Home / Romansa / Terjerat Cinta Kakak Angkat / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Terjerat Cinta Kakak Angkat : Chapter 91 - Chapter 100

128 Chapters

91. Apa Mommy Nggak Sayang Sama Aku?

"Ma! Apakah Syakilla ada di kamarnya Mama? Apakah dia tidur tadi dengan Mama?" tanya Brilian yang tidak mendapati anaknya sama sekali. Ia berpikir anak perempuannya tengah tidur di kamar orang tuanya, sebab ia dan Naina tengah tidak ada di rumah."Dia nggak lagi tidur, perasaan dia tadi main-main kok. Kayaknya dia masuk ke dalam kamarmu tadi, apa dia tidur di kamarmu."Heni sendiri bahkan sampai melupakan cucu perempuannya yang tidak ada bersamanya. Brilian menggerutu, dititipi anaknya saja sudah teledor, takutnya Syakila keluar dari rumah, dan dia berada di luar sendirian."Mama ini gimana sih, dititipin anak sebentar aja nggak jagain kalau sampai dia keluar rumah bagaimana kalau sampai dia kenapa-napa bagaimana aku cuman sebentar loh keluar bukannya Mama di sini juga sama papa ada Tante Marwah juga, masa sama anak satu saja enggak tahu di mana keberadaannya," omel Brillian.Naina bahkan sampai mengabaikan anaknya karena terlalu stres berat. Dia tidak bisa melupakan kejadian di mana
Read more

92. Bukannya Aku Membencinya

"Akan menyesal nantinya."Bukannya tidak mendukung Naina, Brilian amat kecewa karena Naina lebih memilih memikirkan orang-orang yang sudah tega mentelantarkannya, dibandingkan dirinya dan juga orang tuanya yang selalu ada selama ini.Ia hanya meminta agar Naina sadar jika semua orang yang ada di sekitarnya sangat menyayangimu apalagi anaknya membutuhkan kasih sayang yang lebih bukan diabaikan seperti itu."Maaf, aku nggak ada maksud untuk mengabaikan kalian yang ada di sini. Justru aku sangat bersyukur karena kalian selalu peduli padaku dan tidak pernah mengabaikanku. Aku hanya kecewa saja, kenapa baru kali ini ada orang datang-datang mengakuiku sebagai anaknya, sedangkan kami sudah saling mengenal sejak lama. Lucu aja gitu, kenapa baru sekarang aku dianggap sebagai anaknya, kenapa nggak dari dulu aja kalau memang mereka ingin mengetahui tentang identitasku," ungkap Naina menatapnya nanar dengan matanya berkaca-kaca.Syakilla yang melihat kesedihan Mamanya ikut menangis. Gadis kecil i
Read more

93. Aku Tidak Mau Punya Adik

"Buat memaafkannya."Naina membuang napas dan beranjak dari ranjang. Ia pusing semua orang menyudutkannya, seolah-olah dirinya yang paling egois.Brillian menatap kedua orang tuanya. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuat Naina luluh, tak mudah bagi Naina bisa memberikan maaf pada orang tuanya yang sudah tega mentelantarkannya."Ma! Aku harus bagaimana? Apa aku harus mengikuti kata hatinya? Aku cuma tidak ingin rumah tanggaku hancur karena dikira aku membela Bryan dengan orang tuanya. Aku juga tidak ingin putus persahabatan dengan Bryan, karena sikapnya. Pusing aku Ma, aku harus bilang apa sama mereka."Brillian memijit keningnya yang berdenyut-denyut. Ia juga kecewa dengan sikap Naina yang begitu keras kepala."Kalau menurut Papa, alangkah baiknya kalau kamu datangi rumah Aminah. Kamu jelaskan pada mereka tentang kekecewaan Naina dan juga kami sebagai orang tua. Tapi kamu juga harus bisa membuat mereka minta maaf pada kami, khususnya Naina. Naina tidak salah, dia bersikap cu
Read more

94. Alasan Yang Tidak Masuk Akal

"Permisi," ucap Brilian ketika sampai di rumah Bryan. Ia mengeguk pintunya berkali-kali, hari itu memang hari libur, dan ia rasa Bryan juga tengah ada di rumah.Tak mendapati jawaban membuat brilian menggerutu. "Ke mana orangnya? Kenapa nggak ada orang sama sekali. Biasanya kalau libur dia ada di rumah. Kenapa pintunya terkunci.""Orangnya ke mana ya, dad! Kok nggak ada jawaban. Apa mungkin mereka sedang ada di luar."Syakila agak kecewa karena saat datang tidak mendapati Bryan di rumahnya. Ini baru pertama kalinya Ia datang ke rumah Bryan bersama dengan brilian. Ia begitu menyukai Bryan, karena Bryan sendiri juga sangat menyayanginya, dan selalu memberikan perhatian lebih padanya."Kalau gitu kita pulang aja deh, eh! Bukannya pulang, tapi main aja di luar, kita jalan-jalan ke mall terus beli mainan yang banyak," ucap Syakila.Seketika itu iamendapatkan tatapan datarnya Brillian. "Kamu itu ya, mainan terus, kalaupun kita nggak bisa bermain di sini, tentunya kita langsung pulang. Mommy
Read more

95. Aku Hanya Bisa Pasrah

"Halo sayang, anak cantik."Aminah mendekat pada Syakilla yang merengek minta pulang digendongan Brillian.Syakilla menatapnya malas, ia terus merengek, tak nyaman berlama-lama di rumah Bryan."Killa! Tadi kan Daddy udah bilang nggak usah ikut, kalau ujung-ujungnya merengek minta pulang gini," omel Brillian."Daddy pulang ... ! Ayo kita pulang!"Tak peduli walaupun Brilian menegurnya, Syakilla tetap saja merengek mengajaknya pulang.Brillian menatap datar putrinya, nampak jelas putrinya tengah mengantuk."Ayo sama nenek nak? Digendong sama nenek, ya?"Aminah mencoba untuk menghiburnya. Dia masih tidak tahu kalau Syakilla adalah cucunya sendiri."Nggak mau! Mommy ...!""Yaudah, ayo kita masuk dulu, kita ngobrol di dalam."Bryan langsung membuka pintunya dan mengajak Brillian masuk. Ia tahu ada hal yang membuat Brillian datang kerumahnya."Iya, ayo masuk ke dalam. Nenek akan buatkan minuman dulu. Kita ngobrol dulu ya, jangan buru-buru pulang."Aminah juga ingin menyampaikan sesuatu pada
Read more

96. Aku Tak Rela Kau Menduakannya

"Syakilla! Sini sama nenek. Nenek udah buatin susu nih."Aminah mencoba untuk merayu Syakilla yang duduk manja sembari merengek mengajak pulang daddy-nya."Killa! Itu loh, dipanggil sama nenek. Coba kamu Kenalan dulu sama nenek," bujuk Brillian."Nggak mau! Aku maunya pulang," bantahnya dengan mukanya manyun.Brillian menatapnya kesal. Awalnya Syakila janji tidak akan nakal, tapi setibanya di rumah Bryan mendadak rewel."Killa! Daddy mohon, jangan bandel. Tadi Kamu sendiri yang bilang mau ikut jadi dan tidak akan nakal Tapi kenapa sumpahnya di sini kamu malah merengek minta pulang apa yang membuatmu tidak ada yang suka tinggal di sini?""Aku mau Mommy dad! Aku mau sama Mommy aja," jawabnya sambil menangis."Oke, sebentar lagi kita pulang, tapi sekarang minum dulu susunya," kembali Brilian membujuknya.Aminah hanya menatapnya dengan tersenyum ia bahkan tidak sadar kalau anak kecil yang merengek di pangkuan Brilian itu adalah cucu kandungnya sendiri."Kenapa Mommy-nya nggak diajak ke si
Read more

97. Jangan Salahkan Kami

"Dan menikahi Naina, agar anakku mendapatkan nama," tegas Brillian.Aminah berucap syukur setelah mendapatkan penjelasan dari Brillian. Ia hampir memaki Brillian karena sudah tega menduakan Naina."Syukur alhamdulillah, ternyata pemikiranku salah lagi. Aku berpikir kalau kamu tega menduakan Naina, bertunangan dengan perempuan lain. Maafkan aku Brillian, aku bukanlah wanita yang baik-baik yang bisa menjaga kehormatan keluargaku, bahkan aku tega sudah mentelantarkan putriku sendiri dan meninggalkannya di panti asuhan. Selama ini Aku tidak pernah menjenguknya, aku juga tidak pernah mencarinya. Sekarang setelah dia tau kebenarannya, putriku membenciku, karena ulahku. Tolong sampaikan padanya kalau aku sangat menyesal karena sudah tega mentelantarkannya dan mengabaikannya, sungguh aku benar-benar minta maaf."Aminah mengungkapkan isi hatinya dengan menangis. Iya sampai memukuli dadanya sendiri yang sesak karena dipenuhi dosa dan rasa bersalah."Kalau Mama memang benar-benar menyesal, sehar
Read more

98. Kau Menaruh Dendam Padaku, Bukan?

Mendapati kedatangan Brilian lainnya langsung melotot menyambutnya di depan pintu.Iya hanya kesal karena sudah cukup lama menghubungi baru dia datang dengan anaknya yang sudah tertidur."Kamu itu dari mana aja sih! Aku udah telepon dari tadi baru sekarang pulangnya. Katanya OTW pulang, tapi kenapa sampai sekarang baru pulang. Kebiasaan banget kalau bawa Killa itu harusnya pamit dulu sama Aku, bukan nyelonong pergi gitu aja. Kamu itu tinggal enaknya tahu nggak?! Aku berjuang sendirian, nggak ada yang peduli sama aku. Sekarang Killa udah besar, kamu tinggal bawa-bawa aja, bikin kesel aja kamu itu!"Naina mengomel dengan berkacang pinggang di depan pintu dengan tatapannya buas.Heni yang ada di dalam rumahnya hanya geleng-geleng kepala mendengar omelan Naina, saat mengomel, dia sudah seperti macan kehilangan taringnya."Ya ampun yang! Kamu tahu sendiri kan jalan selalu macet kalau sore hari. Aku terjebak macet di tengah jalan, mau cari jalan tikus juga susah. Gak usah marah-marah gitu
Read more

99. Aku Bukan Kakakmu, Tapi Suamimu!

"Aku ini adikmu!""Ya aku tahu lah, tapi kan adik angkat, nggak ada ikatan darah, jadi aku berani menyatakan cintaku padamu. Kalau kita adik kandung atau sepupu, mungkin aku akan menjauhimu, bisa jadi aku pergi meninggalkan keluarga kalau sampai aku mencintai saudara sedarahku," jawab Brillian.Kalah telak, Naina tidak bisa membantahnya lagi. Cara apapun ia lakukan untuk menghindari Brillian, tak membuat pria itu menjauhinya."Kenapa diam? Apa tidak ada lagi pertanyaan untukku? Apa kau sudah kalah dariku? Kalau sudah kalah sebaiknya kau ..."Dengan cepat Naina menoleh hingga membuat posisi mereka berhadapan. "Sebaik apa?" tanya Naina dengan tatapan datar tanpa ekspresi."Sebaiknya menyerah saja dan kita bersenang-senang sekarang."Briliant menangkupkan tangannya di pipi Naina dengan tatapan dalam. Laki-laki itu sangat mencintai Naina dengan tulus, bukan karena obsesi, tapi cinta yang murni tumbuh di hati sanubarinya sejak masih kecil."Aku ingin kau tidak lagi menganggapku sebagai ka
Read more

100. Aku Puas Dengan Pelayananmu

Setelah selesai melakukan hubungan suami istri di kamar mandi, Naina maupun Brilian bergegas untuk membersihkan diri.Naina sendiri masih punya banyak pekerjaan ibu rumah tangga yang harus segera diselesaikan. Dia harus memasak buat Syakilla, dan masih harus memandikannya. Belum lagi Brillian request minta dimasakkan cumi pedas manis."Kak! Masaknya aku agak lambat ya, nunggu Syakilla bangun. Aku mau memandikannya dulu, setelah itu aku bikinin makanan buat dia, baru kamu," ucapnya dengan menyisir rambut setelah selesai mandi.Brillian yang masih mengenakan handuk sebatas pinggang, ia mendekat dan memeluknya dari belakang."Udah, santai aja lagi. Entar aku bantuin," jawab Brillian dengan menempelkan dagunya di pundak Naina.Naina menghentikan tangannya yang tengah menyisir rambutnya, ia memicingkan bola matanya menatap Brilian dari pantulan cermin. "Mau bantuin apa?" tanya Naina."Ya apa aja. Masak, atau mandiin Killa. Atau kita makan malam di luar aja kalau kamu capek. Aku nggak mau
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status