Home / Pernikahan / Menikahi Suami Sahabatku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Menikahi Suami Sahabatku : Chapter 91 - Chapter 100

103 Chapters

[21++]

Naresh mengambil ponsel di atas nakas lalu mencari nomor Gavriel, menekan ikon hijau, dan tidak seberapa lama kemudian telepon tersambung."Halo, Naresh." Naresh mengulas senyum saat mendengar suara sahabatnya dari seberang telepon."Aku mengganggumu?" tanya Naresh."Tidak, sama sekali tidak mengganggu. Ada apa memangnya?"Naresh menarik napas dalam barang sejenak, setelah itu ia mulai menceritakan semua pembicaraannya tadi dengan Adolf. Tidak ada satupun hal terlewat, bahkan ia menceritakannya dengan detail."Adolf bilang seperti itu?" tanya Gavriel, di seberang sana pria itu sangat terkejut."Iya. Memangnya selama denganmu dia tidak pernah menunjukkan gelagat apa-apa.""Tidak, Naresh. Tapi dia kalau aku ajak ke markas untuk melihat penyiksaan terhadap tawanan, anak itu memang antusias. Dia selalu memperhatikan, tidak ada ketakutan di matanya saat melihat adegan kekerasan. Berbeda dengan Austin, dia juga pernah aku ajak ke markas untuk melihat penyiksaan, tapi langsung mual dan berak
Read more

Mau Pulang?

Hari ini Gavriel mengajak Azriya mengunjungi Lauren, hanya berdua saja lantaran kondisi anak-anaknya yang belum memungkinkan. Pagi-pagi sekali Azriya sudah siap, wanita itu membawakan bubur ayam favorit Mommy Mertuanya.Setelah selesai memasukkan semua masakan ke dalam kotak makan, pasangan itu masuk ke dalam mobil dan lekas menjalankannya menuju rumah sakit.Tidak seberapa lama kemudian, mobil mewah itu sudah berhenti di parkiran rumah sakit. Keduanya lantas turun dan masuk dengan berjalan beriringan."Itu Mommy, Gav!" pekik Azriya saat melihat Lauren sedang duduk sendirian di taman."Iya, ayo kita ke sana," sahut Gavriel.Tampak wanita paruh baya itu melamun sampai tidak menyadari kehadiran Gavriel dan Azriya. Sorot mata sayu itu menatap lurus ke depan.Kosong!Yeah, tidak ada apa-apa di hadapannya. Namun, Lauren betah melihatnya. Terkadang bibir keriput itu akan mengulas senyum, mencebik, atau bahkan bergetar hebat seperti hendak menangis."Mom?" sapa Azriya seraya menyentuh lembut
Read more

Menyukai Vessia

Gavriel dan Azriya menuju ruang Dokter sebelum pulang, mereka ingin menanyakan kondisi sang Mommy. Mungkin saja mereka melupakan sesuatu karena kesibukan kemarin, pikir pasangan itu."Kondisi pasien menunjukkan grafik perkembangan yang baik, Pak, Bu. Ibu Lauren sudah bisa mengingat nama perawat yang menjaganya setiap hari, tetapi Ibu Lauren jadi semakin sering diam dan melamun sendirian.""Ingatan Mommy kembali, Dok?" tanya Gavriel yang jelas saja terkejut."Saya belum bisa memastikan apakah sudah benar-benar pulih atau belum, tetapi Ibu Lauren sedikit-sedikit sudah mendapatkan kembali ingatannya. Mungkin masih dua puluh persen, Pak," jelas Dokter tersebut."Apa Mommy juga jadi sering memanggil nama Kak Silvana, Dok?" tanya Azriya.Dokter paruh baya itu menggelengkan kepala. "Tidak, Bu. Ibu Lauren tidak pernah menyebut nama itu lagi."Gavriel dan Azriya saling pandang, keduanya sama-sama larut dengan pikiran masing-masing. Sejurus kemudian pasangan itu memutuskan pulang, mereka merasa
Read more

