Semua Bab Terjerat Cinta Kakak Angkat : Bab 61 - Bab 70

128 Bab

61. Bilang Saja Cemburu

"Halo Syakilla," sapa Heni yang tengah berkutat menyiapkan sarapan paginya. "Wah ..., kamu terlihat bahagia sekali. Ada apa sayang? Apakah ada hal yang membuatmu bahagia hari ini?"tanya Heni melihat wajah sumeringah cucunya yang baru saja keluar dari tempat tidurnya.Pagi itu mereka bisa menikmati sarapan bersama kembali seperti dulu, dan kini semuanya nampak berbeda. Naina mau melayani Brilian mengambilkan makanan, tidak seperti dulu dia sangat gengsi dan tidak peduli pada Brilian.Brillian sangat bahagia karena Naina terlihat agak menghangat hatinya, setelah ia menjelaskan bagaimana kedepannya, hidup bersama mengarungi bahtera rumah tangga."Tentu saja dia bahagia sekali. Semalaman aku bahkan sampai tidak bisa bergerak sama sekali. Tangannya itu memegangku dengan sangat erat, dia pasti takut kalau aku pergi lagi saat dia tidur. Jadi dia ia putuskan untuk memegangku agar aku tidak bisa bergerak dan meninggalkannya," ungkap Brilian melirik pada Syakhilla yang duduk anteng disebelahnya
Baca selengkapnya

62. Apa Kalian Bermasalah Dengan Orang Lain?

Pagi sekitar pukul delapan, petugas Berwajib datang untuk mencari Brilian. Mereka menuju rumah dan bertanya langsung pada satpam penjaga yang tengah menikmati sarapan di pos, depan rumah Hartanto."Selamat pagi Pak. Apa benar ini kediamannya Bapak Brilian?" tanya seorang petugas berwajib pada Satpam dengan tatapan tegasnya.Pihak berwajib diberi tahu alamat rumahnya oleh Brilian, karena beliau masih mengusut kejadian perkara di mana Naina dan Syakilla mengalami kecelakaan. Dan kini ia mencari keberadaan Brilian dan keluarganya, karena mereka sudah tidak ada di rumah sakit."Iya benar Pak. Maaf sebelumnya, kalau boleh tahu Bapak sudah berjanjian dengan Pak Brilian ,atau dengan Pak Hartanto?" tanya Satpam penjaga ingin memastikan apakah majikannya meminta petugas berwajib datang ke rumahnya."Saya sudah menghubungi Bapak Brilian dan diminta untuk datang ke rumahnya, dan saya ingin memastikan apa benar di sini rumahnya Bapak Brillian. Jika memang benar di sini rumahnya, bisakah kami mas
Baca selengkapnya

63. Ternyata Dia Pelakunya

"Tapi saya tidak punya masalah dengan orang lain Pak. Saya tidak pernah berdebat atau berantem dengan orang lain. Kalaupun ada orang lain yang menyimpan dendam pada saya, saya sendiri juga tidak mengetahuinya, di mana letak kesalahan saya."Naina yang jarang beradaptasi dengan lingkungan, ia tidak pernah merasa memiliki musuh. Mungkin ada orang lain yang sengaja menjahatinya, atau bisa jadi menaruh dendam padanya Karena masih dibuat penasaran, ia pun kembali bertanya, siapa yang sudah membuatnya mengalami kecelakaan. "Tapi kira-kira siapa yang sudah melakukan ini semua pada saya ya Pak. Atau barangkali Bapak sudah mendapati ciri-cirinya? Apakah dia cowok, atau mungkin cewek?" tanya Naina menatap kedua pihak berwajib itu dengan raut muka sedih.Salah satu dari petugas itu menyerahkan ponselnya. Dia menunjukkan hasil rekaman yang ada di salah satu rumah warga, di tempat kejadian perkara."Ini hasil dari rekaman yang saya ambil dari CCTV warga sana. Sepertinya dia seorang cewek. Lihatla
Baca selengkapnya

64. Jangan Harap Aku Akan Melepaskannya

"Tarisa! Keluar kau!"Brillian mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantor ia membalikkan mobilnya menuju rumah Tarisa pikirannya sedang kacau dia ingin mendapatkan penjelasan langsung dari Tarisa.Pintu rumah Tarisa terbuka, dan nampaklah dua paruh baya dengan tatapan melotot, menatap Brilian yang tengah memencet berkali-kali."Kau itu punya sopan santun apa nggak sih. Datang ke rumahnya orang tanpa permisi, teriak-teriak lagi. Ini bukan hutan, kami masih punya harga diri, dan siapapun yang datang ke sini harus sopan santun. Kalau tujuanmu datang ke sini hanya untuk marah-marah lebih baik kau pergi dari sini," cecar Bima yang tak lain adalah ayah kandung Tarisa."Maaf Om. Kedatangan saya kemari memang kurang sopan, saya tahu itu, tapi saya ingin meminta penjelasan dari anak Om, karena anak Om sudah melakukan tindakan bodoh. Tarisa sudah mencelakai keluarga saya, dan saya tidak terima itu," jawab Brilian tak juga menunjukkan sikap sopan santun pada kedua orang tua Tarisa.Kemarahan Bri
Baca selengkapnya

65. Dia Telah Memfitnahku

Tarisa keluar dari kamarnya dia yang hendak pergi dengan dandanannya yang sudah rapi terkejut melihat keberadaan Brilian di luar pintu utama.Brilian terlihat tengah ngobrol dengan orang tuanya, dan ia tidak tahu apa saja yang sudah Brilian katakan pada orang tuanya."Loh! Bukannya itu Brilian. Kenapa dia ada di sini seketika langkahnya terhenti saat berada di anak tangga dia hendak masuk kembali menuju kamarnya, namun dengan cepat Bima memanggilnya."Tarisa! Mau ke mana kau! Cepatlah kemari," ucap Bima tegas dengan tatapan melotot pada anak perempuannya.Tarisa yang hendak berbalik badan, ia urungkan. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada orang tuanya, hingga mereka, terutama Bima memanggilnya dengan nada kasar."Iya Pa, baiklah," jawab Tarisa dengan wajahnya mulai menciut. Dia nampak kelihatan begitu takut mendapatkan pelototan dari Bima.Perlahan Tarisa berjalan bergabung bersama dengan mereka. Tidak satupun orang menegur sapa padanya, termasuk Brilian sendiri sangat
Baca selengkapnya

66. Akhirnya Mengaku

"Kurasa kau sudah mengada-ngada. Ini bukanlah aku, ini pasti orang lain," bantah Tarisa tidak mengakui kalau gambar itu adalah dirinya. "Kau sengaja mengeditnya menjadi gambarku, kan? Kau jangan seperti itu Brilian. Kalau kau menaruh dendam padaku, jangan bertindak murahan seperti ini. Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun Pa, percayalah, kalau aku tidak bersalah."Plak!!Sebuah tamparan keras melayang di pipinya, Bima sendiri yang sudah menamparnya, karena sudah mendapatkan jelas-jelas bukti kejahatannya. Tarisa masih saja mengelak. Bima benar-benar menyesal karena sudah membesarkan Tarisa dan membuatnya menjadi orang jahat. Ia sendiri dibuat malu oleh anaknya sendiri, dan pantas saja Brilian mengurungkan niatnya untuk menikahi anak gadisnya itu, anak gadisnya bukanlah wanita baik-baik, sungguh menjengkelkan"Berani-beraninya kau mengatakan kalau foto ini rekayasa! Ini jelas-jelas wajahmu, ini jelas-jelas dirimu bajumu semuanya milikmu. Kau masih menganggapnya ini sebuah rekayas
Baca selengkapnya

67. Kau Bukan Anakku Lagi

"Masih perawan?"Tarisa langsung kicep, bahkan orang tuanya sendiri ingin membuktikan bahwa dirinya benar-benar masih segel atau sudah dijamah oleh laki-laki.Orang tuanya berniat untuk membawanya pergi ke rumah sakit melakukan tes keperawanan, tapi dia langsung menolaknya."Untuk apa kita harus pergi ke rumah sakit. Apa Papa tidak malu kalau aku memang sudah tidak perawan. Di rumah sakit adalah tempat umum, jika Papa mempermalukanku di rumah sakit maka Papa sendiri juga akan malu di depan semua orang karena tidak bisa menjaga aku dengan baik."Belum selesai mereka berdebat, datanglah dua orang petugas berwajib ke rumahnya. Brilian sendiri masih ada di tempat itu, Brillian sangat bersyukur karena petugas berwajib melakukan tugasnya dengan baik dan tidak mengecewakannya."Selamat siang Pak. Apa benar ini rumahnya Bapak Bima, atau Ayah dari Tarisa," ucap petugas berwajib itu dengan memberikan hormat pada Bima.Bima mengangguk, tidak disangka, pihak berwajib datang untuk menemuinya."Iya
Baca selengkapnya

68. Kau Hanya Akan Menikah Denganku

Syakilla bahagia, karena ia sudah bisa bersekolah lagi. Ia akan bertemu dengan teman-temannya yang sudah membuatnya nyaman.Bahkan semua teman-temannya dan juga orang tua dari temannya menanyakan kabar tentang kesehatannya."Syakilla! Apakah kamu sudah sembuh? Kasihan sekali dirimu. Kenapa ada orang jahat tega menabrakmu. Apa Mommy kamu tidak berhati-hati saat mengendarai motor?" tanya Letta, teman sebangku Syakilla."Tentu saja Mommyku berhati-hati, kami bahkan berada di pinggiran jalan. Tapi tiba-tiba saja sebuah mobil dengan kecepatan tinggi langsung menabrak kami. Kau tahu tidak, aku sampai terjungkal di aspal, Mommyku terjatuh di pinggiran di bebatuan, dan motorku hancur," jawab Syakhilla.Walaupun Syakhilla sendiri tidak tahu kejadiannya karena dia langsung pingsan, tapi dia mendengarkan cerita dari Naina,, sehingga dia bisa menceritakannya pada teman-temannya di sekolah."Wah! Jahat bener orang itu ya? Sampai-sampai membuatmu terjatuh ke aspal. Kamu harus bersyukur Syakhilla,
Baca selengkapnya

69. Curiga

Setelah selesai berhasil membujuk Syakilla untuk tetap berada di sekolah, mereka akhirnya menuju tempat di mana meeting itu berada, di salah satu cafe yang biasanya ditempati oleh Brilian dan juga Bryan bersama dengan rekan-rekan bisnisnya.Kali ini bukan hanya mereka sendiri, tapi Naina dilibatkan mewakili Hartanto, karena Hartanto sendiri memiliki kesibukan di tempat lain."Ini seriusan, ada Nyonya Naina juga," ucap Bryan ketika mereka datang dan saling berjabat tangan.Naina hanya mengulas senyumnya. Sebenarnya ia sangat malu pada Bryan, karena hampir semua masalah pribadinya diketahui oleh Bryan. Bahkan dia hampir saja dipinang oleh Bryan, tanpa sepengetahuannya, dan Brilian sendiri yang mengatakan padanya."Lepaskan tanganmu," ucap Brilian dengan tatapan dingin, ketika melihat Bryan tidak juga melepaskan tangan Naina saat berjabatan.Seketika Bryan melepas tawanya, dan melepaskan jabatan tangannya pada Naina. "Oh! Iya, maaf-maaf, sekarang udah ada pawangnya, ya? Tapi kira-kira in
Baca selengkapnya

70. Tampang Polos Tapi Menyebalkan

"Tapi untuk sekarang saya benar-benar tidak bisa bekerjasama dengan Bapak. Saya akan mengundurkan diri, dan Bapak bisa meminta orang lain sebagai kepala proyek. Terimakasih banyak karena sudah memberikan banyak kepercayaan pada saya. Saya akan undur diri, Pak. Permisi," ungkapnya.Dengan penuh kekecewaan, Ramdan langsung beranjak dari tempat duduknya, dan berpamitan."Loh! Kok dia pergi. Kenapa dia terlihat sangat Kecewa gitu ya? Apa dia selama ini?"Bryan dan yang lainnya, cukup terkejut setelah kepergian Ramdan secara tiba-tiba. Brillian senang, karena pada akhirnya bisa menunjukkan siapa Ramdan sebenarnya."Kalian sudah tahu sendiri kan? Bagaimana kinerja Ramdan selama ini?" Brillian menaikkan satu alisnya menoleh ke arah Bryan."Maksud kamu dia melakukan kecurangan begitu? Apa selama ini dia korupsi?"Bryan masih mematung, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya."Kenapa? Kau masih tidak percaya kalau dia itu sudah korupsi selama ini. Semenjak Papaku bangkrut saat pembangunan ruk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status