"Naina tidak ingin kami menanggung aib, karena kecerobohannya sudah melakukan hal bodoh itu dengan kakaknya sendiri. Dia memilih untuk pergi dan menyembunyikan semuanya dari kami. Aku sendiri benar-benar juga sangat kecewa karena mengetahui ini semua, setelah dia cukup lama berada di rumah," ungkap Hartanto dengan tangannya mengusap wajahnya kasar.Ia benar-benar menyesal, tidak bisa mengenali keturunannya sendiri dengan baik. Syakilla adalah cucu pertamanya, yang tak lain benih dari anak laki-lakinya."Kami bahkan mengira kalau Syakilla ini anak Naina dengan laki-laki lain, karena dia sendiri yang bilang, kalau dia sudah menikah dan suaminya meninggal saat Syakhilla masih ada dikandungannya, tapi nggak tahunya ..." Hartanto tersenyum miris dengan menatap Syakhilla yang berlari-larian sembari menyeret boneka Teddy bear-nya. "Dia malah memiliki anak dengan kakaknya sendiri. Tapi yang mau bagaimana lagi, dia punya alasan yang tidak mungkin kami menyalahkannya, tujuannya baik, dia ingin
"Maksud kakak apa! Aku berbohong tentang apa?" Naina tidak mengerti apa yang dimaksud tentang kebohongan yang sudah dilakukannya.Mereka bahkan tidak menjelaskan secara detail hingga membuatnya mengerti titik kesalahannya."Masih juga tidak sadar dengan apa yang sudah kau lakukan pada kami. Kau akan menyembunyikan hal yang begitu besar tanpa berniat untuk memberikan penjelasan yang benar pada kami. Kau sudah menyembunyikan identitas Syakilla dari kami, kan? Kau sudah tega membohongi kami dan mengatakan kalau Syakilla anaknya orang lain, bukan anaknya Brilian, dan kami sampai berbela sungkawa atas kepergian Ayahnya Syakilla, ternyata yang aku doakan itu tak lain adalah adik laki-lakiku sendiri," seru Shinta.Naina tersenyum tipis, lega setelah mendengar penjelasan dari kakak sepupunya. "Oh! Itu masalahnya. Ya maaf. Habisnya aku tidak punya keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada kalian. Aku sengaja menyembunyikan kebenarannya, karena aku sangat malu, pastinya aku akan digunji
"Syakilla! Ayo cepat tidur, jangan main terus. Kamu belum sembuh sayang, harus banyak beristirahat, nggak boleh mainan terus," tegur Naina.Menjelang pulang sepuluh malam, Syakhilla masih juga belum mau diajak tidur, padahal mata Naina sudah susah untuk diajak terbuka."Nggak mau, aku nunggu Daddy," jawab Syakhilla menolak untuk diajak tidur."Nunggu Daddy bagaimana? Daddy sibuk. Ayo lekas tidur. Kalau nggak tidur, Mommy bakalan marah, Killa!"Naina beranjak dan mengemasi mainan Syakhilla yang berserakan di lantai kamarnya."Huh! Mommy! Aku nggak mau tidur, aku masih belum ngantuk. Jangan dikemasi mainanku," seru Syakhilla langsung menangis.Tangisan shakila didengar oleh Hartanto dan juga Hani yang juga belum tidur mereka langsung bergegas menuju kamar mainan karena takut terjadi sesuatu pada shakila."Na! Naina! Apa yang terjadi pada Syakilla? Kenapa dia menangis?" tanya Heni dengan mengetuk pintunya."Nggak ada apa-apa kok ma. Dia hanya aku suruh tidur aja, dari tadi main terus ngg
Setengah jam kemudian, Brilian tiba di rumah orang tuanya. Dia membawa oleh-oleh makanan buat anaknya yang sudah menunggunya di rumah.Ia merasa sangat bersalah, karena tidak bisa menemani Syakilla tidur bersamanya, karena biar bagaimanapun juga, dia juga belum menikah dengan Naina."Syakilla pasti seneng banget aku datang. Udah malam juga, dia belum tidur dan menungguku. Pasti dia tadi sudah diomeli sama Naina karena dia tidak kunjung tidur. Huft ... Begini amat hidupku, macam duda yang hidup terpisah," gumamnya keluar dari dalam mobil di dalam garasi rumahnya.Ia bergegas untuk masuk ke dalam rumah, dan ternyata, Papanya juga belum tidur. Ia ditatap melotot oleh Papanya di depan pintu."Akhirnya kamu datang juga. Lihatlah! Dari tadi anakmu nangis terus nyariin kamu. Kamu itu jadi Bapak nggak becus, banget! Udah tahu anaknya masih sakit, dan pastinya butuh kamu. Kamu malah nggak pulang. Apakah kamu lebih enak tinggal di apartemen dibandingkan di rumah sendiri. Apakah hidup kamu dari
"Wah ... Enak sekali ya, Mom. Ini makanan apa namanya?" tanya Syakilla merasakan begitu nikmatnya makanan sederhana yang belum diketahuinya.Naina dan Brillian terkekeh menatap gadis kecil nan polos itu."Itu namanya martabak, sayang. Memangnya kamu belum pernah makan martabak?" tanya Brilian menjelaskan. Ia dibuat gemas dengan tingkah lucu anak semata wayangnya.Syakila menggeleng dengan merasakan nikmatnya makanan yang ada di tangannya. Selama ini, dia belum pernah makan seperti martabak. "Ini belinya di mana Daddy?" tanya Syakilla penasaran ingin membeli lebih banyak dari yang ia miliki saat ini."Belinya di pinggiran jalan. Emangnya kamu suka?" tanya Brilian sangat senang karena anaknya antusias menyukai makanan yang dibawanya."Tentu saja aku suka. Kalau aku nggak suka, mana mungkin aku menghabiskannya. Aku akan menghabiskan semuanya, dad. Mommy nggak boleh ikut makan ya? Ini buat aku semua."Syakilla langsung menarik piring yang berisi martabak penuh, dan tidak mau membagi denga
Naina gelisah tidak bisa tidur. Malam itu benar-benar menegangkan baginya. Setelah mengalami hal yang mengerikan empat tahun yang lalu dengan kakak angkatnya, kini membuatnya trauma, masih terbayang tubuh indahnya digerayangi kakaknya tanpa kesadaran."Ih! Kenapa aku tidak bisa melupakannya. Kenapa aku masih juga terbayang-bayang malam itu."Dengan bersandar kepala ranjang ia mengusap wajahnya. Matanya terbelalak sempurna, padahal sebelumnya ia sangat mengantuk.Brillian terlelap berpelukan dengan anak perempuannya. Entahlah, mereka begitu saling membutuhkan. Syakilla bahkan tidak mau melepaskan tangannya, memegang erat kaos yang dikenakannya, dia takut akan ditinggal pergi.Saat ia tersadar, tubuhnya terasa kaku, hampir semalaman ia tidak bisa bergerak sama sekali anak perempuannya mengeratkan tangan yang menempel di kaos press bodinya."Haduh ... Pegel juga nggak bisa gerak. Gini ya, kalau udah punya anak, nggak bisa ditinggal berpindah tempat."Brillian bergumam dengan matanya masi
"Halo Syakilla," sapa Heni yang tengah berkutat menyiapkan sarapan paginya. "Wah ..., kamu terlihat bahagia sekali. Ada apa sayang? Apakah ada hal yang membuatmu bahagia hari ini?"tanya Heni melihat wajah sumeringah cucunya yang baru saja keluar dari tempat tidurnya.Pagi itu mereka bisa menikmati sarapan bersama kembali seperti dulu, dan kini semuanya nampak berbeda. Naina mau melayani Brilian mengambilkan makanan, tidak seperti dulu dia sangat gengsi dan tidak peduli pada Brilian.Brillian sangat bahagia karena Naina terlihat agak menghangat hatinya, setelah ia menjelaskan bagaimana kedepannya, hidup bersama mengarungi bahtera rumah tangga."Tentu saja dia bahagia sekali. Semalaman aku bahkan sampai tidak bisa bergerak sama sekali. Tangannya itu memegangku dengan sangat erat, dia pasti takut kalau aku pergi lagi saat dia tidur. Jadi dia ia putuskan untuk memegangku agar aku tidak bisa bergerak dan meninggalkannya," ungkap Brilian melirik pada Syakhilla yang duduk anteng disebelahnya
Pagi sekitar pukul delapan, petugas Berwajib datang untuk mencari Brilian. Mereka menuju rumah dan bertanya langsung pada satpam penjaga yang tengah menikmati sarapan di pos, depan rumah Hartanto."Selamat pagi Pak. Apa benar ini kediamannya Bapak Brilian?" tanya seorang petugas berwajib pada Satpam dengan tatapan tegasnya.Pihak berwajib diberi tahu alamat rumahnya oleh Brilian, karena beliau masih mengusut kejadian perkara di mana Naina dan Syakilla mengalami kecelakaan. Dan kini ia mencari keberadaan Brilian dan keluarganya, karena mereka sudah tidak ada di rumah sakit."Iya benar Pak. Maaf sebelumnya, kalau boleh tahu Bapak sudah berjanjian dengan Pak Brilian ,atau dengan Pak Hartanto?" tanya Satpam penjaga ingin memastikan apakah majikannya meminta petugas berwajib datang ke rumahnya."Saya sudah menghubungi Bapak Brilian dan diminta untuk datang ke rumahnya, dan saya ingin memastikan apa benar di sini rumahnya Bapak Brillian. Jika memang benar di sini rumahnya, bisakah kami mas
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain