Semua Bab Si Buta Dari Sungai Ular: Bab 431 - Bab 440

1284 Bab

429. Part 19

"Hua ha ha ha...!" Singo Barong tertawa terbahak-bahak. Dia bertolak pinggang dengan pongahnya. Sementara Si Buta dari Sungai Ular hanya memandangi tanpa berkedip. Di tangan kanannya masih tergenggam sebatang pedang yang buntung. Manggala melempar pedang itu, lalu dipungutnya pedang lain yang tergeletak dekat ujung kakinya. Sambil berteriak keras, Si Buta dari Sungai Ular itu mengibaskan pedangnya, tepat mengarah ke leher."Hiyaaat..!"Trak!"Ha ha ha ha...!"Buru-buru Manggala melompat mundur begitu mata pedang yang dipungutnya dari tanah telah patah jadi dua. Sedangkan kulit leher Singo Barong tidak tergores sedikit pun juga. Malah orang berewokan itu tertawa terbahak-bahak berkacak pinggang.“Gila! Ilmu apa yang digunakan?" dengus Manggala keheranan."Keluarkan semua kepandaianmu, bocah!" tantang Singo Barong pongah."Hmmm...," Manggala menggumam pelan. Dengan ujung jari kakinya, dijentik sebilah pedang, dan langsung ditangka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

430. Part 20

Sedangkan yang seorang lagi adalah si Macan Gadak. Manggala bisa mengenali mereka karena sudah bertemu beberapa kali. Si Buta dari Sungai Ular itu langsung bisa mengerti, kenapa Macan Gadak dan Gagak Codet bertarung. Manggala tahu kalau Macan Gadak adalah salah seorang kepercayaan Sura Antaka. Sedangkan Gagak Codet selalu berusaha menculik Dewi Mustika, dengan cara apa pun juga. Tapi....Manggala langsung mengalihkan pandangannya pada pertempuran di tempat lain. Dia bisa mengenali empat orang yang bertarung melawan keroyokan orang berseragam merah bergambar naga pada dadanya. Empat orang itu adalah para panglima dari Kerajaan Gelang Wesi. Tapi dimana Raden Arga Yuda...?Pertanyaan ini menyentakkan kesadaran Si Buta dari Sungai Ular itu. bergegas tubuhnya melompat turun, masuk ke dalam lingkungan markas Partai Naga Merah ini."Hup...!"Hanya sekali lesatan saja, Si Buta dari Sungai Ular itu sudah berada di pinggir jendela kamar Dewi Mustika. Pemuda berpaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

431. Part 21

Si Buta dari Sungai Ular saat ini benar-benar mencemaskan keselamatan Raden Arga Yuda dan Dewi Mustika. Prabu Nayadarma sudah memberikan titah untuk menjaga keselamatan dua orang itu. Menyadari sampai saat ini belum bisa mengetahui keadaan Raden Arga Yuda dan Dewi Mustika, Si Buta dari Sungai Ular itu langsung memperhebat serangan-serangannya. Gerakannya sungguh cepat luar biasa, sehingga sukar untuk diikuti oleh pandangan mata biasa.Sebentar saja tiga puluh orang pengeroyoknya sudah bergelimpangan tanpa nyawa lagi. Si Buta dari Sungai Ular langsung melompat menuju ke arah pertarungan empat orang panglima dengan orang-orang dari Partai Naga Merah itu. Namun pada saat itu, terlihat dua orang panglima terjungkal roboh, dan tubuhnya berlumuran darah."Mundur kalian....'" seru Manggala keras."Manggala...!" seru salah seorang panglima itu langsung saja melompat mundur, diikuti seorang lagi. Tapi orang-orang berseragam merah dengan gambar naga di bagian dada, tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-12
Baca selengkapnya

432. Part 22

Gagak Codet melepaskan capingnya yang menyampir di punggung. Dengan caping itu, dirinya juga dikenal sebagai Pendekar Caping Bambu. Pemuda itu memang pandai menyamarkan diri. Dan setiap kali menyamar, tidak ada yang dapat mengenali lagi. Sungguh sempurna samarannya. Pemuda itu melepaskan rambut palsu, dan juga tempelan-tempelan yang membuat wajahnya jadi buruk. Kini yang terlihat adalah seraut wajah tampan. Manggala sendiri sempat berdecak kagum, melihat penyamaran yang begitu sempurna.Kini baru dimengerti kalau tiga nama yang menjadi bahan pemikirannya selama ini hanya satu orang yang memilikinya."Bagus! Kalian sudah kumpul di sini. Dan itu berarti akan terbang ke neraka bersama sama!" dingin nada suara Sura Antaka."Hanya kau yang ke neraka. Sura Antaka!" dengus Raden Arga Yuda datar."Ha ha ha ha...! Kalian lihat ini!"Sura Antaka melompat. Langsung disambarnya sebuah obor yang terpancang tidak jauh darinya. Kemudian digeser kakinya mendekati
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

433. Part 23

"Keparat...!" geram Sura Antaka. Laki-laki setengah baya itu melemparkan pedangnya, kemudian mencabut sepasang tongkat pendek yang kedua ujungnya runcing. Tongkat itu berwarna merah menyala bagai terbakar. Sambil berteriak keras, Sura Antaka melompat menerjang Si Buta dari Sungai Ular.Pertarungan sengit pun tidak dapat dihindari lagi. Manggala dengan Tulang Ekor Naga Emasnya menyambut serangan dahsyat Sura Antaka.Sementara di tempat lain yang agak jauh, Raden Arga Yuda dan dua panglima dari Kerajaan Gelang Wesi memperhatikan tanpa berkedip. Mereka begitu terpesona, sehingga lupa terhadap Dewi Mustika yang masih terikat pada tonggak kayu.Jurus demi jurus berlalu cepat tanpa terasa. Namun pada saat memasuki jurus kesebelas, satu pukulan keras bertenaga dalam sangat sempurna dilepaskan Si Buta dari Sungai Ular. Sura Antaka berusaha membendung dengan mengibaskan satu tongkatnya. Dugaannya, Manggala akan menarik pulang pukulannya. Namun yang terjadi justru sangat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

434. IBLIS SESAT

REMBULAN sudah mengambang di permukaan air laut sebelah timur. Malam telah melingkari alam dalam kesunyian dan kegelapannya. Sebuah gunung berdiri angkuh di kejauhan, hanya merupakan bayangan belaka dalam kebisuan. Di sebuah hutan perawan yang berada berjarak ratusan tombak dari laut itu, terdengar suitan yang sangat nyaring, membedah kegelapan malam dan angin dingin yang melingkupi seantero tempat. Beberapa kejap kemudian sunyi menyiksa. Kejap lain, seperti dihentakkan oleh satu keterkejutan, mendadak terdengar beberapa suitan yang tak kalah kerasnya. Seolah mendapati sahutan, suitan yang pertama tadi, kembali berbunyi kencang. Hingga yang terdengar kemudian suara suitan dari berbagai tempat, bergantian dan seakan berlomba untuk bersuara lebih nyaring.Hutan yang ditumbuhi pepohonan tinggi itu seperti menjadi ajang suitan yang sangat keras. Di tempat tak jauh dari suara suitan yang terdengar berulang-ulang dan sahut menyahut, tatkala sinar rembulan berhasil menerobos jajaran
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

435. Part 2

"Dalam usia yang merambati tua, ternyata segala urusan masih membentang di depan mata. Mengapa mereka begitu menginginkan keberadaan kakak seperguruanku itu? Aku sendiri tak pernah berniat untuk memilikinya. Sejak Iblis Sesat mulai membelot dari golongan lurus, aku memang tak pernah lagi berjumpa dengannya. Tetapi sekarang, ketiga orang ini tentunya tak akan melepaskan diriku bila belum menjawab keinginan mereka. Kalaupun pertama kali bertemu dengan ketiganya, aku masih bisa menahan diri. Rasanya, sekarang ini aku memang harus menurunkan tangan," kata Mata Dewa dalam hati.Diam-diam orang tua ini menarik napas panjang. Lalu berkata tetap tanpa membuka kedua matanya. "Kalau aku tahu di mana Iblis Sesat berada, pasti aku akan mengatakannya. Hanya yang ku herankan, mengapa kalian tak mau mempercayai ku dan terus menerus memaksa aku untuk menjawab pertanyaan?""Kalau sudah tahu, mengapa kau tak berterus terang? Bukankah itu lebih baik daripada kau harus kami buru terus men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

