Naina gelisah tidak bisa tidur. Malam itu benar-benar menegangkan baginya. Setelah mengalami hal yang mengerikan empat tahun yang lalu dengan kakak angkatnya, kini membuatnya trauma, masih terbayang tubuh indahnya digerayangi kakaknya tanpa kesadaran."Ih! Kenapa aku tidak bisa melupakannya. Kenapa aku masih juga terbayang-bayang malam itu."Dengan bersandar kepala ranjang ia mengusap wajahnya. Matanya terbelalak sempurna, padahal sebelumnya ia sangat mengantuk.Brillian terlelap berpelukan dengan anak perempuannya. Entahlah, mereka begitu saling membutuhkan. Syakilla bahkan tidak mau melepaskan tangannya, memegang erat kaos yang dikenakannya, dia takut akan ditinggal pergi.Saat ia tersadar, tubuhnya terasa kaku, hampir semalaman ia tidak bisa bergerak sama sekali anak perempuannya mengeratkan tangan yang menempel di kaos press bodinya."Haduh ... Pegel juga nggak bisa gerak. Gini ya, kalau udah punya anak, nggak bisa ditinggal berpindah tempat."Brillian bergumam dengan matanya masi
"Halo Syakilla," sapa Heni yang tengah berkutat menyiapkan sarapan paginya. "Wah ..., kamu terlihat bahagia sekali. Ada apa sayang? Apakah ada hal yang membuatmu bahagia hari ini?"tanya Heni melihat wajah sumeringah cucunya yang baru saja keluar dari tempat tidurnya.Pagi itu mereka bisa menikmati sarapan bersama kembali seperti dulu, dan kini semuanya nampak berbeda. Naina mau melayani Brilian mengambilkan makanan, tidak seperti dulu dia sangat gengsi dan tidak peduli pada Brilian.Brillian sangat bahagia karena Naina terlihat agak menghangat hatinya, setelah ia menjelaskan bagaimana kedepannya, hidup bersama mengarungi bahtera rumah tangga."Tentu saja dia bahagia sekali. Semalaman aku bahkan sampai tidak bisa bergerak sama sekali. Tangannya itu memegangku dengan sangat erat, dia pasti takut kalau aku pergi lagi saat dia tidur. Jadi dia ia putuskan untuk memegangku agar aku tidak bisa bergerak dan meninggalkannya," ungkap Brilian melirik pada Syakhilla yang duduk anteng disebelahnya
Pagi sekitar pukul delapan, petugas Berwajib datang untuk mencari Brilian. Mereka menuju rumah dan bertanya langsung pada satpam penjaga yang tengah menikmati sarapan di pos, depan rumah Hartanto."Selamat pagi Pak. Apa benar ini kediamannya Bapak Brilian?" tanya seorang petugas berwajib pada Satpam dengan tatapan tegasnya.Pihak berwajib diberi tahu alamat rumahnya oleh Brilian, karena beliau masih mengusut kejadian perkara di mana Naina dan Syakilla mengalami kecelakaan. Dan kini ia mencari keberadaan Brilian dan keluarganya, karena mereka sudah tidak ada di rumah sakit."Iya benar Pak. Maaf sebelumnya, kalau boleh tahu Bapak sudah berjanjian dengan Pak Brilian ,atau dengan Pak Hartanto?" tanya Satpam penjaga ingin memastikan apakah majikannya meminta petugas berwajib datang ke rumahnya."Saya sudah menghubungi Bapak Brilian dan diminta untuk datang ke rumahnya, dan saya ingin memastikan apa benar di sini rumahnya Bapak Brillian. Jika memang benar di sini rumahnya, bisakah kami mas
"Tapi saya tidak punya masalah dengan orang lain Pak. Saya tidak pernah berdebat atau berantem dengan orang lain. Kalaupun ada orang lain yang menyimpan dendam pada saya, saya sendiri juga tidak mengetahuinya, di mana letak kesalahan saya."Naina yang jarang beradaptasi dengan lingkungan, ia tidak pernah merasa memiliki musuh. Mungkin ada orang lain yang sengaja menjahatinya, atau bisa jadi menaruh dendam padanya Karena masih dibuat penasaran, ia pun kembali bertanya, siapa yang sudah membuatnya mengalami kecelakaan. "Tapi kira-kira siapa yang sudah melakukan ini semua pada saya ya Pak. Atau barangkali Bapak sudah mendapati ciri-cirinya? Apakah dia cowok, atau mungkin cewek?" tanya Naina menatap kedua pihak berwajib itu dengan raut muka sedih.Salah satu dari petugas itu menyerahkan ponselnya. Dia menunjukkan hasil rekaman yang ada di salah satu rumah warga, di tempat kejadian perkara."Ini hasil dari rekaman yang saya ambil dari CCTV warga sana. Sepertinya dia seorang cewek. Lihatla
"Tarisa! Keluar kau!"Brillian mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantor ia membalikkan mobilnya menuju rumah Tarisa pikirannya sedang kacau dia ingin mendapatkan penjelasan langsung dari Tarisa.Pintu rumah Tarisa terbuka, dan nampaklah dua paruh baya dengan tatapan melotot, menatap Brilian yang tengah memencet berkali-kali."Kau itu punya sopan santun apa nggak sih. Datang ke rumahnya orang tanpa permisi, teriak-teriak lagi. Ini bukan hutan, kami masih punya harga diri, dan siapapun yang datang ke sini harus sopan santun. Kalau tujuanmu datang ke sini hanya untuk marah-marah lebih baik kau pergi dari sini," cecar Bima yang tak lain adalah ayah kandung Tarisa."Maaf Om. Kedatangan saya kemari memang kurang sopan, saya tahu itu, tapi saya ingin meminta penjelasan dari anak Om, karena anak Om sudah melakukan tindakan bodoh. Tarisa sudah mencelakai keluarga saya, dan saya tidak terima itu," jawab Brilian tak juga menunjukkan sikap sopan santun pada kedua orang tua Tarisa.Kemarahan Bri
Tarisa keluar dari kamarnya dia yang hendak pergi dengan dandanannya yang sudah rapi terkejut melihat keberadaan Brilian di luar pintu utama.Brilian terlihat tengah ngobrol dengan orang tuanya, dan ia tidak tahu apa saja yang sudah Brilian katakan pada orang tuanya."Loh! Bukannya itu Brilian. Kenapa dia ada di sini seketika langkahnya terhenti saat berada di anak tangga dia hendak masuk kembali menuju kamarnya, namun dengan cepat Bima memanggilnya."Tarisa! Mau ke mana kau! Cepatlah kemari," ucap Bima tegas dengan tatapan melotot pada anak perempuannya.Tarisa yang hendak berbalik badan, ia urungkan. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada orang tuanya, hingga mereka, terutama Bima memanggilnya dengan nada kasar."Iya Pa, baiklah," jawab Tarisa dengan wajahnya mulai menciut. Dia nampak kelihatan begitu takut mendapatkan pelototan dari Bima.Perlahan Tarisa berjalan bergabung bersama dengan mereka. Tidak satupun orang menegur sapa padanya, termasuk Brilian sendiri sangat
"Kurasa kau sudah mengada-ngada. Ini bukanlah aku, ini pasti orang lain," bantah Tarisa tidak mengakui kalau gambar itu adalah dirinya. "Kau sengaja mengeditnya menjadi gambarku, kan? Kau jangan seperti itu Brilian. Kalau kau menaruh dendam padaku, jangan bertindak murahan seperti ini. Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun Pa, percayalah, kalau aku tidak bersalah."Plak!!Sebuah tamparan keras melayang di pipinya, Bima sendiri yang sudah menamparnya, karena sudah mendapatkan jelas-jelas bukti kejahatannya. Tarisa masih saja mengelak. Bima benar-benar menyesal karena sudah membesarkan Tarisa dan membuatnya menjadi orang jahat. Ia sendiri dibuat malu oleh anaknya sendiri, dan pantas saja Brilian mengurungkan niatnya untuk menikahi anak gadisnya itu, anak gadisnya bukanlah wanita baik-baik, sungguh menjengkelkan"Berani-beraninya kau mengatakan kalau foto ini rekayasa! Ini jelas-jelas wajahmu, ini jelas-jelas dirimu bajumu semuanya milikmu. Kau masih menganggapnya ini sebuah rekayas
"Masih perawan?"Tarisa langsung kicep, bahkan orang tuanya sendiri ingin membuktikan bahwa dirinya benar-benar masih segel atau sudah dijamah oleh laki-laki.Orang tuanya berniat untuk membawanya pergi ke rumah sakit melakukan tes keperawanan, tapi dia langsung menolaknya."Untuk apa kita harus pergi ke rumah sakit. Apa Papa tidak malu kalau aku memang sudah tidak perawan. Di rumah sakit adalah tempat umum, jika Papa mempermalukanku di rumah sakit maka Papa sendiri juga akan malu di depan semua orang karena tidak bisa menjaga aku dengan baik."Belum selesai mereka berdebat, datanglah dua orang petugas berwajib ke rumahnya. Brilian sendiri masih ada di tempat itu, Brillian sangat bersyukur karena petugas berwajib melakukan tugasnya dengan baik dan tidak mengecewakannya."Selamat siang Pak. Apa benar ini rumahnya Bapak Bima, atau Ayah dari Tarisa," ucap petugas berwajib itu dengan memberikan hormat pada Bima.Bima mengangguk, tidak disangka, pihak berwajib datang untuk menemuinya."Iya
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain