akan muncul segera pulang, namun sayangnya sampai detik ini pria itu tak kunjung datang.“Kenapa Joseph belum pulang?” gumam Isabel pelan.“Nona Isabel?” Sang pelayan melangkah mendekat ke arahnya.“Ya?” Isabel mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.Sang pelayan menunduk di hadapan Isabel. “Nona, ini sudah malam, apa Anda ingin terus berada di sini? Apa Anda belum ingin istirahat?” tanyanya sopan.Isabel menggeleng pelan. “Aku ingin menunggu Joseph pulang.”“Nona, sepertinya Tuan Joseph masih memiliki pekerjaan yang beliau harus kerjakan,” jawab sang pelayan sopan. “Tidak apa-apa. Aku akan menunggu Joseph,” balas Isabel lembut.“Baiklah, Nona. Jika Anda ingin membutuhkan sesuatu, Anda bisa menghubungi saya.”“Iya, terima kasih.”“Saya permisi.” Pelayan itu menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadap
Baca selengkapnya

Bab 17. Apa Ini yang Dinamakan Jatuh Cinta?

Isabel tak bisa tidur sepanjang malam. Kata-kata Joseph terus terngiang di dalam benaknya. Dia merasakan bahwa dirinya berada di dunia mimpi, tapi kenyataan membawanya bahwa ini semua nyata bukanlah di dalam dunia mimpi.Rasanya jantung Isabel ingin berhenti berdetak. Gadis itu mengingat tadi malam dirinya meminum kopi melalui mulut Joseph. Demi Tuhan! Isabel sudah berkali-kali memberikan tamparan di wajahnya demi membuktikan ini adalah nyata. Hasil yang Isabel dapatkan adalah dia tetap berada di dunia ini. Itu menandakan bahwa kejadian tadi malam bukanlah mimpi. Semua terasa sangat amat nyata. Bukanlah sebuah ilusi. Akan tetapi, hal yang paling membuat Isabel menjadi salah tingkah adalah ketika dirinya bercerita pada Joseph, bahwa ada pangeran tampan hadir di mimpinya dan mencium bibirnya.Ah, itu sungguh memalukan! Ternyata itu bukanlah mimpi melainkan kenyataan sama seperti kejadian tadi malam di mana dirinya meminum kopi melalui mulut Joseph.Saat Isabel tahu bahwa Joseph menciu
Baca selengkapnya

Bab 18. Pesta yang Tak Disangka

Isabel belum pernah merasakan sebahagia ini. Bangun pagi terbangun dalam keadaan berada di pelukan Joseph adalah sebuah kebahagiaan yang tak pernah dia pikir terjadi di dalam hidupnya. Menatap keindahan paras tampan Joseph, membuat sejak bangun pagi jantung Isabel sudah meronta-ronta. Jika ini yang dinamakan jatuh cinta, maka itu artinya dia memiliki perasaan bahagia dan takut yang melebur menjadi satu.Isabel bahagia melihat pria yang dia cintai. Tetapi, tak dipungkiri bahwa gadis itu juga memiliki ketakutan sendiri. Ketakutan kehilangan sosok yang dia puja. Isabel belum siap merasakan sakit luar biasa. “Mau sampai kapan kau melihatku seperti itu, Isabel?” Joseph bersuara dan sontak membuyarkan lamunan Isabel—yang tengah menatap dalam dan lekat pria itu. Isabel salah tingkah. “J-Joseph? Kau sudah bangun kenapa masih memejamkan mata?” serunya jengkel. Gadis itu tengah asik menatap Joseph, karena dia pikir Joseph masih memejamkan mata. Tapi ternyata malah Joseph hanya memejamkan ma
Baca selengkapnya

Bab 19. Perjodohan Tersirat  

Jantung Isabel seakan ingin berhenti berdetak mendengar apa yang Arthur katakan. Seperti bumi yang berhenti pada porosnya, tubuh Isabel nyaris tersungkur di lantai. Untungnya, wanita itu menginjakkan kaki kuat di lantai. Jika tidak, sudah pasti dirinya akan tersungkur—dan berhasil menyita perhatian banyak orang di sana.Kegelisahan menyelimuti Isabel. Rasa takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Otaknya berputar mencari solusi. Tetapi sayangnya, tidak bisa sama sekali menemukan jalan keluar. Napas Isabel merasakan sesak akibat kepanikan dan ketakutan menyelimutinya.‘Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?’ batin Isabel yang benar-benar seakan ingin meronta-ronta.Jika Isabel panik dan cemas, lain halnya dengan para menantu di keluarga Afford yang sangat senang mendengar kabar tentang Arthur yang mengundang Raja dan Permaisuri Spanyol. Dua kakak laki-laki Joseph pun ikut senang akan keputusan ayah mereka, yang ternyata mengundang Raja dan Permaisuri Spanyol. Namun, hany
Baca selengkapnya

Bab 20. Melarikan Diri

Isabel berjalan cepat keluar meninggalkan pesta. Gadis itu tadi sempat berada di toilet, namun sayangnya dia bertemu dengan pengawal dari kerajaan. Itu yang membuatnya berlari keluar meninggalkan pesta. Bersyukur di pesta itu tidak ada media sama sekali. Jika ada, entah apa yang harus Isabel lakukan.Isabel berlari keluar meninggalkan pesta menggunakan masker di wajahnya. Untungnya, di dalam clutch miliknya ada masker wajah. Dia memang sudah mengantipasi kemungkinan terburuk. Yang dia pikirkan adalah mungkin saja ada yang mengenalinya. Sialnya yang dia temui bukan hanya orang yang sekedar mengenalinya saja. Tetapi, dua sosok yang telah dia hindari.Dalam riasan glamour seperti ini, akan mempermudah Isabel ditemukan oleh keluarganya ataupun oleh kerabat dari keluarganya. Ya, menjadi Putri dari Raja Spanyol adalah hal yang tidak pernah diinginkan Isabel Ortiz.Isabel lelah harus berlari ke sana-sini, demi menghindari orang-orang yang tak ingin dia temukan lagi. Dia sudah berlari meningg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status