436. Part 3

Trak!!Benturan tongkat dengan kapak itu cukup menimbulkan suara yang keras. Pemenggal Kepala mencelat ke belakang dengan tangan tergetar. Tubuhnya seperti melayang tak bisa dikuasai. Tiba-tiba dirasakan tubuhnya ditahan seseorang dari belakang hingga tidak menabrak pohon besar di belakangnya. Ketika dilihatnya kapak di tangannya, seketika sepasang mata Pemenggal Kepala yang agak tertutup caping kusam membeliak.Astaga! Kapak besarnya sempal di bagian tengah! Di seberang, Mata Dewa lagi-lagi mengalirkan tenaga dalamnya untuk menahan getaran pada tangan kanannya."Penabur Pasir lebih tinggi ilmunya dari Pemenggal Kepala. Kendati demikian, aku tak boleh lengah sedikit juga. Tetapi, mengapa kawan mereka yang seorang itu belum juga bergerak" Bila saja aku belum bersumpah untuk tidak membuka kedua mataku sebelum berjumpa dengannya, pasti aku bisa melihat siapa orang itu," kata Mata Dewa dalam hati.Penabur Pasir yang menahan tubuh Pemenggal Kepala tadi berkata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

437. Part 4

Si kakek menarik napas panjang. Lalu melanjutkan kata-katanya, "Sebaiknya, mayat si Pemenggal Kepala ku kuburkan saja. Biar bagaimanapun juga aku tak ingin mayat itu dimakan ular bangkai."Belum lagi si orang tua menjalankan maksudnya, mendadak saja dia jatuh terduduk. Tongkat di tangan kanannya dilepaskan dan dipegangnya dada yang terasa nyeri. Wajahnya berubah meringis menahan sakit, "Jahanam! Rupanya pukulan sakti Penabur Pasir sempat mengenai pula. Aku harus menghilangkan pengaruh panas yang akan menyiksaku ini."Kejap lain, si orang tua sudah duduk bersemadi. Sementara di kejauhan, terdengar suara kokok ayam hutan dan biasan mentari pagi yang mulai muncul. -o0o-"SETAN tua bangka keparat! Mau apa kau datang ke sini, hah! Mau coba-coba mengintip aku mandi?!" Bentakan itu terdengar sangat keras menerbangkan burung-burung yang sedang bercengkrama menyambut pagi. Menggugurkan dedaunan dari pohon yang tumbuh di sekitar sungai yang mengalirka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-14
Baca selengkapnya

438. Part 5

Sepeninggal Dewi Pedang, Manggala melompat ke bawah dengan ringannya."Kek! Kalau mau mengintip, kenapa yang kayak Guru? Apa matamu sudah tak bisa membedakan lagi yang montok atau tidak?" selorohnya lagi. Diam-diam Si Buta dari Sungai Ular tahu kalau lelaki berkuncir ekor kuda ini mencintai gurunya. Seperti diketahui, sejak muda Dewa Pemarah memang mencintai Dewi Pedang. Bahkan sampai usia lanjut sekarang ini pun dia masih mencintai si nenek. Kalaupun keduanya tak bisa bersatu, karena keduanya sama-sama keras kepala dan sama-sama tak mau mengalah.Si kakek mendelik pada Si Buta dari Sungai Ular. "Sontoloyo! Aku bukan orang iseng yang mau mengintip! Aku tidak tahu kalau nenek jelek itu sedang mandi!""Tetapi.... Kau sempat melihatnya kan, Kek?""Bocah kebluk pandai omong! Kalau saja tidak karena perintah Panembahan Agung dan Malaikat Gledek seperti yang engkau katakan, aku tidak akan mau berjalan bersama nenek ceriwis itu! Hei, Bocah Kebluk! Kau seharusnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4243444546
...
129
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status