Semua Bab Terjerat Cinta Kakak Angkat : Bab 31 - Bab 40

128 Bab

31. Aku Tidak Mau Pisah Darimu

Malam Minggu, Bryan datang ke bar. Biasanya di saat menjelang weekend, Brillian datang ke bar, menghabiskan waktunya untuk minuman keras.Ia sengaja datang agak malam, berharap Brillian datang ke bar itu.'Itu kan Lian. Sama siapa dia?'Bryan berjalan mengendap-endap mendekati Brillian yang ditemani oleh seorang wanita di dalam bar, tepatnya di meja bartender.Ekhem ...Bryan melayangkan deheman cukup keras, hingga membuat Brillian dan cewek tersebut refleks menoleh padanya."Setan!" Brillian mengumpat kasar karena terkejut.Wanita yang bersamanya itu mendadak canggung dan merasa risih menatap keberadaan Bryan."Tumben bawa cewek. Siapa dia?" tanya Bryan ikut bergabung bersama dengan mereka berdua.Ia melambaikan tangannya pada bartender untuk menyiapkan minuman seperti biasanya dia konsumsi."Dia Tarisa," jawab Brillian tanpa menoleh, lebih asik menenggak bir di cangkir kecil."Tunanganmu?" Bryan yang sangat penasaran dengan Tarisa, ia langsung menebaknya. Ia menatap Tarisa yang memb
Baca selengkapnya

32. Apa Maksud Ucapanmu

"Aku akan membunuhmu!" Dengan kilatan penuh amarah Brilian mengepalkan satu tangannya ke dinding dan satunya lagi masih dengan mencengkram rahang Tarisa.Tarisa menciut, ia sangat ketakutan, takut Brilian akan melakukan hal buruk padanya. Tidak ingin terjadi kekacauan di situ Bryan langsung mengajaknya keluar setelah membayar minumannya pada bartender."Mendingan kau cepat pulang sebelum Brilian benar-benar akan melakukan hal buruk padamu. Dia lagi mabuk dan tidak sadar akan tindakannya, jadi lebih baik kau pergi dari sini secepatnya!"Walaupun berat hati, Tarisa langsung pergi keluar dari dalam bar, begitupun juga dengan Bryan, ia merangkul Brilian dan di bawanya untuk segera pulang."Kau sedang mabuk berat, tahan emosimu," tutur Bryan.Bryan langsung memasukkan Brillian ke dalam mobilnya meninggalkan mobil Brilian di bar, karena ia yakin di situ sudah dijaga dengan sangat aman."Aku akan mengantarmu pulang! Ngomong-ngomong ... Di mana kau tinggal saat ini?" tanya Bryan dengan melaju
Baca selengkapnya

33. Cemas

"Aku berniat untuk menikahi Naina.""Ap ... Apa?!"Brillian refleks mendelik tajam menatap Bryan. Berani sekali Bryan berniat untuk menikahi orang yang dicintainya."Kenapa Lian? Apa aku salah menyukai adikmu? Dia seorang janda, nggak ada salahnya jika aku memiliki keinginan untuk meminangnya. Kasihan Syakhilla. Dia butuh Ayah yang bisa menyayanginya. Dia masih kecil, butuh kasihsayang dari kedua orang tuanya, dan dia ...""Tidak perlu! Aku sudah memberinya kasihsayang seorang Ayah padanya. Syakilla tidak butuh siapapun. Dia hanya butuh aku sebagai Ayahnya. Lebih baik urungkan saja niatanmu untuk meminang Naina. Dia tidak butuh perhatian laki-laki. Aku sudah memberikan perhatian lebih padanya," cecar Brillian.Bryan menautkan kedua alisnya, merasa aneh Brillian tidak menyetujui dirinya berkeinginan untuk menikahi Naina."Hei! Apakah kau waras? Kau tidak lagi sakit kan, Brillian! Kenapa kau tidak mengizinkanku untuk menikahi Naina. Ya! Kalau kau bisa memberikan kasihsayangmu pada Syakh
Baca selengkapnya

