Di kantor, seharian Brillian nampak marah-marah. Ia marah pada orang tuanya dan juga pada Naina.Orang tuanya terlalu terburu-buru untuk menjodohkannya dengan Tarisa, gadis yang tidak disukainya. Sedangkan Naina, gadis yang dicintainya sangat keras kepala, dan tidak mau mengerti apa yang dirasakannya."Semua menyebalkan! Menyebalkan ... !!"Ia melemparkan berkas-berkas penting yang ada di meja kerjanya. Di satu sisi ia senang Naina sudah kembali padanya. Di sisi lain ia juga kesal, karena Naina mengacuhkannya. Bertambah pusing kepalanya memikirkan dua wanita yang mengacaukan hidupnya.Irma, sekretaris dari Brilian terkejut mendapati Brilian yang tiba-tiba mengamuk. Ia juga lupa tidak mengetuk pintunya dan langsung masuk begitu saja karena ada hal penting yang ingin disampaikannya."Permisi Pak. Bapak baik-baik saja?" tanya Irma mendadak menciut ketakutan saat melihat kilatan mata merah Brilian diselimuti oleh emosi yang tinggi."Ada apa?! Kau punya sopan santun kan? Kalau masuk ke tem
Malam telah tiba. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan. Naina tampak diam dengan menyiapkan makan malamnya hari itu ia membantu bibi memasak di dapur Heni sangat senang karena Ini pertama kalinya ia menikmati makanan buatan Naina."Papa coba lihat Pa, anak kita ternyata pulang-pulang bisa masak. Nggak nyangka Mama. Siapa yang sudah mengajari Naina masak di luar. Bahkan dulu dia sangat malas kalau disuruh bantuin di dapur. Tapi setelah empat tahun pergi, pulang-pulang dia sudah bisa memasak. Ini semua masakan buatan Naina loh, pa."Heni sangat antusias melihat Naina begitu cekatan memasak di dapur. Bahkan Bibi saja sampai kalah menyiapkan bahan-bahan makanannya.Naina juga sangat pandai membuat makanan yang belum pernah dimasak di rumahnya. Mungkin Naina di luar belajar memasak pada chef terkenal, atau ada orang yang memang bisa mengajarinya memasak."Wah! Sekarang kita bisa merasakan makanan buatan anak kita sendiri dong, Ma. Papa benar-benar bangga punya anak perempuan yan
Syakilla mulai berani berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Termasuk Oma dan juga opanya. Bahkan karena Syakilla sudah tidak takut lagi pada mereka, Naina sering menitipkannya pada orang tuanya dan ditinggalkan keluar, jika ada keperluan mendadak."Ma ...! Mama ada acara di luar nggak, hari ini?" tanya Naina yang baru mendapatkan telepon dari Shinta, keponakan dari Heni."Hari ini Mama nggak lagi ada acara. Memangnya kenapa Na?" tanya Heni yang tidak tahu menahu apa yang dipikirkan oleh Naina.Naina tersenyum senang mendapatkan penjelasan dari Mamanya, itu berarti ia bisa jalan bersama dengan Shinta dan menitipkan Syakilla di rumah bersama dengan orang tuanya."Ma. Tadi Shinta menelponku. Dia memintaku untuk menemaninya belanja. Mama keberatan nggak? Kalau aku menitipkan Syakhilla pada Mama. Nanti kalau dia ikut belanja, pasti bakalan nggak tenang, ngajakin pulang mulu sebelum selesai belanja," celetuk Naina.Sebagai orang tua, Heni juga tidak tega membiarkan Naina membawa an
"Niatku hanya ingin menikah dengan Naina Ma! Bukan orang lain!"Seketika Heni memelototinya. "Jaga ucapanmu Lian! Sudah gila kau!"Heni tak henti mengomel. Brillian yang sudah kecapekan, ia langsung ngacir dengan menggendong Syakhilla meninggalkan Heni."Dasar anak keras kepala!" Heni menatap punggung Brillian yang mulai menghilang dibalik pintu."Mommy! Mommyku mana?" Teringat dengan Naina, Syakhilla pun kembali menangis.Saat ini Brillian menghiburnya dengan mengajaknya ke tempat hewan peliharaannya. Ada beberapa hewan yang dimilikinya untuk mengurangi rasa stress yang berlebihan. Brillian menyediakan tempat tinggal buat hewan kesayangannya itu di kediamannya. Ada Rusa, macan, dan masih lumayan banyak lagi, binatang yang dibelinya dari luar negeri."Sayang, Killa kangen sama Mommy?" tanya Brillian mengusap surainya. "Tunggu sebentar ya? Sebenar lagi mommy pasti segera pulang. Killa di sini sama Daddy dulu, okey." Brillian menatap kasihan pada Killa. Entah apa yang membuatnya sang
"Killa ...!" Mendapati Brilian keluar dari Indomaret dengan membawa sekeresek makanan ringan, Naina langsung berlari menghampirinya.Brillian menaikkan satu alisnya menatap Naina dengan memasang wajah juteknya. "Ngapain kamu ke sini. Sono keluar aja! Temani itu Shinta. Jangan pedulikan Syakhilla. Dia aman bersamaku," cibirnya kesal dengan berjalan tanpa mempedulikan keberadaan Naina.Syakilla tenang digendong oleh Brillian. Apalagi dia mendapatkan banyak makanan yang disukainya."Maaf. Tapi kak Shinta meminta tolong padaku buat menemaninya. Lain kali aku janji akan membawa Killa bersamaku," jawabnya tanpa berfikir ia sudah bersalah."Apa kau bilang! Kau akan membawa Syakilla bersamamu? Tidak! Jangan harap. Kalau kau mau ngelayap, silakan pergi sendiri. Biarkan Syakilla di rumah dengan Mama, atau aku akan membawanya ke kantor," sahut Brilian dengan cepat.Naina tercengang mendapatkan jawaban dari Brilian. Begitu pedulinya pria itu pada Syakilla. Ia mengerjabkan matanya berpikir tidak
Brillian diam-diam memantau tumbuh kembang Syakhilla. Ia sering membelikan mainan, makanan ringan kesukaan bayi. Walaupun Naina melarangnya untuk mendekati Syakhilla, tapi ia keukeh dengan pendiriannya. Ia tetap mendekati balita yang diyakini sebagai anak kandungnya."Nama kamu siapa?" Syakhilla bicara sendiri dengan kedua boneka Barbie yang dimilikinya.Ia senang bermain boneka yang dibelikan oleh Brillian. Saat pulang dari kantor, Brillian tidak sengaja melihat Syakilla tengah bermain sendirian."Namaku Ana," Syakilla merasa nyaman bermain boneka hingga ia tidak menyadari keberadaan Brillian di depan pintu dengan mengamatinya."Namamu Ana, ya? Kamu anaknya siapa?" Syakilla memberi nama boneka Barbienya dengan sebutan Ana dan Caca."Aku anaknya Mama tapi aku nggak punya Papa."Seperti tertohok hati Brillian. Ia buru-buru masuk dan mendekapnya."Hey ... Anak Daddy tadi bilang gitu. Mana ada anak punya Mama nggak punya Papa. Semua anak punya Mama dan Papa, jadi nggak ada istilah anak h
Genap sebulan sudah Naina tinggal di rumah orang tua angkatnya. Ia juga mulai aktivitas baru. Syakilla sudah mulai masuk sekolah paud, semakin bertambah aktivitasnya mengantar jemput Syakhilla."Na! Kamu jangan tinggalkan anakmu di sekolah. Biarpun ada guru yang menjaganya, tapi mereka tidak serius mengawasi murid-muridnya. Mereka punya kesibukan sendiri yang tidak kita ketahui," tutur Heni dengan menyiapkan sarapan untuk keluarganya."Iya, Ma. Aku akan menunggunya di sekolah sampai pulang. Aku sendiri juga tidak tega meninggalkannya di sekolah. Dia kan masih terlalu kecil. Mana tega aku membiarkannya bersosialisasi di sekolah barunya tanpa pengawasan dari orang tuanya," jawab Naina.Brillian sebenarnya tidak suka Naina memasukkan sekolah Syakilla di sekolah yang biasa. Ia punya cita-cita ingin menyekolahkan Syakilla di tempat yang lebih aman. Tapi apalah daya, dia tidak punya hak apapun untuk menegaturnya."Yaudah ma. Kalau gitu aku berangkat dulu ya? Ini kan hari pertama Syakhilla m
"Brillian ...! Kita pulang bareng yuk?" Tarisa tiba-tiba nongol di ruang kerja Brillian dan membuatnya sangat terkejut.Brillian yang berpikir untuk pulang terlambat, ia putuskan untuk pulang lebih awal. Ia tersenyum smirk mendapatkan tawaran pulang bersama dengan Tarisa. 'Boleh juga pulang bareng dia. Dengan aku pura-pura dekat dengan Tarisa, siapa tahu aja ada macan betina yang bakalan kebakaran jenggot.'Mendapati Brillian yang diam tidak kunjung menjawabnya, membuatnya berdecak kesal. Tidak pernah sekalipun Brillian mengajaknya jalan-jalan di luar atau sekedar mengajaknya bersantai bersama. Brillian yang pekerja keras, membuatnya masih sabar dan memakluminya."Lian! Kok malah bengong sih. Kamu mau kan? Pulang bareng aku. Kebetulan aku mau datang ke rumahmu. Aku ingin bertemu dengan Mama mertua. Mobilku ada di bengkel, dan aku berencana ingin nebeng dirimu."Brillian memutar bola matanya. Ia sangat yakin kalau itu hanyalah alasan Tarisa saja menaruh mobilnya di bengkel, karena ingi
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain