Menjelang makan malam, Hartanto dan keluarganya telah berkumpul bersama di ruang makan. Di sana juga masih ada Tarisa yang membantu Heni menyiapkan makan malam.Naina sendiri sibuk dengan anaknya yang masih menangis, ingin mencari keberadaan Ayahnya. Naina sendiri tidak punya keberanian untuk memberikan penjelasan pada orang tuanya yang tengah menegurnya."Na! Sebenarnya ada apa sih? Dari tadi Killa nangis terus. Dia itu minta apa?" tanya Heni, langsung memberikan pertolongan pada cucunya yang menangis sesenggukan."Nggak bada hal yang serius kok, Ma. Killa tadi nggak mau mandi," jawab Naina beralibi.Heni berdecak, sudah kebiasaan cucunya sangat sulit untuk diajak mandi. "Ck! Oma sampai heran sama kamu, Killa. Takut banget kalau dimandiin. Apa kamu ini anti air?"Heni langsung duduk memangkunya. Mencoba untuk menenangkan Syakhilla dengan memberinya ayam goreng.Sedangkan Naina sibuk melayani mengambilkan makanan buat Hartanto."Killa makan ayam goreng aja ya, biar kayak Upin Ipin," u
Brillian mengajak Syakhilla memasuki restoran yang tidak jauh dari rumahnya.Restoran cukup terkenal di tempat tinggalnya. Di sana ada beberapa menu yang disajikan, dan ia yakin, Syakhilla akan menyukainya."Maaf Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Dengan ramah penjaga resto mendekati Brilian dengan membawa buku menu."Oh! Iya mbak. Ini saya mau lihat daftar menunya dulu," jawab Brillian."Ini Pak, coba dilihat-lihat dulu. Barang kali ada yang disukai." Pelayan itu langsung menyodorkan buku menu pada Brillian. Brillian langsung membukanya.Chicken Cordon blue, sangat dikagumi oleh masyarakat setempat. Makanan berasal dari Jerman yang sudah mendunia sangat disukai oleh anak kecil, karena tekstur dagingnya lebih lembut."Killa makan sama ini aja, ya?" Brillian menunjukkan buku menu dan memilih chicken Cordon blue sebagai makanan yang tepat buat dikonsumsi oleh Syakhilla.Syakilla pun langsung mengangguk. Walaupun cuma gambar, Killa bisa mengerti, makanan yang ditunjukkan oleh Brillian itu
Tarisa mondar-mandir di teras depan rumah Brillian. Ia sudah cukup lama menunggu kedatangan Brilian yang tengah menenangkan Syakhilla. Ditambah lagi Naina yang sudah membuatnya kesal, ingin sekali ia memaki-makinya."Ini semua gara-gara perempuan itu. Dia sudah menghancurkan acara malamku bersama dengan Brilian dan orang tuanya. Kenapa perempuan itu mencurigakan sekali. Kalau memang dia adiknya Brilian dia akan bersikap baik padaku. Dia bahkan tidak bisa menghormati keberadaanku di sini."Heni merasa tidak enak hati pada calon menantunya, karena Brilian sudah meninggalkannya, dan membuat mood makannya hancur.Ia mendekati Tarisa dan mencoba untuk meminta maaf padanya."Tarisa, ayo masuk ke dalam. Kita tunggu Brillian di dalam," tutur Heni lembut.Tarisa menoleh dan langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak Tante. Aku akan menunggunya di sini. Tapi kalau boleh tahu ... Ke mana Brillian membawa keponakannya tadi?" tanya Tarisa mencoba untuk menjaga sikapnya di depan orang tua Brillian."
