Setelah selesai berbelanja, mereka menyempatkan waktu untuk pergi ke kafe.Sebenarnya Heni menyarankan agar mereka datang ke rumahnya dan mengobrol baik-baik menyelesaikan masalah yang tidak kunjung usai, tapi Halimah dan juga Bryan memiliki alasan belum bisa datang ke rumah mereka, namun mereka berjanji akan datang ke rumah mereka dan menyelesaikan semua permasalahannya.Kini mereka mengajak Naina dan juga Heni beristirahat sejenak di cafe setelah selesai menemani Syakilla belanja. Syakila sendiri juga sudah haus dan juga lapar setelah cukup lama berkeliling di dalam mall, bahkan ia sempat terpisah dari orang tuanya."Emm, Naina, Tante Heni, kita istirahat sejenak di sini ya, sembari menunggu Syakilla makan. Apa tidak sebaiknya kalau kita makan bersama di sini? Saya janji setelah ada waktu yang tepat, Saya akan datang ke rumah Tante Heni bersama dengan Mama saya. Mungkin menurut kalian, kami terlalu banyak alasan dan masih harus mengulur-ngulur waktu. Terlalu banyak alasan yang mem
Setelah seminggu kemudian tepatnya Malam Minggu Brian dan juga Halimah datang ke rumah Hartanto. Sebelumnya Bryan menghubungi Hartanto secara langsung karena ingin membahas semuanya dan ingin menyelesaikan semua permasalahan keluarganya.Bryan meminta pada Hartanto agar semuanya berkumpul di rumah dan bisa mendengarkan dengan baik alasan mereka datang ke sana.Hartanto menerimanya dengan baik, biar bagaimanapun urusannya harus segera diselesaikan, agar di antara mereka tidak ada yang saling membenci lagi."Selamat malam Om," ucap Bryan ketika sampai di rumah Hartanto bersama dengan Halimah.Mereka berdua menuju teras rumah dan disapa hangat oleh Hartanto bersama dengan Heni."Selamat malam juga. Ayo mari silakan masuk," jawab Hartanto dan juga Heni.Hartanto dan Heni sengaja menunggunya di teras depan. Mereka juga menyiapkan makan malam bersama.Naina tidak keberatan setelah mendapatkan teguran dari Hartanto, Heni dan juga Brilian. Brillian memintanya untuk bersikap baik pada Bryan da
Setelah cukup mengobrol lama berbahasa-basi, Hartanto memulai pertanyaan yang mengarah pada inti permasalahan di mana mereka menjadi bermusuhan setelah kejadian yang menimpa Naina, delapan belas tahun yang lalu."Sebenarnya kedatangan Kalian tadi ke sini ada maksud apa? Apa ada tujuan yang ingin kalian sampaikan pada kami, atau hanya sekedar bermain saja?" tanya Hartanto menatap Bryan dan juga Halimah yang duduk tepat berada di depannya.Bryan dan juga Halimah saling bertatapan. Kini Bryan meminta Halimah lah yang harus mengatakan tujuan utamanya datang ke rumah Hartanto."Emm, Maafkan kami berdua sebelumnya. Maksud kedatangan kami yang pertama ingin bersilaturahmi ke rumahnya pak Hartanto, bertemu dengan keluarga besarnya Pak Hartanto. Dan yang kedua, kami ingin meluruskan masalah yang terjadi pada keluarga kami dan juga keluarga Pak Hartanto. Masalah yang kami hadapi cukup berat, tapi kami harus tetap meminta maaf pada kalian, karena kesalahan kami yang sangat sulit untuk bisa dimaa
Naina menangis mendengar semua itu. Entah kebohongan atau kebenaran ia tidak tahu, tapi yang jelas, ia benar-benar sedih dan memiliki kepercayaan jika apa yang diucapkan oleh Halimah itu adalah kenyataan. Ia hanya butuh pembuktian saja dari kakeknya, apa benar di rumahnya itu tidak menerima bayi perempuan sebagai anggota keluarganya.Ia tidak mempermasalahkan jika saja tidak dianggap sebagai anggota keluarganya, tapi yang paling penting baginya, ia mendapatkan penjelasan yang nyata dari orang tuanya, tidak berbelit-belit dengan alasan yang tidak masuk akal."Kenapa menangis? Kau sudah mendengar sendiri kan pengungkapan orang tuamu. Kau seharusnya senang setelah mendapatkan penjelasan yang nyata. Ini alasan yang sebenarnya Naina, bukan rekayasa mereka seperti dulu yang waktu mereka katakan di Panti asuhan," ucap Brilian menatapnya dengan penuh perhatian.Naina langsung menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya dan memeluknya begitu lah ia menangis sejati-jadinya diperlukan suaminy
