Home / Pernikahan / Terjerat Hasrat Mafia Dingin / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Terjerat Hasrat Mafia Dingin : Chapter 71 - Chapter 80

130 Chapters

Serpihan kisah kelam Debora

Stevi membulatkan matanya. Dia tidak percaya kalu Mamanya melakukan hal yang berlebihan seperti ini. Dia mendorong pelayan yang menghadang jalannya. Pelayan tersebut terjatuh. Stevi segera berlari menuju pintu depan. Kedua bodyguard sang Mama sudah menanti di sana. Dua orang dengan tubuh besar segera mengangkat Stevi."Jaga tangan kalian, Aku akan membuat perhitungan pada kalian!" bentak Stevi.Kedua oran g bertubuh besar itu tidak mempedulikan ucapan Stevi. Mereka menaiki tangga dan melangkah menuju kamar Stevi.Mereka menurunkan Stevi di kasur dan segera menutup pintu. Tidak lupa mereka mengunci ruangan."Hey, lepaskan aku. Ini lucu sekali, aku di sekap di rumahku sendiri. Kalian gila. Fuck," Stevi berulang kali mengumpat.Tangan mungilnya berulang kali menggedor pintu dengan penuh tenaga. Sayangnya tenaganya tidak cukup untuk merusak pintu.Dia segera meraih benda pipih yang tergeletak di meja dan menghubungi Mamanya di ujung sambungan."Mama apa yang kau lakukan? Aku tida percaya
Read more

Bimbingan memilih keputusan

Seorang pria sedang berdiri di tepi pantai. Matanya menatap perahu yang membawa beberapa orang dengan pakaian penyelam lengkap.Ada puluhan orang yang menyelam di titik berbeda. Pria tersebut mondar-mandir dengan wajah geram."Joe, kembali ke rumah sakit. Cari tau siapa yang berani memberi ku obat tidur," perintah Alex dengan penuh amarah."Dante, cari petunjuk di dalam hutan. Aku tidak percaya kalau mereka lenyap begitu saja," lanjut Alex."Dan kau Rain. Kembali ke markas. Aku pasti ada orang dalam yang ingin bermain-main denganku. Tida mungkin orang asing dapat melewati penjagaan ketat ku," Alex mengepalkan tangannya kuat.'Mari kita mulai peperangan sesungguhnya, Akeno' batin Alex.Joe dan teman-temannya segera pergi menjalankan tugas. Mereka pergi ke tempat tujuan masing-masing. Sedangkan Alex masih setia berdiri di tengah angin malam yang membawa hawa dingin mulai menusuk sumsum tulang.Lampu senter kepala menyorot ke segala arah menunjukan kalau orang-orang di dalam air sedang
Read more

Benarkah dia?

Berulang kali Keanu mengumpat sambil memakai bajunya satu per satu di kamar mandi. Kenapa orang itu selalu menganggu waktunya.Sedangkan Stevi mencoba merapikan kamarnya. Dia tidak mau orang di luar mencurigainya. Entah apa yang terjadi pada sang kekasih bila orang itu mengetahui kalau dia ada di sini."Stevi, buka pintunya!" ucap orang di luar meninggikan suara.Bungkam, Stevi tidak mau menjawab sepatah katapun sebelum pekerjaannya selesai. Terdengar suara benturan keras. Pintu mulai di dobrak oleh orang di luar."Shitt, dasar merepotkan!" Stevi mengumpat sambil mengelap sisa cairan kental berwarna putih yang berada di selimutnya.Pintu hampir berhasil di dobrak. Stevi memilih membalik selimutnya. Memutar sisi luar menjadi sisi dalam dan segera merebahkan tubuhnya di kasur.Wanita itu meraih ponsel dan memasang wajah sesantai mungkin. Di saat yang bersamaan pintu berhasil di dobrak.Seorang pria terbelalak melihat wanita yang dia khawatirkan malah asik bermain dengan gawainya. Terden
Read more

Kenapa harus dia?