Tarisa menatap kecewa kebersamaan Brillian dengan Naina. Walaupun mereka nampak dingin dan tak saling bertegur sapa, tapi Tarisa bisa merasakan kecemburuan melihat keduanya."Brillian! Aku sudah lama menunggumu. Kau ke mana saja sih. Kau harus mengantarku pulang," omel Tarisa."Kenapa harus menungguku kalau ingin pulang kan masih ada Pak sopir yang bisa mengantarkanmu," jawab Brilian."Gila kau!" Tarisa memberikan umpatan kesel pada Brillian. Laki-laki itu benar-benar tidak pernah peduli padanya. Padahal Ia sudah terlanjur jatuh hati dan sangat berharap Brillian segera menikahnya."Tega kau ya! Aku selalu bersikap baik padamu dan berharap kau akan membalas perasaanku ini. Aku begitu mencintaimu dan aku ingin mendekatkan diri pada keluargamu tapi kau kau bahkan tidak pernah peduli dengan perasaanku kau jahat Brilian! Kau lebih mementingkan dia," tunjuknya pada Naina.Naina langsung melotot, "Hei! Jaga bicaramu!" Naina tidak terima dengan tuduhan Tarisa. Ia bahkan tidak memiliki niatan
Hampir tiga bulan Brillian meninggalkan rumah. Ia sangat jarang pulang, karena setiap pulang, dia langsung berdebat dengan Papanya.Dia hanya pulang saat merindukan Syakhilla saja."Ma! Kenapa Mama tidak mau minta kak Lian buat pulang ke sini. Kasihan juga Papa sekarang harus bekerja sendirian. Kak Lian tidak peduli pada kalian. Bahkan pekerjaan Papa terbengkalai karena ia tidak mau membantunya. Entah sekarang apa yang dilakukannya selama dia tinggal di luar."Selama pergi dari rumah Brilian juga sangat jarang pergi ke kantor. Bahkan Hartanto sampai sakit pun dia tidak peduli. Naina sering membantu Hartanto mengurus pekerjaannya di kantor sembari menemani anaknya yang tidak bisa ditinggalkan."Entahlah Naina. Mama sudah habis pikir dengan sikap berlian yang dingin. Dia selalu menganggap apa yang dipikirkannya itu selalu benar. Papa dibuat malu karena ia tega mengatakan hal yang buruk pada Tarisa. Orang tua Tarisa sangat marah pada Papa, dan meminta Brilian untuk datang ke rumahnya, t
Brillian menghabiskan waktunya hanya untuk menyibukkan dirinya bekerja. Ia sedikit meluangkan waktunya untuk menyenangkan diri dengan minum minuman keras bersama dengan teman-temannya.Sulit untuk bisa lepas dari bayangan Naina. Hatinya sudah mati untuk perempuan manapun. Hanya Naina lah yang ia inginkan. Kalaupun Naina bukan jodohnya, ia rela melajang seumur hidupnya."Lian! Tuh ada cewek bahenol. Kayaknya penghuni baru di tempat ini." Bryan, teman Brillian menunjukkan seorang gadis remaja seumuran dengan Naina Memasuki sebuah bar, di mana ia menghabiskan waktunya untuk minum.Brillian menoleh sedikit dengan menghisap rokok dan melepaskan asapnya ke udara."Kalau kau berminat, ya ambil saja," jawabnya santai.Brilian tidak bernafsu untuk bermain-main dengan wanita lain. Kalaupun ia ingin menuntaskan hasratnya, dia harus mendapatkan seseorang yang tepat, yang tak lain adalah adik angkatnya sendiri."Hei! Apa kau sudah tidak jantan lagi. Harus menahan sampai kapan kau menolak banyak
"Ini semua gara-gara kamu!"Tiba-tiba saja rambut Naina dijambak dari arah belakang oleh Tarisa.Naina yang tengah menunggu Syakhilla di sekolah paud, didatangi Tarisa tanpa tahu kehadirannya."Auh ...! Sakit! Lepas!"Kedua Naina tangan Naina berusaha melepaskan tangan Tarisa yang menjambak rambutnya dengan cukup keras.Ia yang kesulitan untuk bisa melepaskan cengkraman tangan Tarisa, langsung mencubitnya kecil tangan Tarisa agar bisa terlepas.Setelah bisa terlepas Naina membalikkan badan dengan tatapan melotot. "Kau ...! Apa yang sudah kau lakukan padaku! Berani sekali kau bersikap kasar padaku. Memangnya aku punya salah apa dengan dirimu? Kau tidak malu datang-datang ke sini untuk mencari masalah denganku. Kalau kau memiliki masalah dengan kakakku, sebaiknya kau urus aja sendiri, dan jangan melibatkanku!"Naina yakin kemarahan Tarisa itu ada hubungannya dengan Brilian. Brilian yang lebih peduli pada Syakilla dibandingkan dengan Tarisa, membuat Tarisa cemburu, bahkan Tarisa menaruh
"Sial! Benar-benar sial! Awas saja, aku akan membalasmu!"Tarisa langsung melenggang pergi meninggalkan mereka. Tarisa benar-benar tidak punya sopan santun. Ia tanpa basa-basi langsung pergi dengan raut wajahnya penuh amarah.Kepergian Tarisa menyisakan kecemasan di wajah Naina. Naina takut Tarisa akan melakukan tindakan yang buruk pada keluarganya. Terlebihnya pada Anak dan juga orang tuanya."Ya Tuhan ... Lindungilah keluargaku. Aku takut dia akan melakukan hal yang tidak baik pada keluargaku. Aku tidak takut dia mengancamku, tapi kalau sampai menyakiti anakku atau bahkan orang tuaku bagaimana?"Naina membuang napasnya kasar dengan mata terpejam. Ia berharap Tarisa tidak benar-benar mengancamnya."Nyonya Naina! Kenapa diam saja. Apa yang anda pikirkan? Apakah anda takut sama ancamannya?" tanya Atika, salah satu dari ibu-ibu yang bersamanya.Naina mengangguk, "Iya, Bu. Saya hanya takut dia akan nekat. Kalau dia ingin balas dendam pada saya, masih bisa saya maklumi, tapi kalau pada o
Acara ulang tahun nampak begitu meriah. Hari ini adalah hari ulang tahun Syakilla yang ke lima. Semua keluarga berkumpul bersama di rumah Brilian.Aminah dan juga Bryan datang, mereka membawa kue ulang tahun khusus buat Syakilla."Syakilla, wah ...., cantiknya cucu nenek."Melihat penampilan cucunya yang nampak cantik alami, membuat Halimah menitikkan air matanya.'Ya ampun ..., cucuku cantik sekali. Mungkin Naina dulu waktu kecil seperti ini. Aku sudah terlambat datang, aku sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk anakku.'"Nenek ..., nenek udah datang? Nenek itu bawa apaan?" tanya Syakilla menoleh pada Bryan yang tengah membawa sesuatu di tangannya.Dia sangat penasaran, sampai-sampai dia berjinjit hendak melihatnya."Syakilla, lihatlah. Ini kue khusus buat kamu. Nenek sengaja bikin sendiri, dan rasanya enak sekali , pasti kamu akan menyukainya."Halimah yang semula ada di luar pintu kamar Naina, ia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ditemani oleh Bryan."Ayo tebak n
"Mom! Ambilkan kue buatanku. Aku akan tunjukkan pada Daddy sama Om Bryan. Mereka nggak percaya aku bisa bikin kue."Syakilla mengadu pada Naina yang masih sibuk di dapur."Tunggu sebentar, Mommy potong-potong dulu ya, biar mudah untuk dimakan," jawab Naina."Loh! Nggak usah dipotong. Biar gitu aja," bantah Syakilla.Naina mengerutkan keningnya. "Kau itu mau bagi kue sama Daddy, atau tunjukin doang?" tanya Naina."Tunjukkan saja. Kuenya nggak boleh dimakan."Halimah dan Warti terkekeh mendengar celotehan Syakila. Baru pertama kalinya ada orang berceloteh di rumahnya."Kau itu Killa, buat apa kuenya nggak dimakan, kan bisa mubazir. Lebih baik dimakan, biar tahu rasanya, bukan cuma dibuat pajangan," tegur Halimah."Tapi kan nenek, nanti kalau dimakan kuenya habis, aku kan juga harus kasih Oma sama Opa juga," bantah Syakilla dengan menggembungkan pipinya.Naina mengambilnya kue berukuran sedang itu dan meletakkan di mangkok plastik."Biar mommy yang bawa, entar kalau kamu yang bawa bisa j
"Dad! Aku tadi bantuin nenek bikinin kue buat Daddy. Daddy akan makan kue buatanku, kan?"Syakilla berbisik di telinga Brilian yang tengah bermain catur dengan Bryan di teras depan rumahnya.Brilian menoleh dengan menautkan kedua alisnya. "Memangnya kamu bisa bikin kue?" tanya Brillian, tak yakin Syakila bisa membuat kue. Gadis kecil berusia empat tahun itu begitu aktif dan pintar, namun ia masih meragukan anak kecil seusia itu bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa diduganya.Syakilla menyunggingkan bibirnya. "Apakah Daddy tengah meremehkanku? Aku akan buktikan kalau aku bisa bikin kue sendiri tanpa dibantu sama Nenek ataupun Mommy. Aku pintar dad, nanti kalau aku udah besar, aku pasti akan buat kue sendiri jika aku tengah berulang tahun, atau nanti pas ulang tahunku Daddy harus siapkan bahannya biar aku bikin dengan tanganku sendiri."Bryan terkekeh meledeknya. "Heh! Killa! Omonganmu itu kayak orang lagi mabuk, ngelantur. Mana mungkin anak kecil bisa bikin makanan, bikin kue itu s
"Nenek, aku mau bantuin nenek bikin kue."Syakilla mengambil loyang di rak buat mengadoni kue buatan Halimah.Halimah selama ini memang suka membuat kue. Banyak orang yang suka memesan kue padanya."Serius kamu mau bantuin nenek membuat kue? Memangnya Killa bisa membuat kue?" tanya Halimah.Syakilla menaruh adonan itu ke atas meja pantry dengan meraih kursi plastik untuk dipijaknya."Ya bisa dong!!"Nampak begitu Arogan anak Brilian. Ia menunjukkan kepandaiannya saat membantu omanya membuat kue di rumahnya."Nenek jangan suka meledekku, aku sangat suka membuat kue. Di Rumahku, aku sering buat kue dengan Oma. Oma juga buat kue suka gosong."Dengan selorohnya yang lucu mampu membuat Halimah melepas tawanya. "Kau itu, Killa! Bikin kue gosong aja dibanggain. Coba kalau bikin kue itu disertai dengan doa, biar jadinya bagus, nggak gosong," ledek Halimah.Warti tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Andai saja di rumah masih banyak itu ada anak kecil setiap hari pasti akan sangat seru, ada
"Apa kau pikir anakku itu jelmaan setan?! Kau itu orang tua tak berakhlak ya! Bisa-bisanya ngata-ngatain anakku seperti boneka Annabelle. Kau tau kan? Boneka Annabelle itu boneka setan. Aku nggak terima, ya? Enak saja ngata-ngatain anakku kayak gitu. Kau belum punya anak sih, jadi nggak pernah tau rasanya saat anaknya dikata-katain kayak gitu, menyebalkan."Bryan terbengong saat diomeli Brillian. Sedangkan Syakilla menjulurkan lidahnya meledek Bryan, karena dia berhasil mengadu pada orang tuanya."Rasain om, om dimarahin kan? Sama Daddy," ledek Syakilla dengan terkekeh."Oh! Jadi kamu ngadu sama dia!" Bryan menunjuk pada Brillian dengan cengiran kuda.Syakilla mengangguk. Iya Memangnya kenapa kalau aku mengadu, kan dia Daddy-ku," jawab Syakilla."Ck! Dasar kalian berdua!"Halimah langsung menghentikan perdebatan mereka berdua. "Sudah-sudah, nggak usah berisik! Ini juga masih pagi. Kalian ini sudah menjadi orang tua, seharusnya bersikaplah baik untuk menjadi contoh yang baik buat anak
"Daddy! Mommy! Om Bryan nakal. Masa aku dibilang kayak boneka Annabelle. Apakah aku sangat jelek seperti boneka Annabelle, sampai Om Bryan mengatakan itu padaku!"Syakilla berlari menuruni anak tangga dan langsung mengadu pada kedua orang tuanya, jika ia habis diledek seperti boneka Annabelle oleh Bryan.Mendengar pengaduan dari putrinya, Brillian langsung melotot. "Apa dia bilang? Kamu dikatain seperti boneka Annabelle? Kau tau Anabelle itu apa Killa?" tanya Brillian dengan menaikkan satu alisnya menatap wajah cantik putri kecilnya.Syakilla langsung menggeleng. "Belum tau, memangnya boneka Annabelle itu seperti apa sih, Dad?" Ia memang masih belum mengetahui Anabelle itu jenis boneka seperti apa. Selama hidupnya, ia belum pernah mendapati boneka Annabelle."Boneka Annabelle itu boneka hantu, boneka setan. Kamu udah dikatain om kamu mirip setan. Kurang ajar banget jadi orang tua, tidak tahu diri. Bisa-bisanya dia ngatain anakku seperti boneka setan! Awas aja dia. Aku tidak akan me
Seperti yang dikatakan oleh Halimah, Syakilla diminta untuk membangunkan Bryan yang masih belum keluar dari dalam kamarnya.Bryan sangat jarang bangun pagi di kala ia lagi weekend, kadang sampai seharian dia tidak mau keluar kamarnya, dan itu membuat Halimah gemas dengan sikapnya yang masih suka seperti anak kecil."Om ...! Bangun Om! Ini sudah siang!"Syakilla menggedor-gedor pintunya dengan tangan mungilnya yang tidak terlalu bertenaga, tidak terlalu menimbulkan suara, dan membuat Bryan tidak bisa mendengarnya dengan jelas."Om! Kenapa Om tidak menjawabku, apa Om masih hidup?"Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, membuat Syakilla berpikir kalau Bryan sudah meninggal di dalam kamarnya."Kenapa Om tidak menjawabku, apa jangan-jangan Om sudah meninggal, ya? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus bilang sama nenek."Tidak mendapati sahutan dari dalam, Syakilla mengira kalau Bryan sudah meregang nyawa.Syakilla memutuskan untuk memberitahu neneknya, ia berlari menuruni anak tangga dan me
"Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di sini juga. Oh ya ampun, aku sampai lupa tidak membawakan baju ganti buat Syakilla. Aku tadi buru-buru dan lupa nggak bawa baju ganti," gumam Naina dengan menepuk jidatnya."Ck! Kok bisa sih yang! Udah tiba di sini ada juga yang ketinggalan. Entar apalagi yang ketinggalan, jangan bilang kalau kamu juga nggak pakai celana dalam ledek Brillian.Naina langsung melayangkan tangannya memukul pundak Brillian. "Ngaco aja kalau ngomong! Ya mana mungkin aku nggak pakai celana dalam, kalau aku nggak pakai celana Kamu pastinya juga nggak mau jauh-jauh dari aku," seru Naina.Seketika Brilian melepaskan tawanya. "Ya jelas aku nggak mau jauh-jauh dari kamu. Menjauhkan diri dari sesuatu yang nikmat untuk disantap rasanya mustahil banget. Banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan sesuatu itu. Bahkan sebagian besar manusia sampai berebut dan nyawa yang dipertaruhkannya hanya demi segumpal daging yang bentuknya saja sangat unik."Naina memutar bola matanya. Ia
Liburan telah tiba, Syakilla minta diantarkan ke rumah neneknya. Brillian sendiri sudah berjanji akan mengantarkannya ke rumah mertuanya, namun dia mewanti-wanti agar Naina tidak menginap di rumah orang tuanya sendiri."Yee ... Pada akhirnya aku akan menginap di rumah Nenek."Syakilla nampak senang dan berharap bisa menginap di rumah neneknya."Menginap apaan, enggak ya! Nggak ada yang boleh menginap, kita berkunjung aja," sahut Brillian langsung memberikan teguran pada putrinya."Loh! Daddy ini gimana sih. Katanya boleh menginap?" tanya Syakilla nampak kecewa. "Siapa yang bilang! Daddy nggak bilang kalian boleh menginap. Daddy cuma bilang Syakilla boleh main ke rumah nenek, asal nggak menginap," balas Brillian.Syakilla memanyunkan bibirnya, dia sangat kecewa berat, ucapan Brillian tak sesuai dengan kenyataan."Katanya tadi malem boleh menginap, sekarang udah beda lagi. Gimana sih dad! Nggak jelas banget, bikin orang kecewa aja," bantahnya dengan bibir mengerucut, menggemaskan.Nain