Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 411 - Chapter 420

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 411 - Chapter 420

1284 Chapters

410. Part 21

Dalam kepulan debu, terlihat beberapa orang berkuda mendaki Bukit Menjangan ini. Tampak paling depan, Ki Kampar memacu cepat kudanya. Sekitar dua puluh orang mengikutinya dari belakang. Manggala bergegas melompat turun, dan mendarat ringan di depan Ki Kabul yang sudah berdiri memandanginya."Ada apa?" tanya Ki Kabul"Ki Kampar dan orang-orangnya tengah menuju ke sini," sahut Manggala menjelaskan."Celaka! Dia pasti akan menangkapmu, Manggala," kata Ki Kabul kontan pucat wajahnya."Tenang saja, Ki. Biar kutunggu mereka di sini," kata Manggala tenang."Tapi...."Belum sempat Ki Kabul melanjutkan kata katanya, dari balik pepohonan muncul Ki Kampar dan dua puluh orang muridnya. Laki laki setengah baya itu segera melompat turun dari punggung kudanya. Dua puluh orang muridnya pun ikut melompat turun dari kudanya masing-masing.Ki Kampar melangkah maju beberapa tindak, dan berhenti di depan Si Buta dari Sungai Ular dengan jarak sekitar lima
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

411. Part 22

Nini Ratih terbeliak matanya melihat batu kehidupan dan kematiannya berada di tangan pemuda berpakaian kulit ular itu. "Berikan benda itu padaku, Anak Muda. Kau akan bebas pergi ke mana saja yang kau suka," kata Nini Ratih."Sayang sekali, aku tidak bisa percaya begitu saja dengan kata-katamu," dingin suara Manggala."Aku berjanji! Kau bebas pergi ke mana saja, dan aku tidak akan mengganggumu selamanya," janji Nini Ratih."Ambillah kalau kau bisa."Merah padam wajah Nini Ratih. Kata-kata yang tenang dan bernada tantangan itu membuatnya berang. Tanpa berkata apa-apa lagi, wanita siluman itu langsung melompat menyerang. Manggala berkelit melompat ke samping. Namun sungguh di luar dugaan, tangan Nini Ratih dapat berputar, dan menyodok iganya."Ugh...!" Manggala mengeluh tertahan. Tubuh Si Buta dari Sungai Ular itu terdorong beberapa langkah ke belakang. Dan pada saat Nini Ratih kembali menyerang, Manggala sudah siap menyambut serangan itu. Dengan cepa
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

412. Rahasia Dewi Mustika

SORAK SORAI yang diselingi tepuk tangan dan mulut-mulut usil terdengar riuh dari orang yang memadati halaman besar sebuah bangunan batu menyerupai puri. Di tengah tengah lingkaran bergaris putih, terlihat dua orang bertubuh tinggi kekar dengan otot-otot bersembulan sedang berlaga. Tubuh mereka yang hanya mengenakan cawat dari kulit binatang, telah kotor oleh tanah berlumpur.Tampak pada bagian atas undakan bangunan puri itu, duduk seorang laki-laki berusia sekitar enam puluh tahun di atas kursi berukir. Dia dikawal empat orang bersenjata tombak dan pedang. Di sampingnya duduk seorang wanita muda yang wajahnya terlindung cadar tipis dari sutra. Dalam bayang-bayang cadar tipis itu, masih terlihat seraut wajah cantik yang memiliki mata bening bercahaya. Namun nampak jelas kalau wanita itu tidak menyenangi acara adu kekuatan. Dari sikapnya yang selalu gelisah, mencerminkan ketidaktahannya berlama-lama di situ.Sementara itu dua orang yang berlaga sudah mencapai puncaknya.
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

413. Part 2

"Modar! Hiyaaat...!" tiba-tiba Gagak Codet berteriak keras menggelegar.Dan seketika itu juga dikibaskan pedangnya cepat, mengarah ke dada Singo Barong. Namun laki-laki bertubuh tinggi besar penuh lumpur itu malah menurunkan tangannya, lalu membuka dadanya lebar-lebar. Tak pelak lagi, tebasan pedang Gagak Codet kontan menghantam dada Singo Barong. Namun yang terjadi sungguh mengejutkan!"Akh...!" Gagak Codet malah terpekik, dan langsung melompat mundur."Hua ha ha ha...!" Singo Barong tertawa terbahak-bahak."Setan...!" geram Gagak Codet sambil meringis. Semua jari-jari tangannya jadi terasa kaku berdenyut. Sungguh luar biasa sekali tubuh Singo Barong. Padahal tepat sekali pedang Gagak Codet membelah dadanya. Dan pemuda codet itu malah merasakan seperti menghantam sebongkah baja yang kuat sekali. Bahkan pedangnya sampai terpental balik, dan seluruh persendian tangannya bergetar nyeri.Semua orang yang memadati sekitar arena pertarungan itu bersorak
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

414. Part 3

"Kalau kalian ingin pesta, silakan. Biarkan aku sendirian di sini," sergah Putri Dewi Mustika seraya menoleh menatap kedua embannya."Ah! Tidak kok, Den Ayu.""Aku tidak apa-apa. Memang sebaiknya kalian ikut bersenang-senang. Pergilah kalian.""Tidak ah, Den Ayu. Wong tadi hanya becanda saja kok," kata wanita gemuk itu.Putri Dewi Mustika hanya tersenyum saja. Sungguh manis dan memikat sekali senyumnya itu. Kakinya melangkah gemulai mendekati pembaringan besar beralaskan kain sutra halus berwarna merah muda. Lembut sekali dia membaringkan tubuhnya. Bola matanya menerawang jauh ke langit-langit kamarnya. Sedangkan dua embannya hanya bersimpuh saja di lantai. Mereka tidak berbicara lagi.Sementara di luar sana, keramaian masih terus berlangsung. Semakin larut, suasana pesta itu semakin meriah. Para nayaga terus menabuh gamelan dengan irama yang semakin hangat, menambah kesemarakan suasana pesta. Tampak di dalam ruangan lain yang sangat besar dan inda
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

415. Part 4

"Macan Gadak! Perintahkan semuanya mundur!" perintah Sura Antaka."Baik Yang Mulia," sahut Macan Gadak.Sura Antaka melompat naik ke punggung kuda, lalu menggebahnya kencang menuju Utara, diikuti Pendeta Ajisaka dan Singo Barong. Sedangkan Macan Gadak bergegas menuruni bukit mempergunakan ilmu meringankan tubuh."Mundur...!" seru Macan Gadak keras. Suara teriakannya disertai pengerahan tenaga dalam yang tinggi.Seketika itu juga orang-orang berbaju merah bergambar seekor naga pada dadanya, berlompatan mundur. Sementara yang terlambat, langsung tewas terkena sambaran senjata para prajurit. Cepat sekali mereka bergerak, sebentar saja sudah lenyap ke dalam hutan. Seorang yang berpangkat panglima, memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk tidak mengejar.Macan Gadak mengumpulkan anak buahnya yang tersebar di lerang bukit sebelah Utara, kemudian sama-sama bergerak kembali ke daerah Utara, tempat mereka menetap. Sementara itu rombongan prajurit itu melanj
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

416. Part 5

"Di mana kau waktu itu?" tanya Pendeta Ajisaka lagi."Di balik pohon kenanga itu, Gusti," Belung menunjuk sebatang pohon kenanga yang tidak begitu jauh dari jendela ruangan ini. "Hamba waktu itu bersama dengan....""Ya, sudah. Kau cukup jelas memberi keterangan," potong Sura Antaka."Terima kasih, Gusti," ucap Belung seraya memberi hormat.“Paman, beri dia hadiah. Keterangannya sangat berharga sekali," kata Sura Antaka."Baik, Yang Mulia.""Oh, terima kasih.... Terima kasih, Gusti.""Ya, sudah. Pergi sana!"Pemuda kurus kerempeng itu berdiri, lalu membungkuk beberapa kali sebelum melangkah pergi. Pendeta Ajisaka memberinya sekantung uang sebelum pemuda perambah hutan itu pergi. Tentu saja Belung jadi berbinar matanya, dan langsung membungkuk beberapa kali memberi hormat sambil mengucapkan puluhan terima kasih. Pendeta Ajisaka mengantarkannya sampai ke pintu.-o0o-Sementara itu di tepi sebuah danau yang bera
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

417. Part 6

Pemuda itu menoleh menatap wanita cantik yang berlindung padanya. Dan belum lagi membuka mulut akan bertanya, dari jauh terdengar teriakan dua orang wanita. Yang satu gemuk, dan satunya lagi kurus kerempeng. Mereka berlari-lari sambil memanggil-manggil Dewi Mustika."Gusti..., Gusti Ayu...!""Oh! Itu kedua emban pengasuhku. Kau bisa tanyakan pada mereka, Kisanak." Ada pengharapan pada nada suara Dewi Mustika melihat kedua emban pengasuhnya berlari-lari menghampiri."Monyet buntung!" geram Gagak Codet kesal melihat dua orang emban itu sudah sadar dari pingsannya. Dan sebelum emban itu dekat, Gagak Codet sudah melompat hendak menerjang pemuda berpakaian kulit ular itu. Namun hanya sedikit saja mengegoskan tubuhnya, terjangan Gagak Codet luput dari sasaran. Pemuda berpakaian kulit ular itu melompat ke samping sambil mendorong tubuh Dewi Mustika, sehingga gadis itu terdorong jatuh. Untung kedua emban pengasuhnya sudah cepat menghampiri, sehingga cepat-cepat menolong
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

417. Part 7

"Gusti Ayu, siapa laki-laki ini?" tanya salah seorang menunjuk pada Manggala."Dia..., eh, dia...," Dewi Mustika tergagap."Hei, bangsat! Ke sini!" bentak orang yang bertanya tadi.Sedangkan Manggala hanya diam saja, meskipun jari telunjuk itu mengarah padanya. Si Buta dari Sungai Ular itu diam, pura-pura tidak dengar atau tidak tahu. Manggala memainkan perannya sebagai orang buta."O.... Kau tuli atau menantang, heh?!""Kisanak, kenapa datang-datang langsung marah? Apakah wanita ini milikmu?" agak ditekan nada suara Manggala."Keparat! Kau berani kurang ajar pada Gusti Ayu Mustika!" geram orang itu seraya mencabut goloknya.Tiga orang yang berada di belakangnya juga langsung mencabut golok. Mereka menggeser ke samping dengan golok melintang di depan dada. Sedangkan Manggala masih tetap diam, berdiri dengan tenang."Heran..., kenapa orang-orang di sini begitu galak? Apakah biasa makan daging mentah?" Manggala bergumam seperti b
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

418. Part 8

"Jika kau tidak mengundangnya, itu berarti tidak akan bisa bertemu lagi dengannya. Kau mengerti, Mustika?!""Mengerti, Ayah.""Kapan kau akan menemuinya lagi?" tanya Sura Antaka."Aku tidak tahu. Dia muncul tiba-tiba.""Hm..., kalau begitu pergilah besok ke danau. Paman Ajisaka akan mendampingimu."Dewi Mustika tidak bisa berkata apa-apa lagi. Keputusan ayahnya sukar untuk dicabut kembali. Gadis itu hanya bisa diam sambil menundukkan kepalanya. Sementara Sura Antaka bangkit berdiri dan melangkah keluar dari kamar putrinya ini. Seorang emban yang bertubuh gemuk, bergegas mendahului dan membukakan pintu. Tanpa melirik sedikit pun, Sura Antaka melangkah keluar. Emban bertubuh gemuk itu bergegas menutup kembali pintunya, dan menghampiri Dewi Mustika yang sudah terisak sesunggukkan."Sudahlah, Gusti Ayu. Mudah-mudahan saja Den Manggala tidak muncul besok," ujar emban gemuk itu mencoba menghibur."Tapi dia sendiri yang akan ke sini, Bi Emba
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more
PREV
1
...
4041424344
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status