Home / Pernikahan / Terjerat Hasrat Mafia Dingin / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Terjerat Hasrat Mafia Dingin : Chapter 81 - Chapter 90

130 Chapters

Identitas Stevi

Seorang wanita memakai kaca mata hitam dan topi berwarna coklat sedang duduk di pojokan cafe. Dia menutup sebagian wajahnya senja buku menu. Dia tidak ingin keberadaanya di ketahui orang. Terlebih pada tiga orang yang duduk berjarak tiga meja di depannya.Sang Suami pasti akan marah bila tau kalau dirinya ada di sini. Akan tetapi, jauh lebih penting mengetahui keputusan akhir.Tidak mungkin Andreas melepaskan pewaris tunggal dan membiarkan pengorbanan Alex terbuang sia-sia....Di meja lain. Andreas sudah menyelesaikan sarapannya. Dia menatap dalam manik mata biru orang di hadapannya. "Kau sudah selesai, sepertinya aku harus pergi." Andreas menggeser sedikit lengan bajunya dan melihat jam tangan."Maaf Tuan, saya membuang waktu Anda," ucap Keanu sungkan.Stevi menggenggam tangan Keanu dan melempar pandangan ke Papanya."Paa, kami memutuskan untuk menikah dan pergi jauh dari kota ini. Mungkin di negara lain, kami akan mendapatkan kehidupan lebih tenang," ucap Stevi mantab.Andreas
Read more

Debora yang malang

Di tempat berbeda Debora duduk di tepi ranjang. Dia menatap nanar ke setumpuk kertas di hadapannya. Masih sama, matanya tak henti mengeluarkan buliran bening."Apa yang harus aku lakukan sekarang Bii?" tanya Debora kosong.Dunianya terasa hancur lebur. Tak ada lagi yang membuatnya semangat. Dia nampak seperti mayat hidup yang mencoba berbaur dengan manusia lain.Bibi Lauren memeluk Debora lekat. Dia sudah menganggap sebagai putrinya sendiri. wanita tua itu bisaaapapun. Kau harus yakin kalau Angel akan baik-baik saja," jawab Bibi Lauren mengecup pucuk kepala Debora.Wanita tua itu masih ingat jelas bagaimana keadaan Debora saat pertama kali berjumpa dengannya. Sangat memilukan.Banyak luka lebam di tubuhnya. Yang paling menyesakkan adalah dia datang dalam keadaan hamil besar.Selama sepuluh tahun Debora berjuang sendiri. Mencari pundi-pundi uang untuk meencukupi kebutuhann putri semata wayangnya."Bibi, aku hanya ingin membalaskan dendamku. Tapi apa? Aku malah kehilangan satu-satunya p
Read more

Kegagalan Alex

Di tempat berbeda Debora duduk di tepi ranjang. Dia menatap nanar ke setumpuk kertas di hadapannya. Masih sama, matanya tak henti mengeluarkan buliran bening."Apa yang harus aku lakukan sekarang Bii?" tanya Debora kosong.Dunianya terasa hancur lebur. Tak ada lagi yang membuatnya semangat. Dia nampak seperti mayat hidup yang mencoba berbaur dengan manusia lain.Bibi Lauren memeluk Debora lekat. Dia sudah menganggap sebagai putrinya sendiri. wanita tua itu bisaaapapun. Kau harus yakin kalau Angel akan baik-baik saja," jawab Bibi Lauren mengecup pucuk kepala Debora.Wanita tua itu masih ingat jelas bagaimana keadaan Debora saat pertama kali berjumpa dengannya. Sangat memilukan.Banyak luka lebam di tubuhnya. Yang paling menyesakkan adalah dia datang dalam keadaan hamil besar.Selama sepuluh tahun Debora berjuang sendiri. Mencari pundi-pundi uang untuk mencukupi kebutuhan putri semata wayangnya."Bibi, aku hanya ingin membalaskan dendamku. Tapi apa? Aku malah kehilangan satu-satunya peny
Read more

