Di kantornya, Brillian benar-benar tidak bisa berpikir dengan tenang. Kali ini ia memiliki masalah dengan sahabatnya sendiri yang ingin memiliki niatan untuk menikahi Naina.Permasalahannya sendiri dengan Tarisa belum usai, ditambah lagi dengan permasalahannya dengan Bryan yang hendak meminang Naina untuk dijadikan pendampingnya.Semua masalah berkecamuk menjadi satu, ia bahkan sampai pusing untuk mengakhiri semua masalahnya."Sial! Kenapa jadi gini. Kenapa banyak sekali masalah yang kuhadapi. Aku harus cepat selesaikan masalahku dengan Tarisa. Aku tidak akan menunda-nundanya lagi. Aku juga harus cegah Bryan yang punya keinginan kotor untuk memiliki Naina. Enak saja dia, masih banyak wanita lain, kenapa harus Naina! Aku tidak bisa membiarkannya!"Brillian mengambil jas kerjanya yang disampirkan di kursi belakang tempat duduknya, dan segera memakainya. Ia ingin pulang ke rumah orang tuanya, untuk menuntaskan masalahnya.Tarisa sudah membuatnya kesal. Mendengar cerita dari Bryan bahwa T
"Maksud Mama?" tanya Tarisa dengan mengerutkan keningnya."Ya! Maksud Mama, jangan sampai kau berpisah dari Brillian. Dia itu laki-laki mapan. Mau sampai kapan kamu bermain-main dengan banyak laki-laki. Mama capek RIS, kamu itu sudah menjadi gunjingan banyak orang. Kalau artis, dihujat netizen bisa buming karirnya, lah kalau kamu!"Tarisa sendiri juga bingung, bagaimana caranya menahan Brillian agar tidak menggagalkan pertunangan dengannya. Ia sendiri juga tidak bisa meninggalkan kebiasaannya yang selalu bebas bersama laki-laki beruang. Ia tidak bisa hidup tanpa uang. Walaupun dari kalangan om-om yang mengajaknya kencan, ia tidak peduli."Sudahlah Ma. Kita hadapi saja dulu, apa maunya. Aku pastikan dia tidak akan meninggalkanku," ujarnya penuh keyakinan.Carissa dan Erna keluar dari dalam kamarnya dan menemui Brilian yang menunggunya di ruang tamu.Tarisa terlihat sangat baik dia menyapa brilian dengan sambutan hangat."Brillian! Tumben siang-siang begini kamu datang kemari. Apakah l
Setelah memutuskan hubungan dengan Tarisa, Brilian langsung pamitan pulang. Dia tidak mau berlama-lama di rumah Tarisa dan membuatnya tertahan dan tidak diperbolehkan untuk memutuskan hubungan dengan keluarga Tarisa."Sial! Ini benar-benar sial," umpat Tarisa mondar-mandir di ruangan bersama dengan Mamanya. "Aku harus membalas semua perlakuannya. Lihat saja apa yang akan kulakukan pada keluarganya," ancam Tarisa dengan mengepalkan tangannya.Tarisa benar-benar dibuat marah dan juga kecewa dengan sikap Brilian yang dingin dan sombong, tidak peduli dengan perasaannya saat ini. Sebenarnya ia juga tidak serius menikah dengan Brillian, tapi demi uang, ia harus berpura-pura baik, mengemis cinta padanya. Bahkan ucapan Erna yang memohon-mohon untuk tetap mempertahankan hubungan pertunangannya juga tidak dianggap oleh Brillian. Brillian tidak peduli dengan tangisan Erna."Sudah lah, ma! Biarkan saja dia berkata apapun, aku tidak peduli," ucap Tarisa menegur Mamanya yang masih menangis. Kit
Siang itu jalanan sangat macet karena dipenuhi oleh kendaraan bermuatan besar.Ditambah lagi dengan polusi udara sangatlah mengganggu pernapasan. Naina yang tidak ingin berhenti dikecetan, ia mengajak Syakilla untuk melewati jalan setapak yang tidak begitu ramai.Terlalu lama lewat jalan raya, ia lebih mementingkan keselamatan anaknya dengan melewati jalanan yang agak sepi, dengan melewati jalanan yang cukup sepi, ia juga bisa bebas terhindar dari polusi udara."Sayang! Kita lewat jalan itu ya? Nggak usah lewat jalan raya. Jalanan macet, tuh! Banyak polusi udara, Mommy lupa nggak bawain kamu masker," celetuk Naina.Syakilla tidak mempermasalahkannya, mau diajak lewat mana saja. "Baik Mom. Tapi beliin ice cream dulu ya," jawab Syakilla.Syakilla tidak pernah lepas dengan jajanan ice cream. Hampir setiap hari dia harus menyetok ice cream di rumahnya, bahkan Naina sudah menegurnya agar tidak selalu mengkonsumsi ice cream terlalu banyak, tapi yang namanya anak kecil tidak peduli, yang terp
"Halo Pa, Papa Aku mengalami kecelakaan, tolong Papa ke sini."Refleks Hartanto sangat terkejut mendengarnya. "Ya ampun ... Nak! Terus ... Bagaimana keadaanmu sekarang? Di mana cucu Papa?" tanya Hartanto dengan raut wajahnya berubah cemas."Aku sekarang ada di rumah sakit, Pa. Papa tolong ke sini ya? Aku baru saja menghubungi Mama. Aku takut Pa! Aku takut anakku ...""Iya, oke. Tunggu Papa, sayang. Jangan sedih, Papa segera datang. Papa tutup telponnya sekarang."Tak ingin berbasa-basi, Hartanto langsung menutup sambungannya. Ia langsung bergegas untuk menemui rekannya di ruang meeting."Emm, Bapak-bapak sekalian, saya benar-benar minta maaf, karena tidak bisa melanjutkan meeting hari ini. Ada kabar buruk Pak. Anak saya mengalami kecelakaan. Dan saya, harus segera pergi ke rumah sakit," ungkap Hartanto.Semua orang terbengong mendengarkan penjelasan dari Hartanto."Inalillahi wa innailaihi rodziun."Semua orang berucap dengan serempak."Om! Siapa yang mengalami kecelakaan? Brillian, at
Bryan sangat yakin kalau itu ada unsur kesengajaan. Tidak mungkin orang akan sengaja menabraknya kalau posisinya saja sudah ada dipinggiran, pasti ada udang dibalik batu."Om juga sepemikiran denganmu, pasti ada orang yang sengaja ingin menabrak Naina. Mungkin orang itu sebelumnya sudah mengetahui Naina melewati jalan itu," sambung Hartanto.Naina sendiri juga beranggapan yang sama dengan mereka, tapi ia juga tidak tahu motifnya, karena pada dasarnya ia memang tidak pernah membuat kekacauan dengan orang lain."Apa kamu memiliki musuh, Na! Maksudnya ada orang yang nggak suka sama kamu?" tanya Bryan."Musuh? Kayaknya nggak mungkin," balas Hartanto. Yang Om lihat, selama ini Naina tidak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Bagaimana mungkin orang lain menyimpan perasaan dendam padanya, rasanya tidak masuk akal juga," jawab Hartanto.Bryan menghela napas, ia juga dibuat bingung dengan kejadian itu. "Bagaimana dengan pihak berwajib. Apakah sudah melakukan penyelidikan di tempat ke
Tidak memiliki pilihan lain, demi keselamatan anaknya, Naina harus menjelaskan yang sebenarnya pada Brillian. Hanya Brillian lah yang bisa menyelamatkan anaknya."Kamu mau ke mana Na?" tanya Heni, ketika Naina meminta pertolongan pada Bryan."Ma! Aku harus menyelamatkan anakku. Aku titip Syakilla ya, Ma. Tolong jaga dia dengan baik. Aku akan segera kembali."Tidak menjelaskan apapun, Naina langsung bergegas pergi meninggalkan orang tuanya, Bryan garuk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia sendiri juga tidak tahu, tujuan Naina."Kak Bryan! Kakak bilang, kakak tahu di mana kak Brillian tinggal. Tolong antarkan aku ke sana sekarang," pinta Naina ketika sampai di halaman rumah sakit.Bryan menautkan kedua alisnya, ia mendadak zonk, saat Naina memintanya untuk diantarkan ke apartemen Brillian."Kamu mau apa ke apartemennya Brillian. Anak kamu lagi sakit. Biar aku saja yang menghubunginya," tegur Bryan.Bukannya tidak mau mengantarkan Naina ke apartemennya Brillian, tapi kondisi Naina sendiri
"Syarat? Apa syaratnya?" tanya Naina."Syaratnya mudah. Jika Syakilla sudah sadar dan sembuh, dia harus tinggal bersamaku, karena dia anakku," tegas Brillian.Refleks Naina melotot, "Kakak udah gila ya! Aku ibunya. Kau tega ingin memisahkan anak dari ibunya sendiri!""Tapi aku juga kandungnya, kalau nggak ada aku, Syakilla juga nggak ada di dunia kan?"Bukannya untuk segera bergegas pergi ke rumah sakit, tapi mereka saling berdebat."Aku sudah bertaruh nyawa untuk melahirkannya, kau tidak berhak untuk memisahkanku dari anak kandungku sendiri," jawab Naina.Brillian tersenyum smirk menatap Naina yang nampak emosi."Itu kebodohanmu sendiri. Dari awal aku kan sudah bilang padamu, kalau aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan padamu, tapi kau malah pergi dari rumah, dan aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaanmu, tapi aku tidak bisa menemukanmu," jawab Brillian.Brillian mengingat bagaimana dia tersiksa karena kehilangan orang yang sangat dicintainya, ta
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain