Semua Bab Terjerat Cinta Kakak Angkat : Bab 51 - Bab 60

128 Bab

51. Ayo Pulang

Hartanto tidak setuju dengan pendapat Brilian yang akan membawa anaknya pulang dan dirawat di rumah. Menurutnya Syakilla memang harus dirawat di rumah sakit sampai benar-benar stabil. Jika ia keukeh untuk membawanya pulang, takutnya terjadi sesuatu yang buruk yang tidak diinginkannya, dan dokter yang kini menanganinya tidak mau bertanggung jawab, karena sudah di luar tanggung jawabnya."Ck! Selalu aja salah paham." Brillian kesal saat orang tuanya salah paham dan mengusirnya dari rumah sakit.Tapi ia tidak ingin membuat kekacauan, ia sudah sangat senang karena bisa menemani anak kandungnya tanpa ada yang bisa menghalanginya lagi."Aku rasa dokter pribadi keluarga kita itu bisa meminta perizinan untuk merawat Syakilla pada dokter yang menangani Syakhilla saat ini. Mungkin dokter yang menangani Syakhilla akan memberikan resep obat yang sama, seperti yang diberikan pada Syakilla saat ini. Kurasa kalau Syakhilla dirawat di rumah itu jauh lebih baik daripada berlama-lama dirawat di rumah s
Baca selengkapnya

52. Lebih Baik Menurutlah

"Gimana? Apa kata dokter?" tanya Naina.Brilian langsung mendatangi dokter yang merawat Syakilla. Ia meminta izin dari dokter untuk membawa Syakilla pulang, karena Syakilla selalu saja meminta untuk pulang. Daripada Syakilla membuatnya semakin pusing dengan rengekannya, ia lebih baik menurutinya untuk diajak pulang."Beres," jawab Brillian."Hah! Beres bagaimana? Diizinkan pulang begitu?" Kini Heni yang menyahutnya.Brillian mengangguk dan berjalan ke berankar yang ditempati oleh Syakhilla. "Hemm, sebaiknya kalian berkemas-kemas untuk segera pulang, karena kita sudah mendapatkan izin dari dokter."Mereka semua sangat senang karena mendapatkan izin langsung dari dokter dan bisa merawatnya Syakhilla di rumah.Naina sendiri juga sudah tidak nyaman berlama-lama di rumah sakit. Semenjak ia tiba di rumah sakit, sampai saat ini bahkan seteguk air pun tidak diminumnya."Syukurlah, kalau begitu ayo kita berkemas dan kita langsung pulang."Naina langsung mengambil tas dan mengemasi baju ganti,
Baca selengkapnya

53. Apa Kau Bersedia Menikah Denganku?

"Hore ...! Akhirnya kita sudah tiba di rumah."Syakilla sangat senang karena sudah memasuki halaman rumahnya dia sudah tidak sabar ingin berbagi cerita dengan boneka teddy bear-nya.Bukan hanya Syakhilla saja yang sangat senang, tapi semua orang juga berucap syukur karena pada akhirnya mereka pulang dengan cepat.Setibanya di rumah ternyata mereka sudah disambut oleh keluarga dari Hartanto. Semua orang mendengar kabar kalau Naina dan juga Syakilla mengalami kecelakaan, dan mereka datang untuk menjenguknya."Halo Syakhilla. Akhirnya kalian pulang." Shinta sangat antusias menyambut kedatangan Syakilla dan juga keluarga dari Hartanto.Shinta sengaja datang bersama dengan keluarganya dan membuat rumah itu cukup rame."Ya ampun ... Kalian ternyata sudah menunggu di rumah ya," celetuk Heni sangat senang saat disambut oleh saudaranya."Iya, kami datang setengah jam yang lalu. Bibi bilang kalau hari ini kalian pulang dan kami sengaja menunggunya awalnya kami akan datang ke rumah sakit tapi bi
Baca selengkapnya

54. Jadi Syakilla itu?

Brillian meninggalkan Naina di kamarnya setelah berhasil memberikan kecupan singkat di pipinya.Semakin menarik, ia sangat suka menggoda Naina, karena Naina mudah marah, dan gampang terpancing emosi.Dasar laki-laki sialan!" Naina memegangi pipinya yang memerah, setelah Brillian mendaratkan bibirnya.***Di ruang keluarga, mereka menceritakan tentang kejadian yang sudah menimpa Naina dan juga Syakhilla.Mereka sangat menyayangkan, Kenapa masih ada orang jahat yang tega mencelakai lawannya sampai terjungkal di jalanan."Syakilla! Apakah kamu masih pusing?" tanya Shinta dengan mamangku Syakilla yang tengah memeluk boneka teddy bear-nya.Syakilla mengangguk, tapi ia tidak berani memegangi kepalanya yang masih diperban."Kepalaku masih pusing, Tante. Tapi aku nggak mau tinggal di sana, ada hantunya. Hantunya pakai baju putih," jawab Syakilla dengan muka menggemaskan.Mendengar penjelasan dari Syakilla, Shinta serius menanggapinya. "Ada hantu pakai baju putih, di mana Killa?" tanya Shinta
Baca selengkapnya

55. Kau Sukses Membodohi Kami

"Naina tidak ingin kami menanggung aib, karena kecerobohannya sudah melakukan hal bodoh itu dengan kakaknya sendiri. Dia memilih untuk pergi dan menyembunyikan semuanya dari kami. Aku sendiri benar-benar juga sangat kecewa karena mengetahui ini semua, setelah dia cukup lama berada di rumah," ungkap Hartanto dengan tangannya mengusap wajahnya kasar.Ia benar-benar menyesal, tidak bisa mengenali keturunannya sendiri dengan baik. Syakilla adalah cucu pertamanya, yang tak lain benih dari anak laki-lakinya."Kami bahkan mengira kalau Syakilla ini anak Naina dengan laki-laki lain, karena dia sendiri yang bilang, kalau dia sudah menikah dan suaminya meninggal saat Syakhilla masih ada dikandungannya, tapi nggak tahunya ..." Hartanto tersenyum miris dengan menatap Syakhilla yang berlari-larian sembari menyeret boneka Teddy bear-nya. "Dia malah memiliki anak dengan kakaknya sendiri. Tapi yang mau bagaimana lagi, dia punya alasan yang tidak mungkin kami menyalahkannya, tujuannya baik, dia ingin
Baca selengkapnya

56. Siapa yang akan Peduli Padamu

"Maksud kakak apa! Aku berbohong tentang apa?" Naina tidak mengerti apa yang dimaksud tentang kebohongan yang sudah dilakukannya.Mereka bahkan tidak menjelaskan secara detail hingga membuatnya mengerti titik kesalahannya."Masih juga tidak sadar dengan apa yang sudah kau lakukan pada kami. Kau akan menyembunyikan hal yang begitu besar tanpa berniat untuk memberikan penjelasan yang benar pada kami. Kau sudah menyembunyikan identitas Syakilla dari kami, kan? Kau sudah tega membohongi kami dan mengatakan kalau Syakilla anaknya orang lain, bukan anaknya Brilian, dan kami sampai berbela sungkawa atas kepergian Ayahnya Syakilla, ternyata yang aku doakan itu tak lain adalah adik laki-lakiku sendiri," seru Shinta.Naina tersenyum tipis, lega setelah mendengar penjelasan dari kakak sepupunya. "Oh! Itu masalahnya. Ya maaf. Habisnya aku tidak punya keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada kalian. Aku sengaja menyembunyikan kebenarannya, karena aku sangat malu, pastinya aku akan digunji
Baca selengkapnya

57. Di mana Daddy-ku?

"Syakilla! Ayo cepat tidur, jangan main terus. Kamu belum sembuh sayang, harus banyak beristirahat, nggak boleh mainan terus," tegur Naina.Menjelang pulang sepuluh malam, Syakhilla masih juga belum mau diajak tidur, padahal mata Naina sudah susah untuk diajak terbuka."Nggak mau, aku nunggu Daddy," jawab Syakhilla menolak untuk diajak tidur."Nunggu Daddy bagaimana? Daddy sibuk. Ayo lekas tidur. Kalau nggak tidur, Mommy bakalan marah, Killa!"Naina beranjak dan mengemasi mainan Syakhilla yang berserakan di lantai kamarnya."Huh! Mommy! Aku nggak mau tidur, aku masih belum ngantuk. Jangan dikemasi mainanku," seru Syakhilla langsung menangis.Tangisan shakila didengar oleh Hartanto dan juga Hani yang juga belum tidur mereka langsung bergegas menuju kamar mainan karena takut terjadi sesuatu pada shakila."Na! Naina! Apa yang terjadi pada Syakilla? Kenapa dia menangis?" tanya Heni dengan mengetuk pintunya."Nggak ada apa-apa kok ma. Dia hanya aku suruh tidur aja, dari tadi main terus ngg
Baca selengkapnya

58. Tidur Bersama

Setengah jam kemudian, Brilian tiba di rumah orang tuanya. Dia membawa oleh-oleh makanan buat anaknya yang sudah menunggunya di rumah.Ia merasa sangat bersalah, karena tidak bisa menemani Syakilla tidur bersamanya, karena biar bagaimanapun juga, dia juga belum menikah dengan Naina."Syakilla pasti seneng banget aku datang. Udah malam juga, dia belum tidur dan menungguku. Pasti dia tadi sudah diomeli sama Naina karena dia tidak kunjung tidur. Huft ... Begini amat hidupku, macam duda yang hidup terpisah," gumamnya keluar dari dalam mobil di dalam garasi rumahnya.Ia bergegas untuk masuk ke dalam rumah, dan ternyata, Papanya juga belum tidur. Ia ditatap melotot oleh Papanya di depan pintu."Akhirnya kamu datang juga. Lihatlah! Dari tadi anakmu nangis terus nyariin kamu. Kamu itu jadi Bapak nggak becus, banget! Udah tahu anaknya masih sakit, dan pastinya butuh kamu. Kamu malah nggak pulang. Apakah kamu lebih enak tinggal di apartemen dibandingkan di rumah sendiri. Apakah hidup kamu dari
Baca selengkapnya

59. Aku Sedih, Dad!

"Wah ... Enak sekali ya, Mom. Ini makanan apa namanya?" tanya Syakilla merasakan begitu nikmatnya makanan sederhana yang belum diketahuinya.Naina dan Brillian terkekeh menatap gadis kecil nan polos itu."Itu namanya martabak, sayang. Memangnya kamu belum pernah makan martabak?" tanya Brilian menjelaskan. Ia dibuat gemas dengan tingkah lucu anak semata wayangnya.Syakila menggeleng dengan merasakan nikmatnya makanan yang ada di tangannya. Selama ini, dia belum pernah makan seperti martabak. "Ini belinya di mana Daddy?" tanya Syakilla penasaran ingin membeli lebih banyak dari yang ia miliki saat ini."Belinya di pinggiran jalan. Emangnya kamu suka?" tanya Brilian sangat senang karena anaknya antusias menyukai makanan yang dibawanya."Tentu saja aku suka. Kalau aku nggak suka, mana mungkin aku menghabiskannya. Aku akan menghabiskan semuanya, dad. Mommy nggak boleh ikut makan ya? Ini buat aku semua."Syakilla langsung menarik piring yang berisi martabak penuh, dan tidak mau membagi denga
Baca selengkapnya

60. Masih Trauma

Naina gelisah tidak bisa tidur. Malam itu benar-benar menegangkan baginya. Setelah mengalami hal yang mengerikan empat tahun yang lalu dengan kakak angkatnya, kini membuatnya trauma, masih terbayang tubuh indahnya digerayangi kakaknya tanpa kesadaran."Ih! Kenapa aku tidak bisa melupakannya. Kenapa aku masih juga terbayang-bayang malam itu."Dengan bersandar kepala ranjang ia mengusap wajahnya. Matanya terbelalak sempurna, padahal sebelumnya ia sangat mengantuk.Brillian terlelap berpelukan dengan anak perempuannya. Entahlah, mereka begitu saling membutuhkan. Syakilla bahkan tidak mau melepaskan tangannya, memegang erat kaos yang dikenakannya, dia takut akan ditinggal pergi.Saat ia tersadar, tubuhnya terasa kaku, hampir semalaman ia tidak bisa bergerak sama sekali anak perempuannya mengeratkan tangan yang menempel di kaos press bodinya."Haduh ... Pegel juga nggak bisa gerak. Gini ya, kalau udah punya anak, nggak bisa ditinggal berpindah tempat."Brillian bergumam dengan matanya masi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status