Home / Romansa / Terjerat Cinta Kakak Angkat / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terjerat Cinta Kakak Angkat : Chapter 21 - Chapter 30

128 Chapters

21. Chicken Cordon Blue

Brillian mengajak Syakhilla memasuki restoran yang tidak jauh dari rumahnya.Restoran cukup terkenal di tempat tinggalnya. Di sana ada beberapa menu yang disajikan, dan ia yakin, Syakhilla akan menyukainya."Maaf Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Dengan ramah penjaga resto mendekati Brilian dengan membawa buku menu."Oh! Iya mbak. Ini saya mau lihat daftar menunya dulu," jawab Brillian."Ini Pak, coba dilihat-lihat dulu. Barang kali ada yang disukai." Pelayan itu langsung menyodorkan buku menu pada Brillian. Brillian langsung membukanya.Chicken Cordon blue, sangat dikagumi oleh masyarakat setempat. Makanan berasal dari Jerman yang sudah mendunia sangat disukai oleh anak kecil, karena tekstur dagingnya lebih lembut."Killa makan sama ini aja, ya?" Brillian menunjukkan buku menu dan memilih chicken Cordon blue sebagai makanan yang tepat buat dikonsumsi oleh Syakhilla.Syakilla pun langsung mengangguk. Walaupun cuma gambar, Killa bisa mengerti, makanan yang ditunjukkan oleh Brillian itu
Read more

22. Siapa Ayah Kandungnya?

Tarisa mondar-mandir di teras depan rumah Brillian. Ia sudah cukup lama menunggu kedatangan Brilian yang tengah menenangkan Syakhilla. Ditambah lagi Naina yang sudah membuatnya kesal, ingin sekali ia memaki-makinya."Ini semua gara-gara perempuan itu. Dia sudah menghancurkan acara malamku bersama dengan Brilian dan orang tuanya. Kenapa perempuan itu mencurigakan sekali. Kalau memang dia adiknya Brilian dia akan bersikap baik padaku. Dia bahkan tidak bisa menghormati keberadaanku di sini."Heni merasa tidak enak hati pada calon menantunya, karena Brilian sudah meninggalkannya, dan membuat mood makannya hancur.Ia mendekati Tarisa dan mencoba untuk meminta maaf padanya."Tarisa, ayo masuk ke dalam. Kita tunggu Brillian di dalam," tutur Heni lembut.Tarisa menoleh dan langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak Tante. Aku akan menunggunya di sini. Tapi kalau boleh tahu ... Ke mana Brillian membawa keponakannya tadi?" tanya Tarisa mencoba untuk menjaga sikapnya di depan orang tua Brillian."
Read more

23. Aku Tidak Mau Menikahinya

Tarisa menatap kecewa kebersamaan Brillian dengan Naina. Walaupun mereka nampak dingin dan tak saling bertegur sapa, tapi Tarisa bisa merasakan kecemburuan melihat keduanya."Brillian! Aku sudah lama menunggumu. Kau ke mana saja sih. Kau harus mengantarku pulang," omel Tarisa."Kenapa harus menungguku kalau ingin pulang kan masih ada Pak sopir yang bisa mengantarkanmu," jawab Brilian."Gila kau!" Tarisa memberikan umpatan kesel pada Brillian. Laki-laki itu benar-benar tidak pernah peduli padanya. Padahal Ia sudah terlanjur jatuh hati dan sangat berharap Brillian segera menikahnya."Tega kau ya! Aku selalu bersikap baik padamu dan berharap kau akan membalas perasaanku ini. Aku begitu mencintaimu dan aku ingin mendekatkan diri pada keluargamu tapi kau kau bahkan tidak pernah peduli dengan perasaanku kau jahat Brilian! Kau lebih mementingkan dia," tunjuknya pada Naina.Naina langsung melotot, "Hei! Jaga bicaramu!" Naina tidak terima dengan tuduhan Tarisa. Ia bahkan tidak memiliki niatan
Read more

24. Brillian Harus Lepas Darinya

Hampir tiga bulan Brillian meninggalkan rumah. Ia sangat jarang pulang, karena setiap pulang, dia langsung berdebat dengan Papanya.Dia hanya pulang saat merindukan Syakhilla saja."Ma! Kenapa Mama tidak mau minta kak Lian buat pulang ke sini. Kasihan juga Papa sekarang harus bekerja sendirian. Kak Lian tidak peduli pada kalian. Bahkan pekerjaan Papa terbengkalai karena ia tidak mau membantunya. Entah sekarang apa yang dilakukannya selama dia tinggal di luar."Selama pergi dari rumah Brilian juga sangat jarang pergi ke kantor. Bahkan Hartanto sampai sakit pun dia tidak peduli. Naina sering membantu Hartanto mengurus pekerjaannya di kantor sembari menemani anaknya yang tidak bisa ditinggalkan."Entahlah Naina. Mama sudah habis pikir dengan sikap berlian yang dingin. Dia selalu menganggap apa yang dipikirkannya itu selalu benar. Papa dibuat malu karena ia tega mengatakan hal yang buruk pada Tarisa. Orang tua Tarisa sangat marah pada Papa, dan meminta Brilian untuk datang ke rumahnya, t
Read more

25. Siapa Anak yang Kau Maksudkan

Brillian menghabiskan waktunya hanya untuk menyibukkan dirinya bekerja. Ia sedikit meluangkan waktunya untuk menyenangkan diri dengan minum minuman keras bersama dengan teman-temannya.Sulit untuk bisa lepas dari bayangan Naina. Hatinya sudah mati untuk perempuan manapun. Hanya Naina lah yang ia inginkan. Kalaupun Naina bukan jodohnya, ia rela melajang seumur hidupnya."Lian! Tuh ada cewek bahenol. Kayaknya penghuni baru di tempat ini." Bryan, teman Brillian menunjukkan seorang gadis remaja seumuran dengan Naina Memasuki sebuah bar, di mana ia menghabiskan waktunya untuk minum.Brillian menoleh sedikit dengan menghisap rokok dan melepaskan asapnya ke udara."Kalau kau berminat, ya ambil saja," jawabnya santai.Brilian tidak bernafsu untuk bermain-main dengan wanita lain. Kalaupun ia ingin menuntaskan hasratnya, dia harus mendapatkan seseorang yang tepat, yang tak lain adalah adik angkatnya sendiri."Hei! Apa kau sudah tidak jantan lagi. Harus menahan sampai kapan kau menolak banyak
Read more

26. Kau Hanya Tunangan, Bukan Istrinya

"Ini semua gara-gara kamu!"Tiba-tiba saja rambut Naina dijambak dari arah belakang oleh Tarisa.Naina yang tengah menunggu Syakhilla di sekolah paud, didatangi Tarisa tanpa tahu kehadirannya."Auh ...! Sakit! Lepas!"Kedua Naina tangan Naina berusaha melepaskan tangan Tarisa yang menjambak rambutnya dengan cukup keras.Ia yang kesulitan untuk bisa melepaskan cengkraman tangan Tarisa, langsung mencubitnya kecil tangan Tarisa agar bisa terlepas.Setelah bisa terlepas Naina membalikkan badan dengan tatapan melotot. "Kau ...! Apa yang sudah kau lakukan padaku! Berani sekali kau bersikap kasar padaku. Memangnya aku punya salah apa dengan dirimu? Kau tidak malu datang-datang ke sini untuk mencari masalah denganku. Kalau kau memiliki masalah dengan kakakku, sebaiknya kau urus aja sendiri, dan jangan melibatkanku!"Naina yakin kemarahan Tarisa itu ada hubungannya dengan Brilian. Brilian yang lebih peduli pada Syakilla dibandingkan dengan Tarisa, membuat Tarisa cemburu, bahkan Tarisa menaruh
Read more

27. Aku Nggak Punya Papa

"Sial! Benar-benar sial! Awas saja, aku akan membalasmu!"Tarisa langsung melenggang pergi meninggalkan mereka. Tarisa benar-benar tidak punya sopan santun. Ia tanpa basa-basi langsung pergi dengan raut wajahnya penuh amarah.Kepergian Tarisa menyisakan kecemasan di wajah Naina. Naina takut Tarisa akan melakukan tindakan yang buruk pada keluarganya. Terlebihnya pada Anak dan juga orang tuanya."Ya Tuhan ... Lindungilah keluargaku. Aku takut dia akan melakukan hal yang tidak baik pada keluargaku. Aku tidak takut dia mengancamku, tapi kalau sampai menyakiti anakku atau bahkan orang tuaku bagaimana?"Naina membuang napasnya kasar dengan mata terpejam. Ia berharap Tarisa tidak benar-benar mengancamnya."Nyonya Naina! Kenapa diam saja. Apa yang anda pikirkan? Apakah anda takut sama ancamannya?" tanya Atika, salah satu dari ibu-ibu yang bersamanya.Naina mengangguk, "Iya, Bu. Saya hanya takut dia akan nekat. Kalau dia ingin balas dendam pada saya, masih bisa saya maklumi, tapi kalau pada o
Read more

28. Kamu Harus Menikah

"Opa ...! Opa ...!"Syakilla berlari menuju ruangan Hartanto dengan membawa sekantong kresek berisi ice cream dan makanan ringan.Naina berjalan tenang dengan membawa tas sekolah Syakilla.Syakilla kesulitan untuk membuka pintu ruangan Hartanto, ia pun langsung menggedor-gedornya."Opa! Opa! Aku datang," ujarnya bersemangat.Hartanto yang tengah mengerjakan pekerjaannya yang tak kunjung selesai, ia mengulas senyuman mendengar suara cucu perempuannya."Cucuku datang, yes! Kalau gini kan aku jadi bersemangat. Semangat untuk main-main bersama cucuku," ujarnya langsung beranjak dari tempat duduknya.Ia langsung menuju pintu dan membukanya, didapatinya cucu perempuannya yang masih setinggi pahanya."Hei! Anaknya siapa ini. Kok jelek sekali," goda Hartanto langsung berjongkok mensejajari Syakilla.Syakilla tersenyum dengan menunjukkan sekantong kresek berisi ice cream miliknya."Opa! Aku bawa apa coba tebak," celetuknya masih cadel."Emangnya kamu bawa apaan ke sini?" tanya Hartanto dengan
Read more

29. Kupikir Dia

"Om!"Bryan datang di acara meeting bersama dengan Hartanto. Bryan tampak celingak-celinguk mencari keberadaan Brillian yang sejak datang tak mendapatinya."Bryan! Terimakasih banyak atas kedatanganmu ya? Semoga kerjasama kita diberi kelancaran ungkap Hartanto dengan menepuk lengan Bryan.Bryan mengangguk dengan mengulas senyumnya, "Iya om! Tentu saja.""Tapi ngomong-ngomong sejak tadi aku belum menjumpai brilian. Memangnya dia nggak ikut meeting Om? Apa dia nggak ada di kantor sini?" tanya Bryan.Bryan bela-belain datang lebih awal dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain hanya untuk bertemu dengan Brillian, tapi setibanya di kantor Hartanto, Brillian tidak didapatinya."Brillian sudah cukup lama nggak datang ke kantor. Entahlah. Sepertinya dia sudah sibuk dengan usahanya sendiri. Om sendiri juga tidak tahu, dia punya usaha baru, tapi tak seorangpun tahu perusahaan yang dijalankannya saat ini. Dia tidak melibatkan Om."Hartanto cukup kecewa dengan sikap putranya, mendirikan perus
Read more

30. Ketertarikan Bryan Pada Naina

"Dia apa?" tanya Hartanto."Dia simpanan Om," jawab Bryan dengan melepas tawanya.Naina terbelalak lebar mendengar pengakuan Bryan, begitupun juga dengan Hartanto ia langsung memberikan pukulan di lengan teman dari putranya itu."Sudah gila kamu! Ini anak perempuanku, ya! Dan ini cucuku. Mana mungkin seorang Ayah akan menjadikan anaknya sebagai simpanannya. Kalaupun ada, berarti otak dari Ayahnya itu sudah tidak normal lagi, sudah berbalik menjadi otaknya hewan," jawab Hartanto."Iya, maaf banget, karena dugaanku buat kalian marah. Aku benar-benar nggak tahu kalau ini Naina yang pernah dibawa Brillian ke cafe waktu itu. Sudah cukup lama sih, kita nggak pernah berjumpa lagi, dan sekarang Naina benar-benar sangat cantik dan menarik. Tapi ngomong-ngomong ini ..."Tatapan Bryan beralih pada Syakilla yang ada di gendongan Naina."Ini anakku Kak. Cukup lama juga ya kita nggak pernah berjumpa. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 11," jawab Naina."Anak? Jadi kau sudah menikah dan punya
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status