Halimah bernafas lega setelah mendapatkan maaf dari Naina. Setelah sekian tahun lamanya dia harus memendam kerinduan pada putrinya itu, hanya karena keegoisan orang tua.Dia sendiri egois karena takut kehilangan hak dari suaminya, tapi dia tersiksa batin karena tidak bisa bersama dengan anak yang seharusnya dirawatnya sendiri."Naina! Mama seneng banget, kamu pada akhirnya mau memaafkan Mama. Kamu jangan sungkan-sungkan datang ke rumah Mama. Mama akan sangat senang kalau kamu mau datang ke rumah Mama. Nanti Mama akan pertemukan kamu sama kakek. Kita datang ke rumahnya kakek dan menjelaskan semuanya," ucap Halimah dengan memegangi tangan Naina yang tengah menangis.Naina masih sulit untuk bisa memaafkan kakeknya yang terlalu kejam, tak mengharapkan keturunan perempuan. "Ya, aku maafkan, tapi untuk kali ini saja, jika sampai Mama mengulanginya lagi, maka jangan harap aku akan memaafkan Mama."Walaupun sudah memberinya maaf, Alana tidak begitu mudah untuk bisa percaya akan ucapan orang
"Tidak! Pokoknya momom tidak boleh punya dedek. Aku tidak suka punya dedek, kalau Daddy mau punya dedek, silakan pergi dari sini, Sono cari Mommy yang bisa kasih dedek buat Daddy. Aku tidak suka Daddy punya dedek sama momom!"Semua orang yang ada di ruangan itu menggelakkan tawanya menatap Syakilla yang begitu konyol dengan berkacak pinggang berdiri di depan Brilian.Naina dan juga Brillian membulatkan bola matanya. Begitu menggemaskan Syakila yang menolak mentah-mentah untuk memiliki adik.Dasar anaknya orang gila!" Heni mengumpatinya dengan tertawa.Hartanto juga terbahak-bahak dengan menggelengkan kepalanya."Kau itu, mana mungkin Daddy punya dedek dengan Mommy baru. Mommy kamu aja sanggup buat kasih Daddy dedek, iya kan mom?"Brillian mengerlingkan bola matanya menoleh pada Naina, namun tidak digubris oleh Naina."Emangnya kenapa sih, kalau punya dedek, kok Killa nggak mau?" tanya Brillian dengan menarik tangan Syakila dan dipangkunya.Begitu sayangnya Brillian pada putri keciln
"Berteman denganmu. Mommy nggak mau temenin kamu di rumah terus. Sekarang kamu malah manja, mommy dilarang kerja, suruh temani kamu terus. Kamu nggak kasihan sama Opa, opa bekerja sendirian, nggak ada yang bantuin."Mendengar ocehan Naina, Syakila hanya mencebikkan bibirnya. Tak peduli kalaupun Opanya harus bekerja sendirian. Ia hanya malas di rumah berdua saja dengan Omanya, tidak seru, omanya tidak bisa diajak bermain-main, dan terlalu banyak mengeluh."Kamu dengarkan kalau Mommy lagi ngomong?" tanya Naina dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik alami putri kecilnya.Syakilla mengangguk. "Iya, aku mendengarnya kok. Tapi tetap saja Mommy tidak boleh pergi kerja. Biarkan saja Opa bekerja sendirian," jawab Syakilla. "Di rumah sama oma nggak enak, Oma banyak ngeluhnya, dikit-dikit Oma kecapean, nggak bisa diajak bermain. Kan beda sama Mommy, kalau Mommy kan bisa temanin aku berenang."Heni memutar bola matanya. Bagaimana ia bisa mengimbangi cucunya yang terlalu aktif, terus
"Nah, Ini yang namanya makanan enak. Kita harus sering-sering datang ke sini buat makan enak, Daddy jangan pelit-pelit, Daddy itu harusnya baik sama anaknya, membelikan sesuatu yang diinginkan oleh anaknya, sukanya menunda-nunda waktu makan anaknya, yang ada anaknya akan sakit perut."Brillian menyengir kuda dengan membuang muka ke arah lain. Naina juga, sebenarnya ia ingin tertawa, namun ia tahan dengan membuang muka. Mereka berdua tidak ikut makan bersama Syakilla. Setibanya di restoran, Syakilla tak berhenti mengoceh menegur Brillian. Ia merasakan nikmatnya ayam goreng dimakan dengan nasi hangat, Ia juga memesan pizza kesukaannya dan akan di bawanya pulang untuk dibuat begadang, karena ia juga ingin belajar membaca kembali setelah terjeda beberapa jam setelah kedatangan neneknya di rumah."Tapi kalau misalnya orang tua tidak memiliki uang, apakah anak juga akan tetap memaksa orang tua untuk membelikan makanan enak di luar?" tanya Brilian membalikkan badannya menatap tubuh mungil
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain