Semua Bab Terjerat Cinta Kakak Angkat : Bab 111 - Bab 120

128 Bab

111. Ada Baiknya Jika Kau Jujur

"Naina? Apakah kamu akan selamanya membenci Mama," ucap Halimah ketika sudah lama bersama, namun tidak ada yang saling bicara.Naina diam tidak menjawabnya, ia malas sekali mendengar suara dari perempuan itu, Heni sebenarnya tak tega melihat Halimah yang tidak dianggap oleh anaknya sendiri. Sebagai seorang ibu, sudah pasti akan sangat sakit hati tidak dianggap ada oleh anak yang dilahirkannya, walaupun pada kenyataannya, Halimah sudah bersalah karena sudah mentelantarkan Naina."Naina! Kamu ditanya tuh sama ibu Halimah, dijawab dong! Jangan diam saja," tegur Heni."Ya aku harus menjawabnya apa Ma? Aku tidak punya jawaban untuk menjawab pertanyaannya. Apakah aku pantas untuk membencinya, atau aku memutuskan untuk memaafkannya. Aku sendiri juga tidak tahu, hatiku selalu berkata kalau aku kecewa, kecewa banget sama dia," ucapnya dengan melirik ke arah Halimah. Hanya sekilas melirik saja."Tapi nak, tidakkah kau merasa iba pada ibumu sendiri. Kau juga seorang ibu, apakah pantas seorang
Baca selengkapnya

112. Alasanmu Tidak Masuk Akal

Setelah selesai berbelanja, mereka menyempatkan waktu untuk pergi ke kafe.Sebenarnya Heni menyarankan agar mereka datang ke rumahnya dan mengobrol baik-baik menyelesaikan masalah yang tidak kunjung usai, tapi Halimah dan juga Bryan memiliki alasan belum bisa datang ke rumah mereka, namun mereka berjanji akan datang ke rumah mereka dan menyelesaikan semua permasalahannya.Kini mereka mengajak Naina dan juga Heni beristirahat sejenak di cafe setelah selesai menemani Syakilla belanja. Syakila sendiri juga sudah haus dan juga lapar setelah cukup lama berkeliling di dalam mall, bahkan ia sempat terpisah dari orang tuanya."Emm, Naina, Tante Heni, kita istirahat sejenak di sini ya, sembari menunggu Syakilla makan. Apa tidak sebaiknya kalau kita makan bersama di sini? Saya janji setelah ada waktu yang tepat, Saya akan datang ke rumah Tante Heni bersama dengan Mama saya. Mungkin menurut kalian, kami terlalu banyak alasan dan masih harus mengulur-ngulur waktu. Terlalu banyak alasan yang mem
Baca selengkapnya

113. Sambutan Hangat

Setelah seminggu kemudian tepatnya Malam Minggu Brian dan juga Halimah datang ke rumah Hartanto. Sebelumnya Bryan menghubungi Hartanto secara langsung karena ingin membahas semuanya dan ingin menyelesaikan semua permasalahan keluarganya.Bryan meminta pada Hartanto agar semuanya berkumpul di rumah dan bisa mendengarkan dengan baik alasan mereka datang ke sana.Hartanto menerimanya dengan baik, biar bagaimanapun urusannya harus segera diselesaikan, agar di antara mereka tidak ada yang saling membenci lagi."Selamat malam Om," ucap Bryan ketika sampai di rumah Hartanto bersama dengan Halimah.Mereka berdua menuju teras rumah dan disapa hangat oleh Hartanto bersama dengan Heni."Selamat malam juga. Ayo mari silakan masuk," jawab Hartanto dan juga Heni.Hartanto dan Heni sengaja menunggunya di teras depan. Mereka juga menyiapkan makan malam bersama.Naina tidak keberatan setelah mendapatkan teguran dari Hartanto, Heni dan juga Brilian. Brillian memintanya untuk bersikap baik pada Bryan da
Baca selengkapnya

114. Akhirnya Terungkap

Setelah cukup mengobrol lama berbahasa-basi, Hartanto memulai pertanyaan yang mengarah pada inti permasalahan di mana mereka menjadi bermusuhan setelah kejadian yang menimpa Naina, delapan belas tahun yang lalu."Sebenarnya kedatangan Kalian tadi ke sini ada maksud apa? Apa ada tujuan yang ingin kalian sampaikan pada kami, atau hanya sekedar bermain saja?" tanya Hartanto menatap Bryan dan juga Halimah yang duduk tepat berada di depannya.Bryan dan juga Halimah saling bertatapan. Kini Bryan meminta Halimah lah yang harus mengatakan tujuan utamanya datang ke rumah Hartanto."Emm, Maafkan kami berdua sebelumnya. Maksud kedatangan kami yang pertama ingin bersilaturahmi ke rumahnya pak Hartanto, bertemu dengan keluarga besarnya Pak Hartanto. Dan yang kedua, kami ingin meluruskan masalah yang terjadi pada keluarga kami dan juga keluarga Pak Hartanto. Masalah yang kami hadapi cukup berat, tapi kami harus tetap meminta maaf pada kalian, karena kesalahan kami yang sangat sulit untuk bisa dimaa
Baca selengkapnya

115. Saling Memaafkan

Naina menangis mendengar semua itu. Entah kebohongan atau kebenaran ia tidak tahu, tapi yang jelas, ia benar-benar sedih dan memiliki kepercayaan jika apa yang diucapkan oleh Halimah itu adalah kenyataan. Ia hanya butuh pembuktian saja dari kakeknya, apa benar di rumahnya itu tidak menerima bayi perempuan sebagai anggota keluarganya.Ia tidak mempermasalahkan jika saja tidak dianggap sebagai anggota keluarganya, tapi yang paling penting baginya, ia mendapatkan penjelasan yang nyata dari orang tuanya, tidak berbelit-belit dengan alasan yang tidak masuk akal."Kenapa menangis? Kau sudah mendengar sendiri kan pengungkapan orang tuamu. Kau seharusnya senang setelah mendapatkan penjelasan yang nyata. Ini alasan yang sebenarnya Naina, bukan rekayasa mereka seperti dulu yang waktu mereka katakan di Panti asuhan," ucap Brilian menatapnya dengan penuh perhatian.Naina langsung menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya dan memeluknya begitu lah ia menangis sejati-jadinya diperlukan suaminy
Baca selengkapnya

116. Daddy Keterlaluan

Halimah bernafas lega setelah mendapatkan maaf dari Naina. Setelah sekian tahun lamanya dia harus memendam kerinduan pada putrinya itu, hanya karena keegoisan orang tua.Dia sendiri egois karena takut kehilangan hak dari suaminya, tapi dia tersiksa batin karena tidak bisa bersama dengan anak yang seharusnya dirawatnya sendiri."Naina! Mama seneng banget, kamu pada akhirnya mau memaafkan Mama. Kamu jangan sungkan-sungkan datang ke rumah Mama. Mama akan sangat senang kalau kamu mau datang ke rumah Mama. Nanti Mama akan pertemukan kamu sama kakek. Kita datang ke rumahnya kakek dan menjelaskan semuanya," ucap Halimah dengan memegangi tangan Naina yang tengah menangis.Naina masih sulit untuk bisa memaafkan kakeknya yang terlalu kejam, tak mengharapkan keturunan perempuan. "Ya, aku maafkan, tapi untuk kali ini saja, jika sampai Mama mengulanginya lagi, maka jangan harap aku akan memaafkan Mama."Walaupun sudah memberinya maaf, Alana tidak begitu mudah untuk bisa percaya akan ucapan orang
Baca selengkapnya

117. Aku Nggak Mau Punya Adik

"Tidak! Pokoknya momom tidak boleh punya dedek. Aku tidak suka punya dedek, kalau Daddy mau punya dedek, silakan pergi dari sini, Sono cari Mommy yang bisa kasih dedek buat Daddy. Aku tidak suka Daddy punya dedek sama momom!"Semua orang yang ada di ruangan itu menggelakkan tawanya menatap Syakilla yang begitu konyol dengan berkacak pinggang berdiri di depan Brilian.Naina dan juga Brillian membulatkan bola matanya. Begitu menggemaskan Syakila yang menolak mentah-mentah untuk memiliki adik.Dasar anaknya orang gila!" Heni mengumpatinya dengan tertawa.Hartanto juga terbahak-bahak dengan menggelengkan kepalanya."Kau itu, mana mungkin Daddy punya dedek dengan Mommy baru. Mommy kamu aja sanggup buat kasih Daddy dedek, iya kan mom?"Brillian mengerlingkan bola matanya menoleh pada Naina, namun tidak digubris oleh Naina."Emangnya kenapa sih, kalau punya dedek, kok Killa nggak mau?" tanya Brillian dengan menarik tangan Syakila dan dipangkunya.Begitu sayangnya Brillian pada putri keciln
Baca selengkapnya

118. Berbeda Sikap

"Berteman denganmu. Mommy nggak mau temenin kamu di rumah terus. Sekarang kamu malah manja, mommy dilarang kerja, suruh temani kamu terus. Kamu nggak kasihan sama Opa, opa bekerja sendirian, nggak ada yang bantuin."Mendengar ocehan Naina, Syakila hanya mencebikkan bibirnya. Tak peduli kalaupun Opanya harus bekerja sendirian. Ia hanya malas di rumah berdua saja dengan Omanya, tidak seru, omanya tidak bisa diajak bermain-main, dan terlalu banyak mengeluh."Kamu dengarkan kalau Mommy lagi ngomong?" tanya Naina dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik alami putri kecilnya.Syakilla mengangguk. "Iya, aku mendengarnya kok. Tapi tetap saja Mommy tidak boleh pergi kerja. Biarkan saja Opa bekerja sendirian," jawab Syakilla. "Di rumah sama oma nggak enak, Oma banyak ngeluhnya, dikit-dikit Oma kecapean, nggak bisa diajak bermain. Kan beda sama Mommy, kalau Mommy kan bisa temanin aku berenang."Heni memutar bola matanya. Bagaimana ia bisa mengimbangi cucunya yang terlalu aktif, terus
Baca selengkapnya

119. Jangan Takabur

"Nah, Ini yang namanya makanan enak. Kita harus sering-sering datang ke sini buat makan enak, Daddy jangan pelit-pelit, Daddy itu harusnya baik sama anaknya, membelikan sesuatu yang diinginkan oleh anaknya, sukanya menunda-nunda waktu makan anaknya, yang ada anaknya akan sakit perut."Brillian menyengir kuda dengan membuang muka ke arah lain. Naina juga, sebenarnya ia ingin tertawa, namun ia tahan dengan membuang muka. Mereka berdua tidak ikut makan bersama Syakilla. Setibanya di restoran, Syakilla tak berhenti mengoceh menegur Brillian. Ia merasakan nikmatnya ayam goreng dimakan dengan nasi hangat, Ia juga memesan pizza kesukaannya dan akan di bawanya pulang untuk dibuat begadang, karena ia juga ingin belajar membaca kembali setelah terjeda beberapa jam setelah kedatangan neneknya di rumah."Tapi kalau misalnya orang tua tidak memiliki uang, apakah anak juga akan tetap memaksa orang tua untuk membelikan makanan enak di luar?" tanya Brilian membalikkan badannya menatap tubuh mungil
Baca selengkapnya

120. Kecil-kecil Cabe Rawit

Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status