34. Tekad Brillian

Di kantornya, Brillian benar-benar tidak bisa berpikir dengan tenang. Kali ini ia memiliki masalah dengan sahabatnya sendiri yang ingin memiliki niatan untuk menikahi Naina.Permasalahannya sendiri dengan Tarisa belum usai, ditambah lagi dengan permasalahannya dengan Bryan yang hendak meminang Naina untuk dijadikan pendampingnya.Semua masalah berkecamuk menjadi satu, ia bahkan sampai pusing untuk mengakhiri semua masalahnya."Sial! Kenapa jadi gini. Kenapa banyak sekali masalah yang kuhadapi. Aku harus cepat selesaikan masalahku dengan Tarisa. Aku tidak akan menunda-nundanya lagi. Aku juga harus cegah Bryan yang punya keinginan kotor untuk memiliki Naina. Enak saja dia, masih banyak wanita lain, kenapa harus Naina! Aku tidak bisa membiarkannya!"Brillian mengambil jas kerjanya yang disampirkan di kursi belakang tempat duduknya, dan segera memakainya. Ia ingin pulang ke rumah orang tuanya, untuk menuntaskan masalahnya.Tarisa sudah membuatnya kesal. Mendengar cerita dari Bryan bahwa T
Baca selengkapnya

35. Hubungan Kita Cukup Sampai Di sini

"Maksud Mama?" tanya Tarisa dengan mengerutkan keningnya."Ya! Maksud Mama, jangan sampai kau berpisah dari Brillian. Dia itu laki-laki mapan. Mau sampai kapan kamu bermain-main dengan banyak laki-laki. Mama capek RIS, kamu itu sudah menjadi gunjingan banyak orang. Kalau artis, dihujat netizen bisa buming karirnya, lah kalau kamu!"Tarisa sendiri juga bingung, bagaimana caranya menahan Brillian agar tidak menggagalkan pertunangan dengannya. Ia sendiri juga tidak bisa meninggalkan kebiasaannya yang selalu bebas bersama laki-laki beruang. Ia tidak bisa hidup tanpa uang. Walaupun dari kalangan om-om yang mengajaknya kencan, ia tidak peduli."Sudahlah Ma. Kita hadapi saja dulu, apa maunya. Aku pastikan dia tidak akan meninggalkanku," ujarnya penuh keyakinan.Carissa dan Erna keluar dari dalam kamarnya dan menemui Brilian yang menunggunya di ruang tamu.Tarisa terlihat sangat baik dia menyapa brilian dengan sambutan hangat."Brillian! Tumben siang-siang begini kamu datang kemari. Apakah l
Baca selengkapnya

36. Aku Harus Membalasnya

Setelah memutuskan hubungan dengan Tarisa, Brilian langsung pamitan pulang. Dia tidak mau berlama-lama di rumah Tarisa dan membuatnya tertahan dan tidak diperbolehkan untuk memutuskan hubungan dengan keluarga Tarisa."Sial! Ini benar-benar sial," umpat Tarisa mondar-mandir di ruangan bersama dengan Mamanya. "Aku harus membalas semua perlakuannya. Lihat saja apa yang akan kulakukan pada keluarganya," ancam Tarisa dengan mengepalkan tangannya.Tarisa benar-benar dibuat marah dan juga kecewa dengan sikap Brilian yang dingin dan sombong, tidak peduli dengan perasaannya saat ini. Sebenarnya ia juga tidak serius menikah dengan Brillian, tapi demi uang, ia harus berpura-pura baik, mengemis cinta padanya. Bahkan ucapan Erna yang memohon-mohon untuk tetap mempertahankan hubungan pertunangannya juga tidak dianggap oleh Brillian. Brillian tidak peduli dengan tangisan Erna."Sudah lah, ma! Biarkan saja dia berkata apapun, aku tidak peduli," ucap Tarisa menegur Mamanya yang masih menangis. Kit
Baca selengkapnya

37. Tolong Selamatkan Anakku

Siang itu jalanan sangat macet karena dipenuhi oleh kendaraan bermuatan besar.Ditambah lagi dengan polusi udara sangatlah mengganggu pernapasan. Naina yang tidak ingin berhenti dikecetan, ia mengajak Syakilla untuk melewati jalan setapak yang tidak begitu ramai.Terlalu lama lewat jalan raya, ia lebih mementingkan keselamatan anaknya dengan melewati jalanan yang agak sepi, dengan melewati jalanan yang cukup sepi, ia juga bisa bebas terhindar dari polusi udara."Sayang! Kita lewat jalan itu ya? Nggak usah lewat jalan raya. Jalanan macet, tuh! Banyak polusi udara, Mommy lupa nggak bawain kamu masker," celetuk Naina.Syakilla tidak mempermasalahkannya, mau diajak lewat mana saja. "Baik Mom. Tapi beliin ice cream dulu ya," jawab Syakilla.Syakilla tidak pernah lepas dengan jajanan ice cream. Hampir setiap hari dia harus menyetok ice cream di rumahnya, bahkan Naina sudah menegurnya agar tidak selalu mengkonsumsi ice cream terlalu banyak, tapi yang namanya anak kecil tidak peduli, yang terp
Baca selengkapnya

38. Siapa Pelakunya?

"Halo Pa, Papa Aku mengalami kecelakaan, tolong Papa ke sini."Refleks Hartanto sangat terkejut mendengarnya. "Ya ampun ... Nak! Terus ... Bagaimana keadaanmu sekarang? Di mana cucu Papa?" tanya Hartanto dengan raut wajahnya berubah cemas."Aku sekarang ada di rumah sakit, Pa. Papa tolong ke sini ya? Aku baru saja menghubungi Mama. Aku takut Pa! Aku takut anakku ...""Iya, oke. Tunggu Papa, sayang. Jangan sedih, Papa segera datang. Papa tutup telponnya sekarang."Tak ingin berbasa-basi, Hartanto langsung menutup sambungannya. Ia langsung bergegas untuk menemui rekannya di ruang meeting."Emm, Bapak-bapak sekalian, saya benar-benar minta maaf, karena tidak bisa melanjutkan meeting hari ini. Ada kabar buruk Pak. Anak saya mengalami kecelakaan. Dan saya, harus segera pergi ke rumah sakit," ungkap Hartanto.Semua orang terbengong mendengarkan penjelasan dari Hartanto."Inalillahi wa innailaihi rodziun."Semua orang berucap dengan serempak."Om! Siapa yang mengalami kecelakaan? Brillian, at
Baca selengkapnya

39. Butuh Pendonor

Bryan sangat yakin kalau itu ada unsur kesengajaan. Tidak mungkin orang akan sengaja menabraknya kalau posisinya saja sudah ada dipinggiran, pasti ada udang dibalik batu."Om juga sepemikiran denganmu, pasti ada orang yang sengaja ingin menabrak Naina. Mungkin orang itu sebelumnya sudah mengetahui Naina melewati jalan itu," sambung Hartanto.Naina sendiri juga beranggapan yang sama dengan mereka, tapi ia juga tidak tahu motifnya, karena pada dasarnya ia memang tidak pernah membuat kekacauan dengan orang lain."Apa kamu memiliki musuh, Na! Maksudnya ada orang yang nggak suka sama kamu?" tanya Bryan."Musuh? Kayaknya nggak mungkin," balas Hartanto. Yang Om lihat, selama ini Naina tidak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Bagaimana mungkin orang lain menyimpan perasaan dendam padanya, rasanya tidak masuk akal juga," jawab Hartanto.Bryan menghela napas, ia juga dibuat bingung dengan kejadian itu. "Bagaimana dengan pihak berwajib. Apakah sudah melakukan penyelidikan di tempat ke
Baca selengkapnya

40. Akhirnya Terkuak

Tidak memiliki pilihan lain, demi keselamatan anaknya, Naina harus menjelaskan yang sebenarnya pada Brillian. Hanya Brillian lah yang bisa menyelamatkan anaknya."Kamu mau ke mana Na?" tanya Heni, ketika Naina meminta pertolongan pada Bryan."Ma! Aku harus menyelamatkan anakku. Aku titip Syakilla ya, Ma. Tolong jaga dia dengan baik. Aku akan segera kembali."Tidak menjelaskan apapun, Naina langsung bergegas pergi meninggalkan orang tuanya, Bryan garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia sendiri juga tidak tahu, tujuan Naina."Kak Bryan! Kakak bilang, kakak tahu di mana kak Brillian tinggal. Tolong antarkan aku ke sana sekarang," pinta Naina ketika sampai di halaman rumah sakit.Bryan menautkan kedua alisnya, ia mendadak zonk, saat Naina memintanya untuk diantarkan ke apartemen Brillian."Kamu mau apa ke apartemennya Brillian. Anak kamu lagi sakit. Biar aku saja yang menghubunginya," tegur Bryan.Bukannya tidak mau mengantarkan Naina ke apartemennya Brillian, tapi kondisi Naina sendiri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status