"Naina, kamu tidak apa-apa sayang?" tanya ibu panti setelah mendapati Naina sudah kembali masuk ke dalam ruangan.Naina hanya menatap pada ibu panti saja dengan matanya sembab ia malas menatap Halimah ataupun Bryan, orang yang sudah berpengaruh dalam hidupnya."Aku datang ke sini hanya untuk berpamitan Bu. Aku mau pulang sekarang. Mamaku sudah menunggu di rumah, dan aku tidak bisa berlama-lama di sini," jawab Naina.Ibu panti mengerti apa yang dirasakan oleh Naina. Sudah pasti Naina kali ini sangat terpukul, selama hidupnya ia diabaikan oleh orang tuanya sendiri, dan sekarang dicari untuk diakui sebagai anaknya dan itu tidak mudah baginya."Ya sudah kalau begitu terima kasih banyak ya atas segala rezekinya yang sudah diberikan pada ibu dan juga adik-adik kamu di panti. Ibu titip salam buat Mama dan Papa kamu di rumah, semoga mereka baik-baik saja dan diberikan kesehatan serta rezeki yang lancar berkah barokah," ucap ibu panti."Amin."Semua orang menjawab dengan serempak."Ya sudah B
"Loh! Naina! Kenapa dia?"Tiba di rumahnya, Naina langsung berlari menuju kamarnya, ia menangis sejadi jadinya tanpa menghiraukan orang-orang yang ada di dalam rumahnya."Brillian! Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia menangis? Apa kau yang membuatnya menangis?"Mendapati Brillian masuk ke dalam rumah bersama dengan Nevi dan juga Shinta, Heni beranjak dari tempat duduknya di ruang tengah. Ia ingin tahu apa yang sudah terjadi pada Naina."Ma! Nanti aku jelasin, aku akan menenangkannya dulu," jawab Brillian.Brillian langsung bergegas menuju kamar untuk menemui Naina.Heni, Hartanto dan Marwah saling bertatapan. Untung saja masih ada Nevi dan juga Shinta yang bisa dimintai penjelasan."Kalian berdua, sini, duduklah," pinta Hartanto.Nevi dan Shinta mengangguk dengan wajahnya yang menunjukkan ketidaksabaran ingin menceritakan tentang apa yang sudah terjadi pada Naina."Kalian tadi bersama dengan Naina dan juga Brillian kan? Coba ceritakan, apa yang sudah terjadi pada Naina, kenapa dia ta
"Pasti kau akan membutuhkannya!""Tidak! Aku tidak akan pernah membutuhkan mereka. Bahkan sampai sekarang aku tidak pernah membutuhkan mereka. Jangan paksa aku untuk menaruh simpati pada mereka. Mereka sendiri sudah membuangku dan menganggapku sebagai sampah. Setelah sekian tahun lamanya, mereka datang dan ingin memungut sampah itu kembali, menyebalkan!"Brillian sampai kehilangan akal untuk membujuk istrinya. Ia tidak menyalahkan Naina, karena terlanjur kecewa pada orang tua kandungnya, tapi setidaknya Naina juga harus ingat, kalau tidak ada mereka, ia juga tidak akan pernah ada di dunia."Ya sudah ... Terserah kamu saja, aku hanya ingin mengingatkanmu, kalau menurutmu anggapanmu itu benar, ya sudah. Aku tidak bisa lagi memaksamu."Brillian memutuskan untuk diam, dan memantau Naina secara diam-diam. Ia tidak mau wanita yang baru dinikahinya itu menaruh dendam dan benci padanya.***"Naina! Apakah mama sama papa boleh masuk?"Heni dan Hartanto mengetuk pintu kamarnya Naina.Walaupun m
"Ma! Apakah Syakilla ada di kamarnya Mama? Apakah dia tidur tadi dengan Mama?" tanya Brilian yang tidak mendapati anaknya sama sekali. Ia berpikir anak perempuannya tengah tidur di kamar orang tuanya, sebab ia dan Naina tengah tidak ada di rumah."Dia nggak lagi tidur, perasaan dia tadi main-main kok. Kayaknya dia masuk ke dalam kamarmu tadi, apa dia tidur di kamarmu."Heni sendiri bahkan sampai melupakan cucu perempuannya yang tidak ada bersamanya. Brilian menggerutu, dititipi anaknya saja sudah teledor, takutnya Syakila keluar dari rumah, dan dia berada di luar sendirian."Mama ini gimana sih, dititipin anak sebentar aja nggak jagain kalau sampai dia keluar rumah bagaimana kalau sampai dia kenapa-napa bagaimana aku cuman sebentar loh keluar bukannya Mama di sini juga sama papa ada Tante Marwah juga, masa sama anak satu saja enggak tahu di mana keberadaannya," omel Brillian.Naina bahkan sampai mengabaikan anaknya karena terlalu stres berat. Dia tidak bisa melupakan kejadian di mana
"Akan menyesal nantinya."Bukannya tidak mendukung Naina, Brilian amat kecewa karena Naina lebih memilih memikirkan orang-orang yang sudah tega mentelantarkannya, dibandingkan dirinya dan juga orang tuanya yang selalu ada selama ini.Ia hanya meminta agar Naina sadar jika semua orang yang ada di sekitarnya sangat menyayangimu apalagi anaknya membutuhkan kasih sayang yang lebih bukan diabaikan seperti itu."Maaf, aku nggak ada maksud untuk mengabaikan kalian yang ada di sini. Justru aku sangat bersyukur karena kalian selalu peduli padaku dan tidak pernah mengabaikanku. Aku hanya kecewa saja, kenapa baru kali ini ada orang datang-datang mengakuiku sebagai anaknya, sedangkan kami sudah saling mengenal sejak lama. Lucu aja gitu, kenapa baru sekarang aku dianggap sebagai anaknya, kenapa nggak dari dulu aja kalau memang mereka ingin mengetahui tentang identitasku," ungkap Naina menatapnya nanar dengan matanya berkaca-kaca.Syakilla yang melihat kesedihan Mamanya ikut menangis. Gadis kecil i
"Buat memaafkannya."Naina membuang napas dan beranjak dari ranjang. Ia pusing semua orang menyudutkannya, seolah-olah dirinya yang paling egois.Brillian menatap kedua orang tuanya. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuat Naina luluh, tak mudah bagi Naina bisa memberikan maaf pada orang tuanya yang sudah tega mentelantarkannya."Ma! Aku harus bagaimana? Apa aku harus mengikuti kata hatinya? Aku cuma tidak ingin rumah tanggaku hancur karena dikira aku membela Bryan dengan orang tuanya. Aku juga tidak ingin putus persahabatan dengan Bryan, karena sikapnya. Pusing aku Ma, aku harus bilang apa sama mereka."Brillian memijit keningnya yang berdenyut-denyut. Ia juga kecewa dengan sikap Naina yang begitu keras kepala."Kalau menurut Papa, alangkah baiknya kalau kamu datangi rumah Aminah. Kamu jelaskan pada mereka tentang kekecewaan Naina dan juga kami sebagai orang tua. Tapi kamu juga harus bisa membuat mereka minta maaf pada kami, khususnya Naina. Naina tidak salah, dia bersikap cu
"Permisi," ucap Brilian ketika sampai di rumah Bryan. Ia mengeguk pintunya berkali-kali, hari itu memang hari libur, dan ia rasa Bryan juga tengah ada di rumah.Tak mendapati jawaban membuat brilian menggerutu. "Ke mana orangnya? Kenapa nggak ada orang sama sekali. Biasanya kalau libur dia ada di rumah. Kenapa pintunya terkunci.""Orangnya ke mana ya, dad! Kok nggak ada jawaban. Apa mungkin mereka sedang ada di luar."Syakila agak kecewa karena saat datang tidak mendapati Bryan di rumahnya. Ini baru pertama kalinya Ia datang ke rumah Bryan bersama dengan brilian. Ia begitu menyukai Bryan, karena Bryan sendiri juga sangat menyayanginya, dan selalu memberikan perhatian lebih padanya."Kalau gitu kita pulang aja deh, eh! Bukannya pulang, tapi main aja di luar, kita jalan-jalan ke mall terus beli mainan yang banyak," ucap Syakila.Seketika itu iamendapatkan tatapan datarnya Brillian. "Kamu itu ya, mainan terus, kalaupun kita nggak bisa bermain di sini, tentunya kita langsung pulang. Mommy
"Halo sayang, anak cantik."Aminah mendekat pada Syakilla yang merengek minta pulang digendongan Brillian.Syakilla menatapnya malas, ia terus merengek, tak nyaman berlama-lama di rumah Bryan."Killa! Tadi kan Daddy udah bilang nggak usah ikut, kalau ujung-ujungnya merengek minta pulang gini," omel Brillian."Daddy pulang ... ! Ayo kita pulang!"Tak peduli walaupun Brilian menegurnya, Syakilla tetap saja merengek mengajaknya pulang.Brillian menatap datar putrinya, nampak jelas putrinya tengah mengantuk."Ayo sama nenek nak? Digendong sama nenek, ya?"Aminah mencoba untuk menghiburnya. Dia masih tidak tahu kalau Syakilla adalah cucunya sendiri."Nggak mau! Mommy ...!""Yaudah, ayo kita masuk dulu, kita ngobrol di dalam."Bryan langsung membuka pintunya dan mengajak Brillian masuk. Ia tahu ada hal yang membuat Brillian datang kerumahnya."Iya, ayo masuk ke dalam. Nenek akan buatkan minuman dulu. Kita ngobrol dulu ya, jangan buru-buru pulang."Aminah juga ingin menyampaikan sesuatu pada
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain