Dan akhirnya, Naina, Brillian dibantu oleh kedua sepupunya datang ke yayasan panti asuhan di mana Naina tinggal sebelum dipungut oleh keluarga Hartanto.Ia memantapkan hatinya untuk mau datang meminta restu pada ibu panti yang sudah menolongnya."Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga di panti. Ternyata cukup jauh juga ya, untuk sampai di sini," celetuk Nevi."Kurang lebih sekitar satu jam dari rumah," sahut Naina."Pantesan agak panas nih pinggang," sahut Shinta dengan menyengir, merasakan pinggangnya agak lumayan ngilu.Brilian keluar dari dalam mobil dan membuka bagasi belakang. Mengeluarkan cukup banyak kotak makanan. Dia sengaja membawa mobil berukuran besar, yang bisa memuaskan lebih banyak makanan."Kalau begitu kita temuin saja ibu panti. Kemarin memang aku sempat menelpon, kalau aku mau datang ke sini, tapi bukan berarti aku memberitahunya untuk mengantarkan makanan. Jadi alangkah baiknya kalau kita temui dulu ibu pantinya," celetuk Naina."Oh! Oke. Kalau begitu kita langsu
"Ibu memiliki kabar baik apa buat apa Bu?" tanya Naina.Naina sangat penasaran dengan apa yang dikatakan oleh ibu panti. Kabar baik apa maksud dari ibu panti hingga membuatnya yakin kalau kabar yang diberikan itu tidak akan membuatnya kecewa."Sudah, kamu nanti juga akan tahu sendiri, kok. Maaf ya, Ibu tidak tahu kalau kamu sudah menikah, jadi ibu tidak menyiapkan apa-apa buat hadiah pernikahan kamu. Ibu hanya mendoakan yang terbaik buat kamu, semoga kamu nanti menjadi istri yang baik buat nak Brillian, jangan buat dia kecewa, dia sudah sangat baik, dan kamu juga harus bersikap baik padanya," tutur ibu panti.Naina memutuskan untuk diam, dia mengikuti ibu panti dan bertemu dengan tamu-tamunya yang ada di ruangan tengah.Begitu terkejutnya Naina dan juga Brilian ketika mendapati Bryan bersama dengan orang tuanya ada di tempat yang sama. Brilian sempat menegur dengan selorohnya, dan itu membuat semua orang tertawa."Loh! Bryan, ngapain kau ada di sini. Apakah sudah insaf, hingga datang
"Loh, yang! Kamu bukannya punya ..."Naina menggelengkan kepalanya dengan cepat dia tidak mau berurusan dengan keluarga itu lagi.Brilian masih ingat betul Naina memiliki tanda lahir di bawah telapak kakinya yang berbentuk bulan, dan ia sangat yakin kalau ternyata Naina adalah anak dari ibu Halimah sendiri."Yang Kamu kan punya tanda lahir di bawah telapak kakimu. Coba tunjukkan. Biar kami semua yang akan melihatnya," pinta Brillian."Benar Naina, coba kamu tunjukkan tanda lahirmu. Ibu masih ingat betul kamu memiliki tanda lahir di telapak kakimu dan itu tidak salah kalau bu Halimah memang ibu kandung kamu.""Tidak! Itu tidak mungkin! Aku bukan anaknya!"Naina langsung beranjak Pergi dengan membawa luka hati yang mendalam Setelah sekian lama dia ditinggalkan oleh orang tuanya dan sekarang dicari dan ternyata orang tua kandungnya selama ini adalah orang yang paling dekat dengan keluarganya.Naina! Tunggu!"Seketika Brillian langsung mengejarnya, dia takut Naina kenapa-napa karena kondi
"Naina, kamu tidak apa-apa sayang?" tanya ibu panti setelah mendapati Naina sudah kembali masuk ke dalam ruangan.Naina hanya menatap pada ibu panti saja dengan matanya sembab ia malas menatap Halimah ataupun Bryan, orang yang sudah berpengaruh dalam hidupnya."Aku datang ke sini hanya untuk berpamitan Bu. Aku mau pulang sekarang. Mamaku sudah menunggu di rumah, dan aku tidak bisa berlama-lama di sini," jawab Naina.Ibu panti mengerti apa yang dirasakan oleh Naina. Sudah pasti Naina kali ini sangat terpukul, selama hidupnya ia diabaikan oleh orang tuanya sendiri, dan sekarang dicari untuk diakui sebagai anaknya dan itu tidak mudah baginya."Ya sudah kalau begitu terima kasih banyak ya atas segala rezekinya yang sudah diberikan pada ibu dan juga adik-adik kamu di panti. Ibu titip salam buat Mama dan Papa kamu di rumah, semoga mereka baik-baik saja dan diberikan kesehatan serta rezeki yang lancar berkah barokah," ucap ibu panti."Amin."Semua orang menjawab dengan serempak."Ya sudah B
"Loh! Naina! Kenapa dia?"Tiba di rumahnya, Naina langsung berlari menuju kamarnya, ia menangis sejadi jadinya tanpa menghiraukan orang-orang yang ada di dalam rumahnya."Brillian! Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia menangis? Apa kau yang membuatnya menangis?"Mendapati Brillian masuk ke dalam rumah bersama dengan Nevi dan juga Shinta, Heni beranjak dari tempat duduknya di ruang tengah. Ia ingin tahu apa yang sudah terjadi pada Naina."Ma! Nanti aku jelasin, aku akan menenangkannya dulu," jawab Brillian.Brillian langsung bergegas menuju kamar untuk menemui Naina.Heni, Hartanto dan Marwah saling bertatapan. Untung saja masih ada Nevi dan juga Shinta yang bisa dimintai penjelasan."Kalian berdua, sini, duduklah," pinta Hartanto.Nevi dan Shinta mengangguk dengan wajahnya yang menunjukkan ketidaksabaran ingin menceritakan tentang apa yang sudah terjadi pada Naina."Kalian tadi bersama dengan Naina dan juga Brillian kan? Coba ceritakan, apa yang sudah terjadi pada Naina, kenapa dia ta
"Pasti kau akan membutuhkannya!""Tidak! Aku tidak akan pernah membutuhkan mereka. Bahkan sampai sekarang aku tidak pernah membutuhkan mereka. Jangan paksa aku untuk menaruh simpati pada mereka. Mereka sendiri sudah membuangku dan menganggapku sebagai sampah. Setelah sekian tahun lamanya, mereka datang dan ingin memungut sampah itu kembali, menyebalkan!"Brillian sampai kehilangan akal untuk membujuk istrinya. Ia tidak menyalahkan Naina, karena terlanjur kecewa pada orang tua kandungnya, tapi setidaknya Naina juga harus ingat, kalau tidak ada mereka, ia juga tidak akan pernah ada di dunia."Ya sudah ... Terserah kamu saja, aku hanya ingin mengingatkanmu, kalau menurutmu anggapanmu itu benar, ya sudah. Aku tidak bisa lagi memaksamu."Brillian memutuskan untuk diam, dan memantau Naina secara diam-diam. Ia tidak mau wanita yang baru dinikahinya itu menaruh dendam dan benci padanya.***"Naina! Apakah mama sama papa boleh masuk?"Heni dan Hartanto mengetuk pintu kamarnya Naina.Walaupun m
"Ma! Apakah Syakilla ada di kamarnya Mama? Apakah dia tidur tadi dengan Mama?" tanya Brilian yang tidak mendapati anaknya sama sekali. Ia berpikir anak perempuannya tengah tidur di kamar orang tuanya, sebab ia dan Naina tengah tidak ada di rumah."Dia nggak lagi tidur, perasaan dia tadi main-main kok. Kayaknya dia masuk ke dalam kamarmu tadi, apa dia tidur di kamarmu."Heni sendiri bahkan sampai melupakan cucu perempuannya yang tidak ada bersamanya. Brilian menggerutu, dititipi anaknya saja sudah teledor, takutnya Syakila keluar dari rumah, dan dia berada di luar sendirian."Mama ini gimana sih, dititipin anak sebentar aja nggak jagain kalau sampai dia keluar rumah bagaimana kalau sampai dia kenapa-napa bagaimana aku cuman sebentar loh keluar bukannya Mama di sini juga sama papa ada Tante Marwah juga, masa sama anak satu saja enggak tahu di mana keberadaannya," omel Brillian.Naina bahkan sampai mengabaikan anaknya karena terlalu stres berat. Dia tidak bisa melupakan kejadian di mana
"Akan menyesal nantinya."Bukannya tidak mendukung Naina, Brilian amat kecewa karena Naina lebih memilih memikirkan orang-orang yang sudah tega mentelantarkannya, dibandingkan dirinya dan juga orang tuanya yang selalu ada selama ini.Ia hanya meminta agar Naina sadar jika semua orang yang ada di sekitarnya sangat menyayangimu apalagi anaknya membutuhkan kasih sayang yang lebih bukan diabaikan seperti itu."Maaf, aku nggak ada maksud untuk mengabaikan kalian yang ada di sini. Justru aku sangat bersyukur karena kalian selalu peduli padaku dan tidak pernah mengabaikanku. Aku hanya kecewa saja, kenapa baru kali ini ada orang datang-datang mengakuiku sebagai anaknya, sedangkan kami sudah saling mengenal sejak lama. Lucu aja gitu, kenapa baru sekarang aku dianggap sebagai anaknya, kenapa nggak dari dulu aja kalau memang mereka ingin mengetahui tentang identitasku," ungkap Naina menatapnya nanar dengan matanya berkaca-kaca.Syakilla yang melihat kesedihan Mamanya ikut menangis. Gadis kecil i
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain