"Masih perawan?"Tarisa langsung kicep, bahkan orang tuanya sendiri ingin membuktikan bahwa dirinya benar-benar masih segel atau sudah dijamah oleh laki-laki.Orang tuanya berniat untuk membawanya pergi ke rumah sakit melakukan tes keperawanan, tapi dia langsung menolaknya."Untuk apa kita harus pergi ke rumah sakit. Apa Papa tidak malu kalau aku memang sudah tidak perawan. Di rumah sakit adalah tempat umum, jika Papa mempermalukanku di rumah sakit maka Papa sendiri juga akan malu di depan semua orang karena tidak bisa menjaga aku dengan baik."Belum selesai mereka berdebat, datanglah dua orang petugas berwajib ke rumahnya. Brilian sendiri masih ada di tempat itu, Brillian sangat bersyukur karena petugas berwajib melakukan tugasnya dengan baik dan tidak mengecewakannya."Selamat siang Pak. Apa benar ini rumahnya Bapak Bima, atau Ayah dari Tarisa," ucap petugas berwajib itu dengan memberikan hormat pada Bima.Bima mengangguk, tidak disangka, pihak berwajib datang untuk menemuinya."Iya
Syakilla bahagia, karena ia sudah bisa bersekolah lagi. Ia akan bertemu dengan teman-temannya yang sudah membuatnya nyaman.Bahkan semua teman-temannya dan juga orang tua dari temannya menanyakan kabar tentang kesehatannya."Syakilla! Apakah kamu sudah sembuh? Kasihan sekali dirimu. Kenapa ada orang jahat tega menabrakmu. Apa Mommy kamu tidak berhati-hati saat mengendarai motor?" tanya Letta, teman sebangku Syakilla."Tentu saja Mommyku berhati-hati, kami bahkan berada di pinggiran jalan. Tapi tiba-tiba saja sebuah mobil dengan kecepatan tinggi langsung menabrak kami. Kau tahu tidak, aku sampai terjungkal di aspal, Mommyku terjatuh di pinggiran di bebatuan, dan motorku hancur," jawab Syakhilla.Walaupun Syakhilla sendiri tidak tahu kejadiannya karena dia langsung pingsan, tapi dia mendengarkan cerita dari Naina,, sehingga dia bisa menceritakannya pada teman-temannya di sekolah."Wah! Jahat bener orang itu ya? Sampai-sampai membuatmu terjatuh ke aspal. Kamu harus bersyukur Syakhilla,
Setelah selesai berhasil membujuk Syakilla untuk tetap berada di sekolah, mereka akhirnya menuju tempat di mana meeting itu berada, di salah satu cafe yang biasanya ditempati oleh Brilian dan juga Bryan bersama dengan rekan-rekan bisnisnya.Kali ini bukan hanya mereka sendiri, tapi Naina dilibatkan mewakili Hartanto, karena Hartanto sendiri memiliki kesibukan di tempat lain."Ini seriusan, ada Nyonya Naina juga," ucap Bryan ketika mereka datang dan saling berjabat tangan.Naina hanya mengulas senyumnya. Sebenarnya ia sangat malu pada Bryan, karena hampir semua masalah pribadinya diketahui oleh Bryan. Bahkan dia hampir saja dipinang oleh Bryan, tanpa sepengetahuannya, dan Brilian sendiri yang mengatakan padanya."Lepaskan tanganmu," ucap Brilian dengan tatapan dingin, ketika melihat Bryan tidak juga melepaskan tangan Naina saat berjabatan.Seketika Bryan melepas tawanya, dan melepaskan jabatan tangannya pada Naina. "Oh! Iya, maaf-maaf, sekarang udah ada pawangnya, ya? Tapi kira-kira in
"Tapi untuk sekarang saya benar-benar tidak bisa bekerjasama dengan Bapak. Saya akan mengundurkan diri, dan Bapak bisa meminta orang lain sebagai kepala proyek. Terimakasih banyak karena sudah memberikan banyak kepercayaan pada saya. Saya akan undur diri, Pak. Permisi," ungkapnya.Dengan penuh kekecewaan, Ramdan langsung beranjak dari tempat duduknya, dan berpamitan."Loh! Kok dia pergi. Kenapa dia terlihat sangat Kecewa gitu ya? Apa dia selama ini?"Bryan dan yang lainnya, cukup terkejut setelah kepergian Ramdan secara tiba-tiba. Brillian senang, karena pada akhirnya bisa menunjukkan siapa Ramdan sebenarnya."Kalian sudah tahu sendiri kan? Bagaimana kinerja Ramdan selama ini?" Brillian menaikkan satu alisnya menoleh ke arah Bryan."Maksud kamu dia melakukan kecurangan begitu? Apa selama ini dia korupsi?"Bryan masih mematung, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya."Kenapa? Kau masih tidak percaya kalau dia itu sudah korupsi selama ini. Semenjak Papaku bangkrut saat pembangunan ruk
"Daddy sama mommy kok lama amat. Katanya lekas menjemputku! Padahal aku sudah dari tadi menunggu kalian, Kenapa kalian nggak juga muncul."Syakilla kesal menunggu orang tuanya yang sudah berjanji untuk segera menjemputnya di sekolah. Hampir saja semua teman-temannya pulang ke rumahnya masing-masing dan dia ditemani oleh beberapa guru yang masih stand by menunggu kedatangan orang tuanya Syakilla."Syakilla! Kenapa kamu duduk di situ nak, Ayo masuk dulu, ditunggu Mommy-nya di dalam, nanti Mommy akan datang ke sini untuk menjemputmu," tutur Bu Ida, wali kelas Syakilla."Tapi kalau nanti Mommy tidak datang ke sini bagaimana? Apakah ibu guru akan meninggalkanku di sini sendirian?" tanya Syakilla dengan tampang polosnya.Bu Ida tersenyum, dia mendekati shakila dan mengusap surainya."Pasti mommy akan menjemput Syakilla. Tadi kan Mommy sudah berjanji akan menjemput Syakilla. Nanti kalau misalnya Mommy tidak jemput Syakilla, ibu guru yang akan mengantarkan Syakilla pulang ke rumahnya. Syakilla
"Syakila, sini duduklah bersama Daddy. Daddy mau ngomong sama kamu."Syakilla menekuk mukanya dengan bersedekap dada. Ia malas karena keinginan buat jalan-jalan, pupus."Mau ngomong apa! Aku malas sama Daddy. Daddy tukang bohong," jawab Syakhilla.Brillian terkekeh menatapnya. Sudah sangat pintar anaknya yang menunjukkan sikap aslinya, tukang ngambek."Kau marah sama Daddy? Kenapa mukamu kau tekuk gitu , jelek, tau!" Brillian meledeknya, sudah bertahun-tahun ia berharap ada orang yang bisa membuatnya tertawa lepas, kini saat ia memiliki anak perempuan yang lucu, akhirnya memiliki hiburan tersendiri yang cukup menyenangkan."Iya! Aku marah, Daddy tukang bohong!" "Tukang bohong bagaimana? Daddy bahkan nggak ada bohongi kamu. Sekarang katakan pada Daddy, kenapa kamu datang tiba-tiba marah. Harusnya kamu senang, bisa sekolah lagi, bukannya kamu tadi disambut baik oleh teman-teman kamu?"Syakilla melirik ke arah Naina dengan wajah mendung tak bersahabat. Naina nampak biasa saja, karena me
"Syukur alhamdulillah, akhirnya kita sudah melewati jalanan itu. Aku benar-benar sangat ngeri, Kak. Apakah masih ada jalan lain yang bisa kita lewati buat pulang? Aku benar-benar takut, nanti pulangnya kesorean, dan melewati jalanan itu. Kakak bisa nggak? Cari jalan keluar gitu?" tanya Naina.Brilian sendiri juga kurang paham dengan Jalanan lain yang bisa mengakses langsung ke rumahnya."Kayaknya ada, tapi jauh Naina," jawab Brillian."Nggak apa-apa lebih jauh, daripada di situ tadi, bikin merinding bulu kudukku. Biar jauh, asal yang aman aja, yang banyak penduduknya. Kalau itu tadi ngeri banget, pas lewat situ."Naina berharap jalan yang dilewatinya itu untuk pertama dan terakhir, ia benar-benar sangat ngeri, dan tidak ingin mengulangi lewat tempat itu lagi."Kurasa ada sih, jalan menuju kota. Tapi ya gitu, lumayan jauh. Agak lama aku juga aku nggak pernah lewat jalur itu. Sebenarnya kasihan sama Syakilla kalau perjalanannya cukup jauh, dan banyak menyita waktu, kira-kira kalau dari
"Hore ...! Hore ... ! Kita udah nyampe ya Dad?"Syakilla nampak senang ketika mobil Brillian masuk ke dalam parkiran, di pinggiran Danau. Memang di tempat itu sangatlah ramai, tidak pernah sepi pengunjung."Iya sayang, kita sudah sampai di danau. Kamu suka nggak? Sama tempat ini?" tanya Brillian."Ya suka dong, ini tempatnya indah banget, aku akan tunjukkan tempat ini pada Letta. Letta nggak pernah main ke tempat ini, pasti mereka bakalan ngiri."Brillian menautkan kedua alisnya menatap Naina yang keluar dari dalam mobil."Gila emang, anaknya siapa yang demen pamer," gerutu Brillian.Brillian menatap keindahan danau dengan airnya berwarna biru menjulang luas. Tidak seluas lautan, tapi cukup membuatnya nyaman berada di tempat itu."Kamu masih ingat kan? Dulu waktu kamu masih kecil, aku pernah mengajakmu ke tempat ini."Brillian mengingatkan Naina kembali pada beberapa tahun, saat mereka masih dini. Brillian pernah membawa Naina datang ke danau itu, bukan hanya sendirian, tapi banyak te
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain