"Tapi untuk sekarang saya benar-benar tidak bisa bekerjasama dengan Bapak. Saya akan mengundurkan diri, dan Bapak bisa meminta orang lain sebagai kepala proyek. Terimakasih banyak karena sudah memberikan banyak kepercayaan pada saya. Saya akan undur diri, Pak. Permisi," ungkapnya.Dengan penuh kekecewaan, Ramdan langsung beranjak dari tempat duduknya, dan berpamitan."Loh! Kok dia pergi. Kenapa dia terlihat sangat Kecewa gitu ya? Apa dia selama ini?"Bryan dan yang lainnya, cukup terkejut setelah kepergian Ramdan secara tiba-tiba. Brillian senang, karena pada akhirnya bisa menunjukkan siapa Ramdan sebenarnya."Kalian sudah tahu sendiri kan? Bagaimana kinerja Ramdan selama ini?" Brillian menaikkan satu alisnya menoleh ke arah Bryan."Maksud kamu dia melakukan kecurangan begitu? Apa selama ini dia korupsi?"Bryan masih mematung, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya."Kenapa? Kau masih tidak percaya kalau dia itu sudah korupsi selama ini. Semenjak Papaku bangkrut saat pembangunan ruk
"Daddy sama mommy kok lama amat. Katanya lekas menjemputku! Padahal aku sudah dari tadi menunggu kalian, Kenapa kalian nggak juga muncul."Syakilla kesal menunggu orang tuanya yang sudah berjanji untuk segera menjemputnya di sekolah. Hampir saja semua teman-temannya pulang ke rumahnya masing-masing dan dia ditemani oleh beberapa guru yang masih stand by menunggu kedatangan orang tuanya Syakilla."Syakilla! Kenapa kamu duduk di situ nak, Ayo masuk dulu, ditunggu Mommy-nya di dalam, nanti Mommy akan datang ke sini untuk menjemputmu," tutur Bu Ida, wali kelas Syakilla."Tapi kalau nanti Mommy tidak datang ke sini bagaimana? Apakah ibu guru akan meninggalkanku di sini sendirian?" tanya Syakilla dengan tampang polosnya.Bu Ida tersenyum, dia mendekati shakila dan mengusap surainya."Pasti mommy akan menjemput Syakilla. Tadi kan Mommy sudah berjanji akan menjemput Syakilla. Nanti kalau misalnya Mommy tidak jemput Syakilla, ibu guru yang akan mengantarkan Syakilla pulang ke rumahnya. Syakilla
"Syakila, sini duduklah bersama Daddy. Daddy mau ngomong sama kamu."Syakilla menekuk mukanya dengan bersedekap dada. Ia malas karena keinginan buat jalan-jalan, pupus."Mau ngomong apa! Aku malas sama Daddy. Daddy tukang bohong," jawab Syakhilla.Brillian terkekeh menatapnya. Sudah sangat pintar anaknya yang menunjukkan sikap aslinya, tukang ngambek."Kau marah sama Daddy? Kenapa mukamu kau tekuk gitu , jelek, tau!" Brillian meledeknya, sudah bertahun-tahun ia berharap ada orang yang bisa membuatnya tertawa lepas, kini saat ia memiliki anak perempuan yang lucu, akhirnya memiliki hiburan tersendiri yang cukup menyenangkan."Iya! Aku marah, Daddy tukang bohong!" "Tukang bohong bagaimana? Daddy bahkan nggak ada bohongi kamu. Sekarang katakan pada Daddy, kenapa kamu datang tiba-tiba marah. Harusnya kamu senang, bisa sekolah lagi, bukannya kamu tadi disambut baik oleh teman-teman kamu?"Syakilla melirik ke arah Naina dengan wajah mendung tak bersahabat. Naina nampak biasa saja, karena me
"Syukur alhamdulillah, akhirnya kita sudah melewati jalanan itu. Aku benar-benar sangat ngeri, Kak. Apakah masih ada jalan lain yang bisa kita lewati buat pulang? Aku benar-benar takut, nanti pulangnya kesorean, dan melewati jalanan itu. Kakak bisa nggak? Cari jalan keluar gitu?" tanya Naina.Brilian sendiri juga kurang paham dengan Jalanan lain yang bisa mengakses langsung ke rumahnya."Kayaknya ada, tapi jauh Naina," jawab Brillian."Nggak apa-apa lebih jauh, daripada di situ tadi, bikin merinding bulu kudukku. Biar jauh, asal yang aman aja, yang banyak penduduknya. Kalau itu tadi ngeri banget, pas lewat situ."Naina berharap jalan yang dilewatinya itu untuk pertama dan terakhir, ia benar-benar sangat ngeri, dan tidak ingin mengulangi lewat tempat itu lagi."Kurasa ada sih, jalan menuju kota. Tapi ya gitu, lumayan jauh. Agak lama aku juga aku nggak pernah lewat jalur itu. Sebenarnya kasihan sama Syakilla kalau perjalanannya cukup jauh, dan banyak menyita waktu, kira-kira kalau dari
"Hore ...! Hore ... ! Kita udah nyampe ya Dad?"Syakilla nampak senang ketika mobil Brillian masuk ke dalam parkiran, di pinggiran Danau. Memang di tempat itu sangatlah ramai, tidak pernah sepi pengunjung."Iya sayang, kita sudah sampai di danau. Kamu suka nggak? Sama tempat ini?" tanya Brillian."Ya suka dong, ini tempatnya indah banget, aku akan tunjukkan tempat ini pada Letta. Letta nggak pernah main ke tempat ini, pasti mereka bakalan ngiri."Brillian menautkan kedua alisnya menatap Naina yang keluar dari dalam mobil."Gila emang, anaknya siapa yang demen pamer," gerutu Brillian.Brillian menatap keindahan danau dengan airnya berwarna biru menjulang luas. Tidak seluas lautan, tapi cukup membuatnya nyaman berada di tempat itu."Kamu masih ingat kan? Dulu waktu kamu masih kecil, aku pernah mengajakmu ke tempat ini."Brillian mengingatkan Naina kembali pada beberapa tahun, saat mereka masih dini. Brillian pernah membawa Naina datang ke danau itu, bukan hanya sendirian, tapi banyak te
Akhirnya mereka lega juga setelah menghabiskan waktunya di danau.Syakila sangat senang mendapatkan beberapa foto bareng dengan kedua orang tuanya, dan juga foto sendiri yang akan ditunjukkan pada teman-temannya di sekolahnya.Selama dia bersekolah dan memiliki teman, dia selalu dipameri kemesraan teman-temannya itu bersama dengan kedua orang tuanya, sedangkan dia kemana-mana hanya dengan Naina saja, tidak pernah Brilian menemaninya. Bahkan ia sendiri juga tidak pernah tahu kalau Brilian adalah Ayah kandungnya."Mom! Besok aku boleh pinjam ponselnya kah aku akan tunjukkan foto-foto ini pada teman-temanku," pinta Syakilla dengan memegangi ponsel Naina.Dia sangat senang menatap foto-fotonya yang begitu cantik bersama dengan orang tua yang lengkap, tidak seperti dulu, dia selalu foto hanya berdua dengan Naina saja, kini ada Brilian di antara mereka."Loh! Bukannya sekolah itu tidak boleh pegang ponsel. Kalau sampai ponselnya Mommy dirampas sama ibu guru kamu bagaimana? Ini kan ponselnya
Brillian langsung melepas tawanya. Naina memang selalu bersikap aneh, selalu bilang takut dan belum siap, masih trauma dan bermacam-macam alasan. Tapi jika dia membicarakan perempuan lain, membuat hatinya langsung mendidih."Serius banget mau memotong-motong senjataku seperti terong, kalau kau kehilanganya, kau tidak akan bisa ngapa-ngapain, nyonya. Percayalah, orang menikah itu bukan hanya untuk menjadi pelengkap saja, tapi saling membutuhkan, tujuan laki-laki dan perempuan menikah itu, salah satunya untuk memenuhi hasrat. Mungkin sekarang kau tidak berminat untuk melakukannya denganku, karena alasanmu masih trauma akan kejadian waktu itu, tapi nanti kalau kita sudah menikah, aku rasa kau akan bersemangat untuk melayaniku."Ucapan Brillian membuatnya bergidik geli. Ia membayangkan dirinya harus melayani kakaknya sendiri setiap saat, dan itu membuatnya ngeri. "Ih! Kakak ngomongin apa sih. Kenapa kau itu jorok banget. Bisakah kau tidak bicara seperti itu?"Naina menegurnya. Ia dari k
Pukul 09.00 malam lebih tujuh belas menit, akhirnya mereka telah tiba di rumah.Heni dan juga Hartanto mondar-mandir di depan pintu di serambi depan, sangat gelisah karena tidak mendapatkan kabar dari mereka.Setelah mereka memasuki halaman rumah akhirnya kedua paruh baya itu merasa lega dan berucap syukur, anak-anaknya pulang dalam keadaan baik-baik saja."Akhirnya, kita sampai di rumah. Pegel banget ini punggung." Naina menghela napas ketika telah sampai di bagasi dengan tangannya bergerak melepaskan seat belt sebelum memutuskan untuk keluar dari dalam mobil."Kak! Tolong bantuin bawain Syakilla dong. Dia udah capek banget kayaknya, tertidur pulas. Mana dia belum makan lagi, kasihan banget," ucap Naina yang kesulitan untuk membawa Syakilla keluar dari dalam mobil.Brilian langsung bergegas untuk menolong Naina dengan mengambil alih Syakila dan menggendongnya, membawanya masuk ke dalam rumah diikuti oleh Naina di belakangnya.Setibanya di teras depan rumah, mereka langsung mendapatka
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain