"Opa ...! Opa ...!"Syakilla berlari menuju ruangan Hartanto dengan membawa sekantong kresek berisi ice cream dan makanan ringan.Naina berjalan tenang dengan membawa tas sekolah Syakilla.Syakilla kesulitan untuk membuka pintu ruangan Hartanto, ia pun langsung menggedor-gedornya."Opa! Opa! Aku datang," ujarnya bersemangat.Hartanto yang tengah mengerjakan pekerjaannya yang tak kunjung selesai, ia mengulas senyuman mendengar suara cucu perempuannya."Cucuku datang, yes! Kalau gini kan aku jadi bersemangat. Semangat untuk main-main bersama cucuku," ujarnya langsung beranjak dari tempat duduknya.Ia langsung menuju pintu dan membukanya, didapatinya cucu perempuannya yang masih setinggi pahanya."Hei! Anaknya siapa ini. Kok jelek sekali," goda Hartanto langsung berjongkok mensejajari Syakilla.Syakilla tersenyum dengan menunjukkan sekantong kresek berisi ice cream miliknya."Opa! Aku bawa apa coba tebak," celetuknya masih cadel."Emangnya kamu bawa apaan ke sini?" tanya Hartanto dengan
"Om!"Bryan datang di acara meeting bersama dengan Hartanto. Bryan tampak celingak-celinguk mencari keberadaan Brillian yang sejak datang tak mendapatinya."Bryan! Terimakasih banyak atas kedatanganmu ya? Semoga kerjasama kita diberi kelancaran ungkap Hartanto dengan menepuk lengan Bryan.Bryan mengangguk dengan mengulas senyumnya, "Iya om! Tentu saja.""Tapi ngomong-ngomong sejak tadi aku belum menjumpai brilian. Memangnya dia nggak ikut meeting Om? Apa dia nggak ada di kantor sini?" tanya Bryan.Bryan bela-belain datang lebih awal dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain hanya untuk bertemu dengan Brillian, tapi setibanya di kantor Hartanto, Brillian tidak didapatinya."Brillian sudah cukup lama nggak datang ke kantor. Entahlah. Sepertinya dia sudah sibuk dengan usahanya sendiri. Om sendiri juga tidak tahu, dia punya usaha baru, tapi tak seorangpun tahu perusahaan yang dijalankannya saat ini. Dia tidak melibatkan Om."Hartanto cukup kecewa dengan sikap putranya, mendirikan perus
"Dia apa?" tanya Hartanto."Dia simpanan Om," jawab Bryan dengan melepas tawanya.Naina terbelalak lebar mendengar pengakuan Bryan, begitupun juga dengan Hartanto ia langsung memberikan pukulan di lengan teman dari putranya itu."Sudah gila kamu! Ini anak perempuanku, ya! Dan ini cucuku. Mana mungkin seorang Ayah akan menjadikan anaknya sebagai simpanannya. Kalaupun ada, berarti otak dari Ayahnya itu sudah tidak normal lagi, sudah berbalik menjadi otaknya hewan," jawab Hartanto."Iya, maaf banget, karena dugaanku buat kalian marah. Aku benar-benar nggak tahu kalau ini Naina yang pernah dibawa Brillian ke cafe waktu itu. Sudah cukup lama sih, kita nggak pernah berjumpa lagi, dan sekarang Naina benar-benar sangat cantik dan menarik. Tapi ngomong-ngomong ini ..."Tatapan Bryan beralih pada Syakilla yang ada di gendongan Naina."Ini anakku Kak. Cukup lama juga ya kita nggak pernah berjumpa. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 11," jawab Naina."Anak? Jadi kau sudah menikah dan punya
Malam Minggu, Bryan datang ke bar. Biasanya di saat menjelang weekend, Brillian datang ke bar, menghabiskan waktunya untuk minuman keras.Ia sengaja datang agak malam, berharap Brillian datang ke bar itu.'Itu kan Lian. Sama siapa dia?'Bryan berjalan mengendap-endap mendekati Brillian yang ditemani oleh seorang wanita di dalam bar, tepatnya di meja bartender.Ekhem ...Bryan melayangkan deheman cukup keras, hingga membuat Brillian dan cewek tersebut refleks menoleh padanya."Setan!" Brillian mengumpat kasar karena terkejut.Wanita yang bersamanya itu mendadak canggung dan merasa risih menatap keberadaan Bryan."Tumben bawa cewek. Siapa dia?" tanya Bryan ikut bergabung bersama dengan mereka berdua.Ia melambaikan tangannya pada bartender untuk menyiapkan minuman seperti biasanya dia konsumsi."Dia Tarisa," jawab Brillian tanpa menoleh, lebih asik menenggak bir di cangkir kecil."Tunanganmu?" Bryan yang sangat penasaran dengan Tarisa, ia langsung menebaknya. Ia menatap Tarisa yang memb
"Aku akan membunuhmu!" Dengan kilatan penuh amarah Brilian mengepalkan satu tangannya ke dinding dan satunya lagi masih dengan mencengkram rahang Tarisa.Tarisa menciut, ia sangat ketakutan, takut Brilian akan melakukan hal buruk padanya. Tidak ingin terjadi kekacauan di situ Bryan langsung mengajaknya keluar setelah membayar minumannya pada bartender."Mendingan kau cepat pulang sebelum Brilian benar-benar akan melakukan hal buruk padamu. Dia lagi mabuk dan tidak sadar akan tindakannya, jadi lebih baik kau pergi dari sini secepatnya!"Walaupun berat hati, Tarisa langsung pergi keluar dari dalam bar, begitupun juga dengan Bryan, ia merangkul Brilian dan di bawanya untuk segera pulang."Kau sedang mabuk berat, tahan emosimu," tutur Bryan.Bryan langsung memasukkan Brillian ke dalam mobilnya meninggalkan mobil Brilian di bar, karena ia yakin di situ sudah dijaga dengan sangat aman."Aku akan mengantarmu pulang! Ngomong-ngomong ... Di mana kau tinggal saat ini?" tanya Bryan dengan melaju
"Aku berniat untuk menikahi Naina.""Ap ... Apa?!"Brillian refleks mendelik tajam menatap Bryan. Berani sekali Bryan berniat untuk menikahi orang yang dicintainya."Kenapa Lian? Apa aku salah menyukai adikmu? Dia seorang janda, nggak ada salahnya jika aku memiliki keinginan untuk meminangnya. Kasihan Syakhilla. Dia butuh Ayah yang bisa menyayanginya. Dia masih kecil, butuh kasihsayang dari kedua orang tuanya, dan dia ...""Tidak perlu! Aku sudah memberinya kasihsayang seorang Ayah padanya. Syakilla tidak butuh siapapun. Dia hanya butuh aku sebagai Ayahnya. Lebih baik urungkan saja niatanmu untuk meminang Naina. Dia tidak butuh perhatian laki-laki. Aku sudah memberikan perhatian lebih padanya," cecar Brillian.Bryan menautkan kedua alisnya, merasa aneh Brillian tidak menyetujui dirinya berkeinginan untuk menikahi Naina."Hei! Apakah kau waras? Kau tidak lagi sakit kan, Brillian! Kenapa kau tidak mengizinkanku untuk menikahi Naina. Ya! Kalau kau bisa memberikan kasihsayangmu pada Syakh
Di kantornya, Brillian benar-benar tidak bisa berpikir dengan tenang. Kali ini ia memiliki masalah dengan sahabatnya sendiri yang ingin memiliki niatan untuk menikahi Naina.Permasalahannya sendiri dengan Tarisa belum usai, ditambah lagi dengan permasalahannya dengan Bryan yang hendak meminang Naina untuk dijadikan pendampingnya.Semua masalah berkecamuk menjadi satu, ia bahkan sampai pusing untuk mengakhiri semua masalahnya."Sial! Kenapa jadi gini. Kenapa banyak sekali masalah yang kuhadapi. Aku harus cepat selesaikan masalahku dengan Tarisa. Aku tidak akan menunda-nundanya lagi. Aku juga harus cegah Bryan yang punya keinginan kotor untuk memiliki Naina. Enak saja dia, masih banyak wanita lain, kenapa harus Naina! Aku tidak bisa membiarkannya!"Brillian mengambil jas kerjanya yang disampirkan di kursi belakang tempat duduknya, dan segera memakainya. Ia ingin pulang ke rumah orang tuanya, untuk menuntaskan masalahnya.Tarisa sudah membuatnya kesal. Mendengar cerita dari Bryan bahwa T
"Maksud Mama?" tanya Tarisa dengan mengerutkan keningnya."Ya! Maksud Mama, jangan sampai kau berpisah dari Brillian. Dia itu laki-laki mapan. Mau sampai kapan kamu bermain-main dengan banyak laki-laki. Mama capek RIS, kamu itu sudah menjadi gunjingan banyak orang. Kalau artis, dihujat netizen bisa buming karirnya, lah kalau kamu!"Tarisa sendiri juga bingung, bagaimana caranya menahan Brillian agar tidak menggagalkan pertunangan dengannya. Ia sendiri juga tidak bisa meninggalkan kebiasaannya yang selalu bebas bersama laki-laki beruang. Ia tidak bisa hidup tanpa uang. Walaupun dari kalangan om-om yang mengajaknya kencan, ia tidak peduli."Sudahlah Ma. Kita hadapi saja dulu, apa maunya. Aku pastikan dia tidak akan meninggalkanku," ujarnya penuh keyakinan.Carissa dan Erna keluar dari dalam kamarnya dan menemui Brilian yang menunggunya di ruang tamu.Tarisa terlihat sangat baik dia menyapa brilian dengan sambutan hangat."Brillian! Tumben siang-siang begini kamu datang kemari. Apakah l
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain