Home / Pernikahan / Menikahi Suami Sahabatku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Menikahi Suami Sahabatku : Chapter 81 - Chapter 90

103 Chapters

Bingung Judul

[Don, Beston dan Alex sudah tertangkap, Tuan. Saat ini saya sedang membawa mereka ke markas. Kalau Steve masih dalam pengejaran Tuan Naresh dan Delon.] Sebuah pesan dari Zhask yang sontak mengundang senyuman di bibir Gavriel.Pria itu melangkah keluar ruangan, ia melihat Andreas dan Elana masih duduk di kursi tunggu. Gavriel tadi memang meminta dua Kakak Iparnya itu untuk datang, ia berniat menitipkan Azriya dan ketiga anaknya kepada mereka selama dirinya pergi."Kak, aku akan pergi ke markas. Zhask sudah berhasil menemukan Don, Beston dan Alex," ujarnya yang langsung mendapatkan anggukan dari Andreas."Yeah, pergilah. Biar aku yang akan menjaga Azriya dan keponakan-keponakanku.""Terima kasih, Kak. Maaf kalau harus merepotkan mu," ujar Gavriel dengan perasaan sungkan. Entah ini sudah yang ke berapa kalinya ia harus menitipkan ketiga anaknya kepada Andreas, pikir Gavriel."Tidak masalah, lagi pula kami tidak ada jadwal jaga malam," sahut Andreas."Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu,
Read more

Membalaskan Rasa Sakit

Gavriel berjalan masuk semakin dalam ke markas itu. Sayup-sayup telinganya mulai mendengar suara cambuk dan erangan terdengar bersahut-sahutan. Ujung bibirnya menyunggingkan seringai senyum mengerikan saat tangannya mulai menekan engsel pintu."Selamat datang, Tuan," sambut Zhask yang sontak menghentikan gerakan para pengawal menyiksa tiga orang itu.Gavriel hanya mengangguk, sorot matanya menghunus lurus pada tiga pria berbadan gempal tanpa busana dan hanya mengenakan celana dalam tersebut. Sangat mudah membedakan ketiganya, dimulai dari Don yang mempunyai potongan rambut paling rapi. Kemudian Beston si kepala plontos, lalu yang terakhir Alex sang pemilik rambut gondrong. Melihat sekali saja Gavriel langsung hafal."Kenapa berhenti? Lanjutkan saja penyiksaannya. Aku suka mendengar rintihan mereka," ucap Gavriel.Zhask langsung meminta para pengawal kembali mencambuk tiga orang itu. Tidak peduli kulit mereka sudah memerah bahkan mengeluarkan darah, para pengawal tetap menghantamkan ca
Read more

Pergi ke Makam Kartika

Gavriel pulang lebih dulu setelah meminta pengawalnya membereskan markas, pria itu langsung menuju rumah sakit untuk melihat kondisi istri dan ketiga anaknya."Sudah selesai?" tanya Andreas saat melihat adik iparnya sudah kembali."Sudah, Kak. Aku sudah membereskan tiga orang penyusup itu."Andreas mangut-mangut. "Kau sudah sarapan?" tanyanya lagi."Belum. Tapi nanti aku akan makan di kantin setelah melihat Azriya dan anak-anak.""Baiklah. Oh, iya, kata Dokter kondisi Adolf sudah membaik. Alat-alatnya akan dilepas dan ia sudah boleh istirahat di rumah."Gavriel mengulas senyum lebar, matanya berbinar senang mendengar kondisi putra bungsunya. "Benar, Kak?""Yeah. Keadaan Adolf yang paling ringan dari semuanya, jadi ia juga paling cepat untuk sembuh. Kau bisa menemuinya di ruangannya sekarang, tadi aku meninggalkannya karena harus piket pagi.""Baik, Kak. Terima kasih banyak karena sudah mau menjaga anak-anakku."Andreas mengangguk, setelahnya ia beranjak pergi meninggalkan Gavriel yang
Read more

Steve Berakhir

Gavriel meminta izin kepada Azriya untuk menemui Naresh di gedung apartemen, wanita itu langsung setuju apalagi saat suaminya mengatakan ia akan menyelesaikan urusan dengan Steve."Aku titip istri dan anakku padamu, Zhask. Jaga mereka selama aku pergi menyelesaikan urusan ini, segera laporkan kalau ada apa-apa," titahnya.Beberapa saat lalu ia menelepon Zhask untuk datang ke rumah sakit, beruntung pria itu sedang berada di restoran tidak jauh dari rumah sakit ini."Baik, Tuan.""Aku pergi dulu kalau begitu.""Iya, Tuan. Hati-hati dan selalu jaga keselamatan Anda," ucap Zhask yang langsung diangguki oleh Gavriel.Tanpa berlama-lama lagi, Gavriel langsung memacu mobilnya ke lokasi yang telah dikirimkan oleh Naresh. Dua puluh menit kemudian, mobil mewah itu sudah berhenti di parkiran gedung apartemen megah di tengah kota.Seorang pengawal meyambutnya, ia memperkenalkan diri sebagai orang suruhan Naresh yang akan mengantarnya naik ke atas. Gavriel menurut, ia mengekor di belakang pengawal
Read more

Bingung Judul

Gavriel sudah membuka mata, orang pertama yang ia lihat adalah istrinya. Bibir pucat itu mengulas senyum saat melihat Azriya menunduk sehingga tidak melihatnya yang sudah membuka mata, dengan perlahan Gavriel menggerakkan tangannya mengelus lembut pipi sang istri."Eh!" Azriya tersentak saat merasakan sentuhan itu, tetapi sejurus kemudian ia menggenggam tangan Gavriel dan meletakkan kembali ke ranjang. "Jangan diangkat, nanti nyeri kalau darahnya naik," ucapnya.Gavriel masih mempertahankan senyumnya. "Kamu barusan ngapain?""Aku berdoa supaya kamu cepat sadar, saking fokusnya aku merem jadi nggak lihat kalau kamu sudah bangun. Maaf, ya.""Kamu nggak bersalah, Baby. Aku malah berterimakasih karena kamu sudah mendoakan."Azriya mengangguk. "Tapi aku tetap minta maaf karena tadi pagi lupa nggak ingetin sarapan, jadinya kamu seperti ini. Sekarang masih perih nggak perutnya? Ada mual?""Sudah nggak perih, kalau mual masih kerasa sedikit. Tapi nggak papa, ini juga salahku sendiri karena te
Read more

Kedewasaan Adolf

Setelah Adolf menjelaskan alasan sang Daddy menyembunyikan kondisi Aurell dan Austin, Azriya langsung merasa tertampar. Ia yang dari kemarin terus mengeluh dan merasa paling terluka, ia yang dari kemarin merasa paling merana karena kehilangan calon anaknya, nyatanya masih ada dua anaknya yang mengalami luka lebih parah, tetapi lebih tegar dan tidak seheboh dirinya dalam mengekspresikan rasa sakit."Mom, kami tidak apa-apa, kok. Jangan sedih lagi, ya," ucap Austin."Kalau Mom sedih, kami juga ikut sedih," timpal Aurell.Lihatlah! Lagi-lagi anak-anak itu menjadi penyemangat untuk Azriya di tengah keterpurukannya. Wanita itu mengulas senyum saat melihat wajah sayu Aurell dan Austin."Mom memang sedih, Sayang. Mom menjadi orang terkahir yang tahu keadaan kalian, seharusnya Mom orang pertama yang tahu dan Mom bisa menjaga kalian saat itu. Tapi nyatanya kecelakaan itu juga membawa luka bagi, Mom. Makanya Mom merasa sangat terpukul melihat kondisi kalian, Sayang.""Setiap luka pasti ada obatn
Read more

Kepergian Adolf

Usai berbicara dengan Adolf, Naresh langsung menggandeng Gavriel keluar ruangan. Di luar Naresh mengatakan kalau dirinya akan membawa Adolf sekarang, pasalnya di usia enam tahun saja anak laki-laki itu sudah menunjukkan tanda kesiapan."Kenapa tidak menunggu dulu? Enam bulan lagi dia genap tujuh tahun, Naresh.""Putramu sudah siap, Gav. Kenapa harus menunggu lagi?""Lalu bagaimana dengan sekolahnya?""Dia akan tetap sekolah seperti Aurell dan Austin, hanya saja dia berangkat dari mansion ku, bukan mansion mu. Karena dia akan tinggal bersamaku."Deg! Gavriel terdiam. Ia masih berat melepaskan putra bungsunya, tetapi sayang sekali kalau kemampuan Adolf tidak diasah di tangan yang tepat."Bagaimana aku mengatakannya kepada Azriya dan dua anakku yang lain?""Aku yang akan bilang kepada mereka, karena aku yang akan membawa Adolf," sahut Naresh.Gavriel tampak menimbang-nimbang beberapa saat, hingga akhirnya pria itu mengangguk dan mengantar Naresh kembali masuk ke dalam ruang rawat anaknya
Read more

Terkuak Fakta Tentang Lauren

Adolf sampai di Mansion Mahendra dan langsung diantar Clara menuju kamar yang sudah disiapkan. Anak laki-laki itu menata barang-barangnya sementara Clara kembali ke depan menemui sang suami.Tidak lama kemudian Adolf sudah selesai, ia lantas bergabung dengan pasangan itu di ruang tamu. Di sana juga ada si cantik Vessia, anak itu asyik bermain boneka dan setiap pergerakannya tidak luput dari pengawasan Adolf."Setelah makan siang Uncle akan membawamu ke ruang bawah tanah. Kamu bisa melihat-lihat dulu bagaimana para pengawal mengeksekusi tawanan, baru besok kamu bisa latihan bersama Uncle," ucap Naresh."Iya, Uncle.""Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk bilang kepada kami, ya, Nak. Anggap lah kami sebagai orang tua kamu di sini, dan jangan pernah merasa segan," timpal Clara yang langsung membuat Adolf menarik pandangannya dari Naresh.Adolf mengangguk dengan seutas senyum tipis di bibirnya. "Iya, Aunty. Terima kasih," jawabnya.Clara mengulas senyum, ia suka dengan sikap santun dan d
Read more

Perasaan Adolf

Gavriel bangkit dari duduknya, pria itu menendang kuat tubuh tawanan di bawahnya hingga tubuh gempal itu terbalik telentang. Kemudian tanpa rasa kasihan, Gavriel menginjak kuat tepat pada ulu hati pria itu."Aaargh!" Ronald memekik dengan kedua bola mata membelalak lebar saat merasakan ngilu yang tiada tara."Ini balasan karena kalian sudah menggagalkan kerja kerasku di perusahaan selama ini! Sekaligus bayaran karena kalian mengabdi kepada Mommy dan menjaga Matthew! Padahal siapa yang memberikan gaji kepada kalian setiap bulan, hah?! Aku! Aku yang menggaji kalian meskipun kalian menandatangani kontrak dengan Mommy!"Gavriel kembali mengarahkan kakinya pada ulu hati pria yang sudah tidak berdaya itu, ia menekan kuat sepatunya hingga Ronald memuntahkan darah kental dari mulutnya.Bukannya iba, Gavriel malah merogoh saku celana dan mengambil pistol glock miliknya yang terselip di sana. Tanpa aba-aba, ia mengarahkan moncong pistol tepat pada kening Ronald dan lantas menarik pelatuknya."A
Read more

Sisi Lain Adolf ||

"Kenapa dimatikan teleponnya, Kak?" tanya Vessia saat tiba-tiba Adolf memutuskan sambungan telepon secara sepihak."Tidak apa-apa, Ve. Sebentar lagi 'kan kita makan siang, Kak Aurell dan Kak Austin juga mau makan siang. Nanti lagi kalau senggang kita video call," sahut Adolf seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celana.Vessia menganggukkan kepala. "Oh, begitu. Baiklah, Kak, kalau begitu ayo kita ke ruang makan." Gadis kecil itu langsung menggenggam jemari Adolf dengan tangan mungilnya."Yeah," jawab Adolf, singkat. Anak laki-laki itu langsung bangkit, ia dan Vessia berjalan beriringan menuju ruang makan dengan bergandengan tangan. Sampai di sana ternyata Naresh dan Clara sudah menunggu.Adolf membantu Vessia untuk duduk, Clara yang melihatnya hanya mampu mengulum senyum. Kalau biasanya Vessia akan manja kepadanya atau Naresh, sekarang gadis kecil itu bersikap manja kepada Adolf.•Usai makan siang, Naresh mengajak Adolf ke ruang bawah tanah. Keduanya disambut dengan suara cambuk ya
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status