Memancing Ingatan Lauren

Hari ini Gavriel kembali mengajak Azriya untuk mengunjungi Lauren, wanita cantik itu membawa album foto kenangan sang Mommy dulu, siapa tahu bisa mengembalikan ingatan wanita paruh baya itu."Hati-hati, Sayang," ucap Azriya seraya menggandeng lengan Austin untuk turun dari mobil.Yeah, pasangan itu memutuskan mengajak serta anak-anak mereka hari ini, berharap agar Lauren juga segera mengingat cucu-cucunya."Terima kasih, Mom," sahut Austin.Azriya mengangguk, setelahnya ia mendorong kursi roda putranya memasuki bangunan rumah sakit itu. Mereka sampai di taman, tetapi tidak menemukan keberadaan Lauren, sehingga Gavriel mengajak istri dan anaknya menuju kamar rawat Mommy-nya."Ibu Lauren baru saja minum obat, Pak. Jadi beliau tidak keluar ke taman seperti biasanya," jelas seorang perawat saat Gavriel menanyakan Mommy-nya."Oh, begitu. Jadi belum bisa ditemui, ya, Sus?""Sebenarnya bisa, Pak. Namun, hanya boleh di dalam ruangan saja, tidak boleh diajak keluar.""Iya, Sus. Kami akan menga
Read more

Cemburu kepada Adolf

Hari-hari berganti minggu, tanpa terasa sudah menginjak bulan dan ini tepat enam bulan pasca kecelakaan nahas itu. Dokter mengatakan hari ini Aurell dan Austin akan menjalani operasi pelepasan pen, tentu saja kabar itu membawa kebahagiaan untuk semua orang.Saat ini semua orang sedang duduk di kursi tunggu yang terletak di depan ruang operasi, ada keluarga Erlando dan keluarga Mahendra di sana. Tiga puluh menit kemudian...Pintu ruang operasi terbuka, Dokter keluar bersama perawat dengan mendorong dua brankar yang masing-masing berisi Aurell dan Austin, mereka dibawa ke ruang pemulihan dan seluruh keluarga turut mengikuti ke sana.•"Bagaimana keadaan anak-anak saya, Dok? Semuanya normal 'kan?" tanya Gavriel, saat ini dirinya sedang berada di dalam ruang Dokter setelah beberapa saat lalu Dokter memanggilnya."Syukurlah operasinya berjalan lancar, juga membawa hasil baik, Pak. Setelah ini Aurell dan Austin cukup menjalani latihan di rumah, dan datang ke rumah sakit untuk kontrol dua b
Read more

Bingung Judul

Keesokan harinya.Aurell dan Austin sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter, hari ini Adolf juga tinggal di Mansion Erlando selama satu hari, tentunya bersama si cantik Vessia."Di sini menyenangkan, ya. Banyak makanan," celetuk Vessia yang langsung mendapat senggolan dari Clara."Kenapa, Mah?" Vessia menoleh menatap Mamanya, sejurus kemudian gadis kecil itu menunduk saat melihat Mamamya mendelikkan mata.Azriya yang melihat interaksi ibu dan anak itu hanya mampu mengulas senyum. "Tidak apa-apa, Cla. Namanya juga anak kecil, toh kami menyiapkan ini juga untuk anak-anak," ujar wanita itu."Aku malu, Riy. Anakku seperti tidak pernah makan saja, padahal dia juga setiap hari makan jajan saat di rumah," sahut Clara dengan berbisik, supaya Vessia tidak mendengar dan tidak malu.Azriya terkikik geli. "Sudah, biarkan saja. Lebih baik kita ngopi-ngopi cantik, yuk, di halaman belakang."Clara mengangguk antusias, tetapi sebelum beranjak ia menyempatkan diri mengecup lembut pipi gembul putrinya.
Read more

Berharap Sembuh?

Gavriel memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalan raya dengan perasaan was-was dan pandangan mata ke mana-mana seakan bingung."Tenang, Sayang. Semua akan baik-baik saja," ucap Azriya seraya mengelus lembut lengan suaminya.Pria itu hanya mengangguk, ia tidak menyahut karena terlalu fokus dengan kemudinya. Sementara Austin yang duduk di kursi belakang hanya bisa diam karena takut salah bicara dan membuat Daddy-nya semakin pusing.Setelah menempuh perjalanan tidak terlalu lama, mobil mewah itu sudah berhenti di parkiran rumah sakit. Gavriel turun dan berlari masuk untuk menemui Dokter, sementara Azriya menggandeng tangan Austin dan berjalan cepat menyusul Gavriel.Azriya mendapati suaminya tengah berbincang serius dengan Dokter, tubuh atletis itu tiba-tiba lemas dan terduduk luruh ke kursi. Azriya segera menghampiri, khawatir dengan wajah suaminya yang sudah memucat."Ada apa, Dok?" tanya Azriya."Ibu Lauren mengingat kenangan masa lalunya, Bu. Setiap hari beliau melihat a
Read more

Kabar Mengejutkan

Hari-hari berlalu, setiap ada kesempatan selalu digunakkan Gavriel untuk mengunjungi Lauren. Pria itu mengajak sang Mommy berbincang, ia juga menceritakan banyak hal. Meskipun tidak ada jawaban dari wanita paruh baya itu, tetapi Gavriel tidak menyerah.Sampai akhirnya hari ini Lauren meminta ditemani berjemur di taman. Gavriel sangat bahagia, ia dengan semangat membantu Mommy-nya untuk turun dari ranjang dan naik kursi roda.Yeah! Terlalu banyak mendapatkan suntikan berefek pada kondisi Lauren yang semakin lemas, bahkan terkadang kakinya mati rasa. "Matahari pagi ini bagus banget, Mom. Udaranya juga segar," ucap Gavriel. "Mommy suka?" Pria itu kembali melontarkan pertanyaan.Lauren hanya mengangguk, bibirnya mengulas senyum memandang langit biru. Meskipun ia hanya menyebut nama Silvana dan Kartika, tetapi Lauren sama sekali tidak membenci Gavriel. Wanita paruh baya itu juga menurut saat beberapa kali Azriya menyuapinya.Ah, entahlah. Lauren tidak membenci, atau ingatannya belum puli
Read more

Surat dari Lauren

Gavriel ingin tidak percaya, tetapi Dokter sendiri yang mengatakannya. Pria itu akhirnya menuju rumah sakit dengan memacu mobilnya secepat mungkin, hingga tidak seberapa lama kemudian mobil mewah itu sudah berhenti di parkiran gedung rumah sakit.Ia turun dan lantas berlari memasuki rumah sakit dengan Azriya yang mengekor dari belakang, langkahnya menuju ke kamar rawat Lauren. Sampai di sana ia melihat kamar itu sudah penuh dikerubungi tim medis."Dokter!" pekiknya yang sontak membuat semua orang menoleh. "Kenapa bisa seperti ini? Saya tadi meninggalkan Mom, Mom masih baik-baik saja. Bahkan hari ini Mom mau keluar ke taman, bukankah itu suatu perkembangan bagus? Lalu kenapa sekarang bisa seperti ini?" tanyanya lagi."Pak, tolong dengarkan saya dulu." Dokter paruh baya itu menarik napas dalam, kemudian ia mulai berkata," saat suster mengantarkan makan siang untuk pasien, suster mendapati kalau pasien sedang tidur, Pak. Suster berusaha membangunkan, tetapi pasien sama sekali tidak meres
Read more

Menemukan Buku Diary

Gavriel luruh ke lantai saat Azriya melipat kembali surat tersebut. Dadanya sakit, seperti ada tangan tak kasat mata yang meremas jantungnya.Gavriel adalah seorang pria, ia sudah membunuh banyak musuh dengan tangannya. Menghadapi segala rintangan dan tantangan dalam hidup. Pahit manis kehidupan dan tipu daya musuh sudah pernah ia rasakan.Namun, kenapa sekarang ia menangis? Kenapa menjadi lemah?Oh, sungguh! Mau sejahat apapun Mommy-nya, Gavriel tetap tidak sanggup kalau harus kehilangan. Lauren adalah seluruh cintanya, baginya posisi wanita paruh baya itu setara dengan posisi Azriya di hatinya."Sayang?" Azriya mengambil posisi jongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan sang suami. "Jangan seperti ini, Mom pasti sedih melihat kamu begini," ucapnya lagi."Memangnya apa yang lebih sedih dari ini? Mom sudah mendapatkan ingatannya tiga bulan lalu, tapi Mom berlagak tidak ingat dan tidak mau bicara denganku. Hanya momen saat di taman tadi yang menjadi kebersamaan manis kita, Baby. Bagaimana
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status