Hamparan bintang yang bersinar di langit gelap membuat hati Joe terasa lebih tenang. Entah mengapa hanya merekalah yang dapat menentramkan jiwanya.Ingatannya kembali pada masa sulit lima belas tahun yang lalu. Di saat Kakaknya pergi bekerja. Hanya bintang-bintang inilah yang menemaninya.Tanpa terasa buliran air mata mulai menetes di pipinya. Sejak kepergian Kakaknya itu, Alex yang menemani hari-harinya. Sampai suatu saat dia bertemu kembali dengan Kakaknya dalam keadaan berbeda."Kakak, apakah kau bisa melihatku saat ini?" tanya Joe di tengah tangisnya."Apa yang harus aku lakukan Kak?" lanjut Joe mengusap air matanya."Aku mencintainya, tapi dia mencintai yang lain. Bahkan pria itu adalah hama yang perlu di basmi. Astaga Kak, aku tidak tau harus bagaimana?" Joe mengusap kasar wajahnya.Bisakah dia melihat wanitanya bersedih. Dia bisa terima kalau memang takdirnya bukanlah bersama wanita tersebut. Akan tetapi, melihatnya hancur? Joe belum siap dengan semua ini "Argh! Kenapa kau haru
Read more

Bukti Yang Ditutupi

Rain sampai di markas. Tempat di mana Bibi Lauren an Angel tinggal. Beberapa orang menyambut kedatangan Rain dengan penuh hormat.Dia segara melangkah menuju lorong di mana kamar Angel berada. Empat orang mengikuti langkah Rain dari belakang."Siapa yang berani menyerang kita?" tanya Rain."Ma-af Tuan, kami tidak sadarkan diri." Pria yang berdiri di belakang Rain menghentikan langkahnya."Apa!" Rain menghentikan langkah dan memutar tubuhnya. Rain menatap tajam ke arah empat orang yang berdiri di belakangnya. Tampak wajah ketakutan yang terpasang di masing-masing orang."Aku tidak akan pernah memaafkan siapapun yang berani bermain-main denganku. Bukankah kalian tau, apa hukuman untuk pengkhianat?" tanya Rain sambil mengeluarkan senjata andalannya.Dia mengeluarkan sebilah benda pipih yang mengkilap. Hanya melihatnya saja, semua orang bergidik ngeri. Bukan tanpa sebab, mereka tau bagaimana sang Tuan pernah mencabik musuh hanya dengan sekali tebas dengan benda itu."Ba-baik Tuan. Ka-mi
Read more

Pengorbanan Alex

Byurr ...Seorang pria baru saja keluar dari air dan merangkul satu pria yang tak sadarkan diri. Semua orang berkerumun saat pria itu berhasil menyelamatkan seorang yang baru saja menyelam tanpa baju menyelam yang lengkap."Tuan, apakah kau mendengar kami!" ucap seorang yang masih memakai pakaian selam.Pria itu menekan dada orang itu dan berulang kali menepuk pipinya. Namun tak ada respon. Orang itu masih tidak sadarkan diri. Dari arah yang lain. Datang seorang pria dengan rambut pirang dan bertubuh atletis berlari mendek. Wajahnya cukup cemas. Dia mencoba membelah kerumunan orang yang sedang mengitari orang yang baru saja keluar dari laut itu."Ada apa dengan Tuan Alex?" tanya Dante yang baru saja tiba.Dante segera membantu pria yang berusaha mengeluarkan air dari tubuh Alex. Mereka menekan dada dengan kuat hingga tak lama kemudian Alex batuk dan mengeluarkan air."Saya menemukan Tuan sudah tak sadarkan diri di dalam air," ucap pria yang menolong Alex."Mungkin Tuan Alex terlalu b
Read more

Fakta yang terbongkar

Joe menarik napas panjang. Dia menatap dalam mata Debora yang saat ini mulai resah."Kenapa kau diam? Apakah terjadi sesuatu pada Angel?" tanya Debora."Aku tidak bisa menghubunginya. Tapi kenapa Alex bisa, bahkan anak itu mengirim pesan suara padanya," lanjut Debora."Ehem ... Nyonya, saat ini kondisi sedang tidak baik-baik saja. Anda tau keadaannya, Akeno kalah dan pastinya dia tidak akan membiarkan semua terjadi begitu saja. Saat ini Tuan Alex menyiapkan beberapa orang untuk keamanan keluarganya, termasuk Nyonya Debora. Jadi Saya mohon Anda bisa mengerti. Mungkin lain waktu Nyonya bisa berkunjung ke rumah Angel." Joe mencoba menjelaskan dengan rinci. Wajahnya tampak serius menatap Debora.Melihat keyakinan pada Joe, Wanita di hadapannya terdiam sesaat. Yang di katakan anak buah sang suami benar. Melihat kekejaman musuhnya. Dia yakin kalau Semuanya akan baik-baik saja setelah ini."Baiklah, aku akan coba mengerti." Debora menghela napas panjang.Sesungguhnya dia sangat merindukan a
Read more

Kebohongan yang terboongkar

Debora masih mematung di depan pintu masuk rumah sakit. Dia matanya masih lekat menatap kepergian gerombolan perawat yang membawa pasien baru ke dalam ruang IGD.Dante masih setia membuntuti para suster. Mereka menghilang di balik pintu besar. Debaman pintu itu memecahkan lamunan Debora."Astaga, siapa itu?" Debora memutar langkah menuju pintu besar. "Nyonya, kami sudah malam. Kami tidak mau ada keributan disini, jadi Kami mohon jangan seperti ini," ucap Joe terengah-engah."Kami akan segera mengantar Anda setelah semua masalah ini selesai Nyonya," sahut Train yang baru saja datang menyusul langkah Joe.Debora tak segera menjawab. Wanita itu masih menatap pintu yang tertutup rapat. Karena penasaran, dia melangkah mendekati pintu."Nyonya, apakah Anda mendengar ucapan saya?" tanya Joe yang segera berdiri menghalangi jalan Debora."Sudah cukup, ayo Nyonya kita kembali. Saya tidak mau Tuan Alex marah," lanjut Joe yang memasang wajah garang.Dengan berat hati Debora memutar langkahnya da
Read more

Cinta membutakan segalanya

Seorang wanita tersungkur di lantai. Terdapat banyaka kertas berceceran di sekitarnya. Wanita itu hanya menunduk dan menutup rapat mulutnya.Di hadapannya seorang wanita paruh baya msih meluapkan emosinya dengan omelan yang tiafda akhir."Apa arti keberadaanku di sini Maa," tanya Stevi pedih.Ucapan Stevi semakin membuat amarah Lidya memuncak. Anak itu selalu merasa di sisihkna di keluarga ini. Padahal seluruh anggota keluarga sangat menjaganya."Tutup mulutmu! Apa kau tidak punya otak hah ... Apa yang terjadi bila aku tidak masuk kamarmu? Kau akan melenyapkan semua bukti ini dan membiarkan dia kabur begitu saja?" meledak sudah amarah Lidya.Mendengar ucapan Mamanya membuat air mata Stevi meleleh seketika. Dia tidak percaya Mamanya bisa mencacinya separah ini hanya karena anak kecil yang hilang entah kemana. Bahkan anak kecil itu bukan darah daging keluarga ini.Stevi berdiri dari lantai. Sesekali dia menghapus air mata yang mengalir deras dengan jemarinya."Apa Mama tidak bisa memper
Read more

Menerima kenyataan pahit

Mobil Revan sudah terparkir di halaman kantor. Namun, sang penumpang tidak kunjung turun. Di dalam Flora masih mencoba menenangkan hatinya.Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi semua orang saat melihat penampilan barunya. Terlebih gosip retaknya rumah tangganya sudah tersebar luas.Pasti akan ada hanya orang yang menghujatnya. Bahkan menertawakannya. Hal ini pantas dia dapatkan mengingat prilakunya dulu pada tiap karyawan."Flo, cepat turun. Kita sudah terlambat. Ada banyak berkas yang harus di kerjakan," ucap Revan yang sudah menunggu selama tiga puluh menit di kap mobil."Sebentar dong," jawab Flora sewot.Karena tidak sabaran Revan membuka pintu dan menarik tangan Flora. Menuntunnya untuk segera masuk ke dalam kantor.Flora mencoba melepaskan tangannya. Namun Revan semakin mempererat genggaman tangannya."Revan, aku belum siap. Lepaskan aku!" ucap Flora masih mencoba melepaskan diri."Kenapa belum siap? Kau sangat cantik dengan pakaian seperti ini," ucap Revan spontan.Mata
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status