Home / Romansa / Terjerat Cinta Kakak Angkat / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjerat Cinta Kakak Angkat : Chapter 11 - Chapter 20

128 Chapters

11. Sekeras Batu

"Tidak! Jangan lakukan, karena aku tidak mengizinkanmu untuk melakukan tes DNA dengan anakku," jawab Naina.Brilian memicingkan bola matanya menatap aneh gadis yang dicintainya itu tiba-tiba seperti ketakutan."Kenapa aku tidak boleh melakukan tes DNA dengan anakmu. Kurasa nggak ada masalah kalau kita melakukan tes DNA. Ya biar tahu aja dia itu sebenarnya anaknya siapa," jawab Brillian."Sekali enggak, tetap enggak!Jangan pernah coba untuk melakukan tes DNA dengan anakku. Jangan punya pikiran kalau ini adalah anakmu, kau bukan siapa-siapanya. Kalau kau memang sayang sama dia, anggap saja dia sebagai keponakanmu, jangan berlebihan!"Semakin aneh sikap Naina yang membuat Brilian bertambah curiga. Iya sangat yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Naina. Padahal ia hanya ingin tahu saja kebenarannya, tapi Naina selalu menolak untuk diajaknya melakukan tes DNA."Kenapa sih, Kau egois banget. Aku hanya ingin tahu saja kebenarannya. Apa aku salah jika aku ..."Dengan cepat Naina memotong
Read more

12. Jangan Buat Aku Malu

Di kantor, seharian Brillian nampak marah-marah. Ia marah pada orang tuanya dan juga pada Naina.Orang tuanya terlalu terburu-buru untuk menjodohkannya dengan Tarisa, gadis yang tidak disukainya. Sedangkan Naina, gadis yang dicintainya sangat keras kepala, dan tidak mau mengerti apa yang dirasakannya."Semua menyebalkan! Menyebalkan ... !!"Ia melemparkan berkas-berkas penting yang ada di meja kerjanya. Di satu sisi ia senang Naina sudah kembali padanya. Di sisi lain ia juga kesal, karena Naina mengacuhkannya. Bertambah pusing kepalanya memikirkan dua wanita yang mengacaukan hidupnya.Irma, sekretaris dari Brilian terkejut mendapati Brilian yang tiba-tiba mengamuk. Ia juga lupa tidak mengetuk pintunya dan langsung masuk begitu saja karena ada hal penting yang ingin disampaikannya."Permisi Pak. Bapak baik-baik saja?" tanya Irma mendadak menciut ketakutan saat melihat kilatan mata merah Brilian diselimuti oleh emosi yang tinggi."Ada apa?! Kau punya sopan santun kan? Kalau masuk ke tem
Read more

13. Tapi Dia Bukan Anakmu

Malam telah tiba. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan. Naina tampak diam dengan menyiapkan makan malamnya hari itu ia membantu bibi memasak di dapur Heni sangat senang karena Ini pertama kalinya ia menikmati makanan buatan Naina."Papa coba lihat Pa, anak kita ternyata pulang-pulang bisa masak. Nggak nyangka Mama. Siapa yang sudah mengajari Naina masak di luar. Bahkan dulu dia sangat malas kalau disuruh bantuin di dapur. Tapi setelah empat tahun pergi, pulang-pulang dia sudah bisa memasak. Ini semua masakan buatan Naina loh, pa."Heni sangat antusias melihat Naina begitu cekatan memasak di dapur. Bahkan Bibi saja sampai kalah menyiapkan bahan-bahan makanannya.Naina juga sangat pandai membuat makanan yang belum pernah dimasak di rumahnya. Mungkin Naina di luar belajar memasak pada chef terkenal, atau ada orang yang memang bisa mengajarinya memasak."Wah! Sekarang kita bisa merasakan makanan buatan anak kita sendiri dong, Ma. Papa benar-benar bangga punya anak perempuan yan
Read more

14. Aku Hanya Ingin Naina

Syakilla mulai berani berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Termasuk Oma dan juga opanya. Bahkan karena Syakilla sudah tidak takut lagi pada mereka, Naina sering menitipkannya pada orang tuanya dan ditinggalkan keluar, jika ada keperluan mendadak."Ma ...! Mama ada acara di luar nggak, hari ini?" tanya Naina yang baru mendapatkan telepon dari Shinta, keponakan dari Heni."Hari ini Mama nggak lagi ada acara. Memangnya kenapa Na?" tanya Heni yang tidak tahu menahu apa yang dipikirkan oleh Naina.Naina tersenyum senang mendapatkan penjelasan dari Mamanya, itu berarti ia bisa jalan bersama dengan Shinta dan menitipkan Syakilla di rumah bersama dengan orang tuanya."Ma. Tadi Shinta menelponku. Dia memintaku untuk menemaninya belanja. Mama keberatan nggak? Kalau aku menitipkan Syakhilla pada Mama. Nanti kalau dia ikut belanja, pasti bakalan nggak tenang, ngajakin pulang mulu sebelum selesai belanja," celetuk Naina.Sebagai orang tua, Heni juga tidak tega membiarkan Naina membawa an
Read more

15. Khawatir

"Niatku hanya ingin menikah dengan Naina Ma! Bukan orang lain!"Seketika Heni memelototinya. "Jaga ucapanmu Lian! Sudah gila kau!"Heni tak henti mengomel. Brillian yang sudah kecapekan, ia langsung ngacir dengan menggendong Syakhilla meninggalkan Heni."Dasar anak keras kepala!" Heni menatap punggung Brillian yang mulai menghilang dibalik pintu."Mommy! Mommyku mana?" Teringat dengan Naina, Syakhilla pun kembali menangis.Saat ini Brillian menghiburnya dengan mengajaknya ke tempat hewan peliharaannya. Ada beberapa hewan yang dimilikinya untuk mengurangi rasa stress yang berlebihan. Brillian menyediakan tempat tinggal buat hewan kesayangannya itu di kediamannya. Ada Rusa, macan, dan masih lumayan banyak lagi, binatang yang dibelinya dari luar negeri."Sayang, Killa kangen sama Mommy?" tanya Brillian mengusap surainya. "Tunggu sebentar ya? Sebenar lagi mommy pasti segera pulang. Killa di sini sama Daddy dulu, okey." Brillian menatap kasihan pada Killa. Entah apa yang membuatnya sang
Read more

16. Aku Tidak Percaya Padamu

"Killa ...!" Mendapati Brilian keluar dari Indomaret dengan membawa sekeresek makanan ringan, Naina langsung berlari menghampirinya.Brillian menaikkan satu alisnya menatap Naina dengan memasang wajah juteknya. "Ngapain kamu ke sini. Sono keluar aja! Temani itu Shinta. Jangan pedulikan Syakhilla. Dia aman bersamaku," cibirnya kesal dengan berjalan tanpa mempedulikan keberadaan Naina.Syakilla tenang digendong oleh Brillian. Apalagi dia mendapatkan banyak makanan yang disukainya."Maaf. Tapi kak Shinta meminta tolong padaku buat menemaninya. Lain kali aku janji akan membawa Killa bersamaku," jawabnya tanpa berfikir ia sudah bersalah."Apa kau bilang! Kau akan membawa Syakilla bersamamu? Tidak! Jangan harap. Kalau kau mau ngelayap, silakan pergi sendiri. Biarkan Syakilla di rumah dengan Mama, atau aku akan membawanya ke kantor," sahut Brilian dengan cepat.Naina tercengang mendapatkan jawaban dari Brilian. Begitu pedulinya pria itu pada Syakilla. Ia mengerjabkan matanya berpikir tidak
Read more

17. Dia Bukan Daddy Kamu

Brillian diam-diam memantau tumbuh kembang Syakhilla. Ia sering membelikan mainan, makanan ringan kesukaan bayi. Walaupun Naina melarangnya untuk mendekati Syakhilla, tapi ia keukeh dengan pendiriannya. Ia tetap mendekati balita yang diyakini sebagai anak kandungnya."Nama kamu siapa?" Syakhilla bicara sendiri dengan kedua boneka Barbie yang dimilikinya.Ia senang bermain boneka yang dibelikan oleh Brillian. Saat pulang dari kantor, Brillian tidak sengaja melihat Syakilla tengah bermain sendirian."Namaku Ana," Syakilla merasa nyaman bermain boneka hingga ia tidak menyadari keberadaan Brillian di depan pintu dengan mengamatinya."Namamu Ana, ya? Kamu anaknya siapa?" Syakilla memberi nama boneka Barbienya dengan sebutan Ana dan Caca."Aku anaknya Mama tapi aku nggak punya Papa."Seperti tertohok hati Brillian. Ia buru-buru masuk dan mendekapnya."Hey ... Anak Daddy tadi bilang gitu. Mana ada anak punya Mama nggak punya Papa. Semua anak punya Mama dan Papa, jadi nggak ada istilah anak h
Read more

18. Dasar Kepala Batu

Genap sebulan sudah Naina tinggal di rumah orang tua angkatnya. Ia juga mulai aktivitas baru. Syakilla sudah mulai masuk sekolah paud, semakin bertambah aktivitasnya mengantar jemput Syakhilla."Na! Kamu jangan tinggalkan anakmu di sekolah. Biarpun ada guru yang menjaganya, tapi mereka tidak serius mengawasi murid-muridnya. Mereka punya kesibukan sendiri yang tidak kita ketahui," tutur Heni dengan menyiapkan sarapan untuk keluarganya."Iya, Ma. Aku akan menunggunya di sekolah sampai pulang. Aku sendiri juga tidak tega meninggalkannya di sekolah. Dia kan masih terlalu kecil. Mana tega aku membiarkannya bersosialisasi di sekolah barunya tanpa pengawasan dari orang tuanya," jawab Naina.Brillian sebenarnya tidak suka Naina memasukkan sekolah Syakilla di sekolah yang biasa. Ia punya cita-cita ingin menyekolahkan Syakilla di tempat yang lebih aman. Tapi apalah daya, dia tidak punya hak apapun untuk menegaturnya."Yaudah ma. Kalau gitu aku berangkat dulu ya? Ini kan hari pertama Syakhilla m
Read more

19. Di mana Daddy-ku

"Brillian ...! Kita pulang bareng yuk?" Tarisa tiba-tiba nongol di ruang kerja Brillian dan membuatnya sangat terkejut.Brillian yang berpikir untuk pulang terlambat, ia putuskan untuk pulang lebih awal. Ia tersenyum smirk mendapatkan tawaran pulang bersama dengan Tarisa. 'Boleh juga pulang bareng dia. Dengan aku pura-pura dekat dengan Tarisa, siapa tahu aja ada macan betina yang bakalan kebakaran jenggot.'Mendapati Brillian yang diam tidak kunjung menjawabnya, membuatnya berdecak kesal. Tidak pernah sekalipun Brillian mengajaknya jalan-jalan di luar atau sekedar mengajaknya bersantai bersama. Brillian yang pekerja keras, membuatnya masih sabar dan memakluminya."Lian! Kok malah bengong sih. Kamu mau kan? Pulang bareng aku. Kebetulan aku mau datang ke rumahmu. Aku ingin bertemu dengan Mama mertua. Mobilku ada di bengkel, dan aku berencana ingin nebeng dirimu."Brillian memutar bola matanya. Ia sangat yakin kalau itu hanyalah alasan Tarisa saja menaruh mobilnya di bengkel, karena ingi
Read more

20. Aku Kecewa Padamu

Menjelang makan malam, Hartanto dan keluarganya telah berkumpul bersama di ruang makan. Di sana juga masih ada Tarisa yang membantu Heni menyiapkan makan malam.Naina sendiri sibuk dengan anaknya yang masih menangis, ingin mencari keberadaan Ayahnya. Naina sendiri tidak punya keberanian untuk memberikan penjelasan pada orang tuanya yang tengah menegurnya."Na! Sebenarnya ada apa sih? Dari tadi Killa nangis terus. Dia itu minta apa?" tanya Heni, langsung memberikan pertolongan pada cucunya yang menangis sesenggukan."Nggak bada hal yang serius kok, Ma. Killa tadi nggak mau mandi," jawab Naina beralibi.Heni berdecak, sudah kebiasaan cucunya sangat sulit untuk diajak mandi. "Ck! Oma sampai heran sama kamu, Killa. Takut banget kalau dimandiin. Apa kamu ini anti air?"Heni langsung duduk memangkunya. Mencoba untuk menenangkan Syakhilla dengan memberinya ayam goreng.Sedangkan Naina sibuk melayani mengambilkan makanan buat Hartanto."Killa makan ayam goreng aja ya, biar kayak Upin Ipin," u
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status