Mendapati kedatangan Brilian lainnya langsung melotot menyambutnya di depan pintu.Iya hanya kesal karena sudah cukup lama menghubungi baru dia datang dengan anaknya yang sudah tertidur."Kamu itu dari mana aja sih! Aku udah telepon dari tadi baru sekarang pulangnya. Katanya OTW pulang, tapi kenapa sampai sekarang baru pulang. Kebiasaan banget kalau bawa Killa itu harusnya pamit dulu sama Aku, bukan nyelonong pergi gitu aja. Kamu itu tinggal enaknya tahu nggak?! Aku berjuang sendirian, nggak ada yang peduli sama aku. Sekarang Killa udah besar, kamu tinggal bawa-bawa aja, bikin kesel aja kamu itu!"Naina mengomel dengan berkacang pinggang di depan pintu dengan tatapannya buas.Heni yang ada di dalam rumahnya hanya geleng-geleng kepala mendengar omelan Naina, saat mengomel, dia sudah seperti macan kehilangan taringnya."Ya ampun yang! Kamu tahu sendiri kan jalan selalu macet kalau sore hari. Aku terjebak macet di tengah jalan, mau cari jalan tikus juga susah. Gak usah marah-marah gitu
"Aku ini adikmu!""Ya aku tahu lah, tapi kan adik angkat, nggak ada ikatan darah, jadi aku berani menyatakan cintaku padamu. Kalau kita adik kandung atau sepupu, mungkin aku akan menjauhimu, bisa jadi aku pergi meninggalkan keluarga kalau sampai aku mencintai saudara sedarahku," jawab Brillian.Kalah telak, Naina tidak bisa membantahnya lagi. Cara apapun ia lakukan untuk menghindari Brillian, tak membuat pria itu menjauhinya."Kenapa diam? Apa tidak ada lagi pertanyaan untukku? Apa kau sudah kalah dariku? Kalau sudah kalah sebaiknya kau ..."Dengan cepat Naina menoleh hingga membuat posisi mereka berhadapan. "Sebaik apa?" tanya Naina dengan tatapan datar tanpa ekspresi."Sebaiknya menyerah saja dan kita bersenang-senang sekarang."Briliant menangkupkan tangannya di pipi Naina dengan tatapan dalam. Laki-laki itu sangat mencintai Naina dengan tulus, bukan karena obsesi, tapi cinta yang murni tumbuh di hati sanubarinya sejak masih kecil."Aku ingin kau tidak lagi menganggapku sebagai ka
Setelah selesai melakukan hubungan suami istri di kamar mandi, Naina maupun Brilian bergegas untuk membersihkan diri.Naina sendiri masih punya banyak pekerjaan ibu rumah tangga yang harus segera diselesaikan. Dia harus memasak buat Syakilla, dan masih harus memandikannya. Belum lagi Brillian request minta dimasakkan cumi pedas manis."Kak! Masaknya aku agak lambat ya, nunggu Syakilla bangun. Aku mau memandikannya dulu, setelah itu aku bikinin makanan buat dia, baru kamu," ucapnya dengan menyisir rambut setelah selesai mandi.Brillian yang masih mengenakan handuk sebatas pinggang, ia mendekat dan memeluknya dari belakang."Udah, santai aja lagi. Entar aku bantuin," jawab Brillian dengan menempelkan dagunya di pundak Naina.Naina menghentikan tangannya yang tengah menyisir rambutnya, ia memicingkan bola matanya menatap Brilian dari pantulan cermin. "Mau bantuin apa?" tanya Naina."Ya apa aja. Masak, atau mandiin Killa. Atau kita makan malam di luar aja kalau kamu capek. Aku nggak mau
Setelah menikah, Alana merasakan begitu berbeda dengan sebelumnya mendapatkan perhatian yang lebih dari Brilian membuatnya merasak bahagia, walaupun tak bisa dipungkiri dia masih memiliki kesedihan karena masih terpikirkan oleh orang tua kandungnya. Apakah dia harus memaafkan orang yang sudah tega menelantarkannya, atau memutuskan untuk tidak mau berurusan lagi dengan mereka.Sebulan telah berlalu, Alana membiasakan diri kembali untuk pergi keluar sendiri dengan Syakila. Brilian tidak keberatan di saat dirinya sedang sibuk bekerja, Alana harus menghandle pekerjaan rumah, mengurus anak dan juga membantu Papanya bekerja, apalagi kantor Papanya dan Brillian berbeda, Alana memilih untuk membantu pekerjaan Papanya."Syakilla, ayo cepatlah kalau makan. Disuapi Mommy nggak mau, tapi kalau makan sendiri suka lelet. Mommy sebentar lagi ada meeting, Kalau kamu lelet gini Mommy bisa terlambat pergi ke kantor," omel Naina agak kesal menunggu anaknya yang cukup lama menghabiskan sarapannya."Iya,
Setelah selesai mengantarkan Syakilla, Naina bergegas menuju kantornya.Hari itu dia ada meeting bersama dengan beberapa klien Papanya. Dia membantu Papanya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan suaminya sendiri memiliki bisnis lain yang juga sibuk tidak bisa membantu lagi orang tuanya, Brillian menyerahkan semua tanggung jawabnya pada Naina.Tidak disangka setibanya di dalam kantor, Naina bertemu dengan Bryan yang juga ikut meeting bersamanya. Naina selalu menghindar dan tidak mau berurusan lagi dengan laki-laki itu."Sialan rupanya dia ada di sini juga. Ngapain sih, dia ada di sini. Bikin bad mood aja," gerutu Naina saat berpapasan dengan Bryan yang tak lain adalah kakak kandungnya.Saat jarak mereka begitu dekat Naina langsung membalikkan badan melewati lorong yang tidak terlalu luas.Ia sengaja menghindar tidak mau berurusan lagi dengan keluarga Bryan, karena hanya akan menyakiti hatinya saja."Naina! Aku ingin bicara sama kamu," ucap Bryan ketika mendapati Naina sengaja men
Meeting berjalan sesuai rencana, tapi kali ini Naina benar-benar diam seribu bahasa, tidak mau membahas apapun.Untung saja Hartanto masih aktif saat memberikan motivasi buat klien-kliennya, tapi ia berfikir, ada apa dengan putrinya."Dia kenapa lagi, sepertinya dia tengah ada masalah. Kalau masalah pribadi dibawa ke kantor ya gini, kerja jadi nggak konsisten," gumam Hartanto membatin.Hartanto menatap kesal pada Naina yang nampak murung tidak seperti biasanya. Dia terlihat begitu cemas, sangat berbeda sekali saat mereka masih berada di rumah. Waktu masih ada di rumah, Naina sangat semangat untuk membantunya menjalankan bisnis barunya. Namun setibanya di kantor dan dipertemukan dengan klien-kliennya, Naina mendadak kicep, tidak bicara sedikitpun."Pembahasan proyek baru kali ini saya rasa cukup sampai sini dulu, mungkin ada lain waktu kita bahas kembali," ucap Hartanto dengan wajah tegas.Hartanto memang selalu tegas dan disiplin, membuat semua rekannya menaruh rasa hormat dan se
Bryan pulang membawa rasa kecewa. Ia tidak bisa membuat Naina luluh dan memberinya maaf. Apalagi Naina benar-benar tidak mau mengenalinya sebagai keluarga."Bryan! Bagaimana? Apakah kamu tadi bertemu dengan Naina?" tanya Halimah.Bryan mengangguk dengan wajahnya muram. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamunya dengan tatapan murung.Halimah mulai berpikir kecewa dengan sikap anak laki-lakinya. Ia berpikir kalau Bryan tidak berhasil membujuk Naina, atau mungkin Naina tidak sempat bertemu anak laki-lakinya itu."Apakah kamu tadi tidak bertemu dengan Naina? Atau memang lainnya tidak mau bertemu denganmu?" tanya Halimah."Dia tidak mau bicara denganku Ma. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuatnya yakin dan percaya akan omonganku. Aku hanya ingin meminta maaf padanya, tapi dia tidak mau memaafkanku. Bahkan dia ..."Bryan menggantungkan ucapannya dengan menatap nanar pada wajah perempuan paruh baya yang terlihat nampak pucat karena tengah sakit."Dia kenapa Bryan? Apakah
"Sebenarnya Mama melakukan semua itu karena orang tua Papa kamu, Bryan. Kakek dan nenek kamu menginginkan anak laki-laki, mereka tidak menyukai anak perempuan. Saat kehamilan Mama dinyatakan perempuan, Mama bingung, harus menyembunyikannya dari keluarga, mama sampai menggunakan USG palsu untuk mengelabuhi mereka," ungkap Halimah.Bryan seketika merinding mendengar penjelasan dari Mamanya. Mereka benar-benar orang tua yang haus akan harta, sampai-sampai melakukan hal yang keji terhadap keturunannya sendiri."Almarhum Papa kamu meminta Mama untuk tutup mulut tidak boleh menjelaskan kebenarannya pada keluarga. Bahkan Papa kamu nggak pernah mengajak Mama untuk berkumpul bersama keluarga besarnya, takutnya Mana akan kelepasan dan membuat semua rencananya berantakan. Waktu itu kamu masih sangat kecil dan kamu tidak bisa mengingat apa yang terjadi pada mama waktu itu.""Gila! Ternyata kalian sangat gila. Demi harta kalian melakukan semua itu," bantah Bryan sangat kecewa."Ya kami harus bi
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain