Home / Romansa / Terjerat Cinta Kakak Angkat / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Terjerat Cinta Kakak Angkat : Chapter 81 - Chapter 90

128 Chapters

81. Jangan Pernah Sakiti Hatinya

"Maka apa Lian?" tanya Shinta dan juga Nevi mereka berdua sangat penasaran dengan apa yang dikatakan Brillian sebelumnya pada Naina.Naina juga mengingatnya, jika dirinya tidak mau melayani layaknya suami istri, maka dia harus bersiap jika Brilian mencari perempuan lain untuk memuaskan hasratnya. Dia bahkan berpikir, apa jangan-jangan selama ini Brilian juga mencari hiburan dengan membeli banyak wanita lain untuk menyalurkan hasratnya, rasa itu membuatnya ngeri. Ia hanya takut tertular penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Ia akan menjadi korban dari kebodohan kakaknya, dan sekarang sudah menjadi suami sahnya."Aku pernah mengatakan padanya, jika dia tidak mau melayaniku layaknya suami istri, maka jangan salahkan aku jika aku mencari perempuan lain di luar sana untuk memuaskan hasratku. Tenang saja, aku hanya membutuhkan mereka untuk menyalurkan hasratku, kalau untuk menafkahinya, sudah pasti aku akan menafkahinya."Ucapan Brilian sontak membuat Sinta dan juga Nevi, kesal padanya. Mer
Read more

82. Hadiah Apa?

"Huh! Daddy ini kok terlambat sih, jemputnya! Kebiasaan deh. Bisa nggak sih, jemput tepat waktu, atau Daddy di sini sampai aku pulang. Teman-temanku saja mengantarkan anaknya dan tetap menunggu sampai pulang, beda sama aku, aku habis diantar, langsung ditinggal. Kalian ini bener-bener nggak sayang anak."Syakilla mengomel dengan tangannya bertengger di pinggang."Kau itu! Daddy itu kerja, kalau diminta untuk temani kamu ya nggak bisa. Kalau Daddy nggak kerja, memangnya kamu mau, sekolah nggak bawa saku," jawab Brillian."Dengar ya Killa, kamu itu kan sekarang udah gede. Kamu harus belajar buat mandiri. Apa kamu akan bergantung terus pada Daddy dan juga Mommy? Mommy sibuk, Daddy juga sibuk, apa kamu masih juga nggak mau bantu orang tua. Mulai dari sekarang, Daddy minta kamu belajar buat mandiri, oke. Belajar tidur sendiri, belajar membaca, belajar menulis dengan benar, dan masih banyak lagi. Mommy sama Daddy akan bantu kamu, tapi kamu juga nggak terlalu bergantung terus. Apa kamu paham
Read more

83. Aku Tidak Ingin Menjadi Kacang Lupa Kulitnya

"Beli apa ayo tebak!""Donat jumbo kesukaanku."Syakilla sudah mengira kalau donat kesukaannya yang sudah dibeli oleh Brilian.Dia langsung meminta untuk segera dimasukkan ke dalam mobil, dan ternyata di dalam mobil sudah ada Naina yang tengah menunggunya.Syakilla senang sekali karena mendapatkan hadiah kesukaannya, apalagi saat ini perutnya sudah sangat lapar."Loh! ternyata Mommy ada di sini toh," ucapnya berlagak dewasa. "Kenapa Mommy nggak ikut keluar, terus Mommy kok pakai baju seperti ini. Memangnya Mommy tadi dari mana? Memangnya Mommy tadi lagi ada acara apa?" tanya Syakilla dengan menatap Naina.Naina tersenyum menatap penampilannya yang menggunakan kebaya warna putih. Dia seperti pengantin adat Jawa.Andai saja dia hanya mengenakan gamis, mungkin tidak akan membuat anaknya bertanya-tanya."Emm, Mommy lagi ada acara di kantor sayang, jadi Mommy pakai baju kayak gini, makanya Mommy juga memutuskan untuk tetap berada di dalam mobil, enggak keluar," jawab Naina."Kenapa ngga
Read more

84. Anak yang tidak Diinginkan

"Ekhem, yang masih baru nih." Nevi menggoda Naina yang baru memasuki rumahnya."Kakak! Kakak itu ya? Selalu aja ngeledekin. Gini nih, kalau masalah bertumpuk padaku. Seharusnya aku menjadi pengantin baru dengan orang lain, bukan dengan kakaknya sendiri, mungkin kalau dengan orang lain ceritanya akan beda, kalau dengan kakaknya sendiri ... Ngeri-ngeri gimana gitu," jawab Naina."Ya ngeri-ngeri sedap gitu loh," sahut Shinta yang juga ada di rumahnya.Setibanya di rumah mainan sudah melihat begitu banyak persiapan yang akan dibawa ke yayasan panti asuhan. Tasyakuran pernikahannya itu tidaklah mewah seperti orang-orang lain, cukup sederhana saja."Wah ... Ini semua hampir selesai kak?" tanya Naina saat mendapati beberapa tumpukan catering yang dipesannya sebelum hari H."Iya hampir selesai, ini tinggal kemas-kemas doang, dan dimasukkan ke dalam mobil, kita langsung OTW ke yayasan panti asuhan. Untuk yang sebelah situ kita bagikan pada fakir miskin dan anak terlantar di jalanan sana. Cukup
Read more

85. Mengunjungi Panti

Dan akhirnya, Naina, Brillian dibantu oleh kedua sepupunya datang ke yayasan panti asuhan di mana Naina tinggal sebelum dipungut oleh keluarga Hartanto.Ia memantapkan hatinya untuk mau datang meminta restu pada ibu panti yang sudah menolongnya."Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga di panti. Ternyata cukup jauh juga ya, untuk sampai di sini," celetuk Nevi."Kurang lebih sekitar satu jam dari rumah," sahut Naina."Pantesan agak panas nih pinggang," sahut Shinta dengan menyengir, merasakan pinggangnya agak lumayan ngilu.Brilian keluar dari dalam mobil dan membuka bagasi belakang. Mengeluarkan cukup banyak kotak makanan. Dia sengaja membawa mobil berukuran besar, yang bisa memuaskan lebih banyak makanan."Kalau begitu kita temuin saja ibu panti. Kemarin memang aku sempat menelpon, kalau aku mau datang ke sini, tapi bukan berarti aku memberitahunya untuk mengantarkan makanan. Jadi alangkah baiknya kalau kita temui dulu ibu pantinya," celetuk Naina."Oh! Oke. Kalau begitu kita langsu
Read more

86. Tanda Lahir

"Ibu memiliki kabar baik apa buat apa Bu?" tanya Naina.Naina sangat penasaran dengan apa yang dikatakan oleh ibu panti. Kabar baik apa maksud dari ibu panti hingga membuatnya yakin kalau kabar yang diberikan itu tidak akan membuatnya kecewa."Sudah, kamu nanti juga akan tahu sendiri, kok. Maaf ya, Ibu tidak tahu kalau kamu sudah menikah, jadi ibu tidak menyiapkan apa-apa buat hadiah pernikahan kamu. Ibu hanya mendoakan yang terbaik buat kamu, semoga kamu nanti menjadi istri yang baik buat nak Brillian, jangan buat dia kecewa, dia sudah sangat baik, dan kamu juga harus bersikap baik padanya," tutur ibu panti.Naina memutuskan untuk diam, dia mengikuti ibu panti dan bertemu dengan tamu-tamunya yang ada di ruangan tengah.Begitu terkejutnya Naina dan juga Brilian ketika mendapati Bryan bersama dengan orang tuanya ada di tempat yang sama. Brilian sempat menegur dengan selorohnya, dan itu membuat semua orang tertawa."Loh! Bryan, ngapain kau ada di sini. Apakah sudah insaf, hingga datang
Read more

87. Aku Membencinya

"Loh, yang! Kamu bukannya punya ..."Naina menggelengkan kepalanya dengan cepat dia tidak mau berurusan dengan keluarga itu lagi.Brilian masih ingat betul Naina memiliki tanda lahir di bawah telapak kakinya yang berbentuk bulan, dan ia sangat yakin kalau ternyata Naina adalah anak dari ibu Halimah sendiri."Yang Kamu kan punya tanda lahir di bawah telapak kakimu. Coba tunjukkan. Biar kami semua yang akan melihatnya," pinta Brillian."Benar Naina, coba kamu tunjukkan tanda lahirmu. Ibu masih ingat betul kamu memiliki tanda lahir di telapak kakimu dan itu tidak salah kalau bu Halimah memang ibu kandung kamu.""Tidak! Itu tidak mungkin! Aku bukan anaknya!"Naina langsung beranjak Pergi dengan membawa luka hati yang mendalam Setelah sekian lama dia ditinggalkan oleh orang tuanya dan sekarang dicari dan ternyata orang tua kandungnya selama ini adalah orang yang paling dekat dengan keluarganya.Naina! Tunggu!"Seketika Brillian langsung mengejarnya, dia takut Naina kenapa-napa karena kondi
Read more

88. Sakit Tak Berdarah

"Naina, kamu tidak apa-apa sayang?" tanya ibu panti setelah mendapati Naina sudah kembali masuk ke dalam ruangan.Naina hanya menatap pada ibu panti saja dengan matanya sembab ia malas menatap Halimah ataupun Bryan, orang yang sudah berpengaruh dalam hidupnya."Aku datang ke sini hanya untuk berpamitan Bu. Aku mau pulang sekarang. Mamaku sudah menunggu di rumah, dan aku tidak bisa berlama-lama di sini," jawab Naina.Ibu panti mengerti apa yang dirasakan oleh Naina. Sudah pasti Naina kali ini sangat terpukul, selama hidupnya ia diabaikan oleh orang tuanya sendiri, dan sekarang dicari untuk diakui sebagai anaknya dan itu tidak mudah baginya."Ya sudah kalau begitu terima kasih banyak ya atas segala rezekinya yang sudah diberikan pada ibu dan juga adik-adik kamu di panti. Ibu titip salam buat Mama dan Papa kamu di rumah, semoga mereka baik-baik saja dan diberikan kesehatan serta rezeki yang lancar berkah barokah," ucap ibu panti."Amin."Semua orang menjawab dengan serempak."Ya sudah B
Read more

89. Aku Membencinya

"Loh! Naina! Kenapa dia?"Tiba di rumahnya, Naina langsung berlari menuju kamarnya, ia menangis sejadi jadinya tanpa menghiraukan orang-orang yang ada di dalam rumahnya."Brillian! Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia menangis? Apa kau yang membuatnya menangis?"Mendapati Brillian masuk ke dalam rumah bersama dengan Nevi dan juga Shinta, Heni beranjak dari tempat duduknya di ruang tengah. Ia ingin tahu apa yang sudah terjadi pada Naina."Ma! Nanti aku jelasin, aku akan menenangkannya dulu," jawab Brillian.Brillian langsung bergegas menuju kamar untuk menemui Naina.Heni, Hartanto dan Marwah saling bertatapan. Untung saja masih ada Nevi dan juga Shinta yang bisa dimintai penjelasan."Kalian berdua, sini, duduklah," pinta Hartanto.Nevi dan Shinta mengangguk dengan wajahnya yang menunjukkan ketidaksabaran ingin menceritakan tentang apa yang sudah terjadi pada Naina."Kalian tadi bersama dengan Naina dan juga Brillian kan? Coba ceritakan, apa yang sudah terjadi pada Naina, kenapa dia ta
Read more

90. Jangan Tinggalkan Kami

"Pasti kau akan membutuhkannya!""Tidak! Aku tidak akan pernah membutuhkan mereka. Bahkan sampai sekarang aku tidak pernah membutuhkan mereka. Jangan paksa aku untuk menaruh simpati pada mereka. Mereka sendiri sudah membuangku dan menganggapku sebagai sampah. Setelah sekian tahun lamanya, mereka datang dan ingin memungut sampah itu kembali, menyebalkan!"Brillian sampai kehilangan akal untuk membujuk istrinya. Ia tidak menyalahkan Naina, karena terlanjur kecewa pada orang tua kandungnya, tapi setidaknya Naina juga harus ingat, kalau tidak ada mereka, ia juga tidak akan pernah ada di dunia."Ya sudah ... Terserah kamu saja, aku hanya ingin mengingatkanmu, kalau menurutmu anggapanmu itu benar, ya sudah. Aku tidak bisa lagi memaksamu."Brillian memutuskan untuk diam, dan memantau Naina secara diam-diam. Ia tidak mau wanita yang baru dinikahinya itu menaruh dendam dan benci padanya.***"Naina! Apakah mama sama papa boleh masuk?"Heni dan Hartanto mengetuk pintu kamarnya Naina.Walaupun m
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status