Malaikat penolong

Alex duduk di tepi ranjang. tangannya mengelus lembut rambut panjang yang teruai. hatinya pedih melihat semua ini.Ingin rasanya dia mengulang waktu dan mencegah semuanya terjadi. Dia melempar pandangan ke arah berbeda. Terdapat setumpuk kertas daba beberapa di antaranya berserakan di atas meja.Alex bangkit dari ranjang dan melanagkah mendekati sofa. Dia duduk di sana dan meraih lembaran kertas tersebut."Love you Paman Baik." Alex membaca barisan huruf abstrak yang tertulis di bagian atas gambar orang.Alex tak bisa membayangkan kalau gadis kecil ini begitu mengidolakannya. Perasaan Alex semakin hancur melihat semua ini."Alex?" terdengar suara Debora dari belakang.Alex memutar badan dan melangkah mendekat ke ranjang. Dia memeluk erat wanita yang baru bangun.Debora terdiam. Dia baru tau kalau Alex bisa sehangat ini. Biasanya dia akan mendengar caciannya setiap hari."Kau kenapa kesini?" tanya Debora."Kau sangat bodoh, kenapa kau memaksa pergi? Lihat lukamu! Luka ini masih butyh b
Read more

Permohonan Bibi Lauren

Alex baru saja terbangun dari tidurnya. Dia matanya tertuju pada sosok cantik yang sedang terbaring di sampingnya. Paras cantik yang mampu mengubah dunia kelamnya.Perlahan dia bergeser. Dengan hati-hati dia berpindah tempat agar dirinya tidak menggangu wanita yang sedang terlelap itu. Pria itu menarik selimut dan menutupi tubuh polos sang wanita."Aku berjanji akan menyelesaikan semuanya untukmu," ucap Alex mendaratkan kecupan lembut di kening Debora.Dia melangkah keluar kamar dan menutup pintu dengan hati-hati. Langkahnya menuju satu ruangan di ujung lorong.Pria itu membuka pintu. Ada Bibi Lauren dan Joe yang masih duduk menanti kedatangannya. Keduanya menampakkan wajah cemas.'Astaga, kenapa mereka seserius ini?' batin Alex.Alex duduk di sofa. Di hadapannya ada Bibi Lauren dan Joe. Keduanya masih menatap pria itu dengan tetapan yang sama."Bibi, Debora baik-baik saja, aku akan menyusuri pesisir lautan untuk menemukan Angel. Tidak di temukan barang-barang anak itu, jaket, topi, a
Read more

Angel dan Kakek-nenek

Angel baru saja membuka matanya. Dia tidak percaya dengfan apa yang dia lihat kali ini. Semua warna dapat dia lihat. Bukan hanya warna hitam dan putih. Yang membuatnya lebih bahagia adalah ... Semua terlihat jelas, tidak buram lagi.Tubuhnya masih terasa sakit. Namun rasa penasarannya lebih kuat. Dengan menahan rasa sakit dia menurunkan kaki dari kasur.Dia memandang sekitarnya. Semua terlihat asing. Ini bukan rumah Tuan baik hati ataupun rumahnya yang dulu.Meskipun sebelumnya dia hanya melihat dengan pemandangan berkabut. Tapi di bisa mengingat dengan jelas kalau ini adalah tempat yang berbeda.Dengan langkah tertatih dia turun dan berjalan menuju pintu yang tak jauh darinya. Indra pendengarannya mendengar suara debur ombak.Hal ini membuat dia semakin penasaran dan mempercepat langkah kakinya. Dia membuak pintu yang terbuat dari kayu itu perlahan.Begitu pintu di buka, dia bisa merasakan dinginnya angin laut yang begitu menusuk tulang. Tak jauh dari tempatnya berdiri ada sepasang o
Read more

Rencana Alexander

Alex duduk bersandar di kursi mobil. Matanya menatap pemandangan kota yang sibuk pagi ini. Ada banyak mobil yang berlalu-lalang. Tampak seutas senyum kecil di wajah tegas pria itu, dia cukup merindukan suasana seperti ini.'Akan sangat menyenangkan bila wanita itu ada di sini,' batin Alex.Sejujurnya dia lebih memilih hidup normal seperti pengusaha lainnya. Tidak berurusan dengan dunia malam yang kejam. Yang selalu mempertaruhkan nyawanya hanya demi wilayah kekuasaan.Dia teringat akan ucapan sang adik. Sebenarnya apa rahasia besar di dalam keluarga ini? Bahkan dia tidak tau sedikitpun tentang semua itu.Semua masalah muncul bersaman. Membuat hidupnya bagai benang kusut yang tidak menemukan ujung. Akan tetapi dia akan memikirkan masalah ini nanti. Saat ini dia akan fokus dengan pria tidak beradab dan harus di lenyapkan saat ini juga. "Sepertinya masa jaya mu harus berakhir kali ini," ucap Alex sambil tersenyum bengis.Dia meraih ponsel di balik jas dan menghubungi seseorang."Jemput
Read more

Rahasia Besar

Joe membuka mata. Dia baru saja sadar dari pingsannya. Kedua bola matanya menatap nanar ke seluruh rungan. Semuanya gelap. Di lihat dari suasana yang penuh debu. Sepertinya ini adalah sebuah gudang kosong terbengkalai.Dia mencoba mengingat sesuatu. Sayangnya nihil. Tidak ada yang dapat dia ingat dengan sempurna. Dirinya hanya mengingat saat sebuah benda tumpul yang di hantam keras ke tengkuknya saat dirinya baru saja turun dari mobil.Kepalanya masih terasa nyeri. Nasibnya buruk kali ini. Tangannya terikat kuat dan tidak ada senjata yang dapat dia gunakan. Sialnya lagi, tidak ada satupun teman yang mengetahui keadaanya saat ini.Terdengar suara lanngkah kaki mendekat. Joe segera menatap tajam ke arah sumber suara. Tepat pada lorong yang minim cahaya. Di sana terdapat bayangan seseorang dengan postur tingggi tegap yang melangkah mendekat.Joe terperanga saat melihat siluet yang amat dia kenal. Bahkan dia tidak pernah membayangkan kalau pria itu tega melakukan hal ini padanya."Tuan An
Read more

Memutuskan Pergi

Debora baru saja turun dari mobil. Wajah cantiknya saat ini di penuhi kabut hitam. Ingin sekali dia tidak datang, tapi apa boleh buat? Dia tidak bisa menolak permintaan Alex.Dengan menahan rasa malas wanita itu melangkah masuk ke salah satu gedung pencakar langit. Ada empat orang berjas hitam berjalan di depan dan belakang Debora.Kehadirannya menjadi pusat perhatian beberapa karyawan. Tidak heran, dia adalah publik figur yang belakang ini menjadi sorotan publik karena film yang di gadang-gadang akan menjadi film terbaik malah raib begitu saja.Bukannya mengadakan jumpa pers. Dia malah datang ke perusahaan suami yang bahkan sebelumnya tidak pernah menginjakkan kakinya di sini.Debora melangkah memasuki lift, di ikuti oleh ke empat orang berjas hitam. "Haruskah formal seperti ini, kalian lihat tadi kan?" ucap Debora tak habis pikir."Maaf Nyonya, kami hanya menjalankan tugas yang di berikan Tuan Alex," jawab salah satu pria berjas hitam."Oke, lalu di mana Joe ... Rain ... atau Dante?
Read more

Ibu Sambung

Lidya turun dari mobil. Wanita anggun dan elegant itu mengayunkan langkahnya memasuki hotel berbintang. Kali ini dia datang tanpa pengawalan oleh para bodyguard.Wanita itu masuk ke dalam lift dan memencet tombol paling atas. Menuju tempat yang sudah dia sepakati oleh seseorang sebelumnya.Malam ini dia mau menuntaskan segalanya. Semua berjalan jauh dari alur yang di tentukan. Dia tidak mau usaha Alex hanya sia-sia.Dia masih ingat kesalahan fatal masa lalu. Hal itu juga yang membuat hubungan antara dia dan suami merenggang. Kalian percaya seorang ibu akan melakukan apapun untuk ke bahagiaan sang anak?Sama halnya dengan Lidya saat ini. Dia hanya berdiri di seutas tali yang di bawahnya ada jurang yang begitu dalam. Dia mampu menutupi kebusukan sang suami. Tapi tidak melihat putranya terluka.Lift tebuka. Lidya melangkah keluar. Di sana terdapat sepasang kursi dan seorang wanita yang sedang duduk sambil menyesap anggur merah."Aku kira kau tak akan datang," ucap Casandra tersenyum kec
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status