Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 421 - Chapter 430

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 421 - Chapter 430

1284 Chapters

419. Part 9

Gadis itu langsung menggerinjang bangkit. Wajahnya seketika terasa panas, bersemu merah bagai kepiting rebus. Buru-buru dibalikkan tubuhnya, menyembunyikan rona merah yang menjalar hangat di seluruh wajahnya. Seolah-olah malu, dan tidak ingin kedua emban pengasuhnya itu tahu, apa yang baru dirasakannya tadi. -o0o- MATAHARI sudah berada di atas kepala. Sinarnya yang terik membakar kulit seorang pemuda yang berdiri tegak di tepi danau. Pandangannya tidak terlepas ke arah jalan tanah berbatu kerikil tidak jauh di depannya. Pemuda itu memakai pakaian kulit ular dengan sebatang tongkat di punggungnya."Hm..., datang juga akhirnya," gumam pemuda yang tidak lain dari Manggala si Si Buta dari Sungai Ular.Bibirnya yang tipis menyunggingkan senyum melihat kedatangan Dewi Mustika didampingi dua orang emban pengasuh dan seorang laki-laki tua berjubah kuning gading dan berkepala gundul. Laki-laki tua itu memegang sebuah untaian kalung dari
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

420. Part 10

"Awas serangan! Hiyaaa...!" seru Pendeta Ajisaka lantang."Hait...!"Manggala melentingkan tubuhnya ketika Pendeta Ajisaka melompat datar dan kakinya menyampok berputar mengarah ke bagian kaki. Pada saat Manggala berada di udara, tiba-tiba saja laki-laki tua gundul itu mengebutkan tasbih hitamnya. Kalau saja Si Buta dari Sungai Ular itu tidak memutar tubuhnya, tasbih itu bisa merobek perutnya."Hap!"Ringan sekali Manggala mendarat di belakang laki-laki tua gundul berjubah kuning gading itu. Dan secepat kilat dilayangkan satu Tendangan Geledek berputar. Pendeta Ajisaka tersentak kaget, buru-buru ditarik kakinya ke samping sambil didoyongkan tubuhnya ke depan. Tendangan Manggala luput dari sasaran. Pendeta Ajisaka langsung memutar tubuhnya sambil mengirimkan satu pukulan keras bertenaga dalam tinggi."Hih!"Manggala sengaja tidak menghindar. Bahkan dipapaknya pukulan itu dengan tangan kiri, disertai kemposan tenaga dalam yang sudah mencapai t
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

421. Part 11

"He! Siapa kau? Minggir...!" bentak Pendeta Aji saka."Kalian menuju arah yang salah. Orang yang kalian buru tidak ada lagi di sini," berat terdengar suara orang itu sambil tetap berdiri tegak tanpa bergeming sedikit pun."Aku peringatkan sekali lagi padamu, keparat Minggir...!" bentak Pendeta Ajisaka menggeram."Hmmm….Pakaianmu seperti seorang pendeta, tapi bicaramu tidak lebih dari bajingan!" gumam orang itu dingin."Setan alas! Hiyaaat...!"Pendeta Ajisaka tidak dapat lagi menahan amarahnya. Secepat kilat dia melompat dari punggung kudanya, langsung menerjang orang bercaping besar itu. Namun hanya sedikit mengegoskan tubuhnya, terjangan Pendeta Ajisaka luput dari sasaran. Bahkan tanpa diduga.sama sekali, orang bercaping itu mengibaskan tangannya. Akibatnya, kibasan itu telak menghantam punggung laki-laki tua gundul itu."Ughk..!" Pendeta Ajisaka mengeluh tertahan.Seketika itu juga Pendeta Ajisaka tersuruk jatuh mencium tana
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

422. Part 12

"Kau terkejut, Pendeta Ajisaka?" pemuda yang kini sudah berubah wajahnya itu tersenyum menyeringai."Siapa kau sebenarnya?" dengus Pendeta Ajisaka."Kau kenali ini, Pendeta murtad?" pemuda yang sudah berganti wajah yang dikenal bernama Gagak Codet, mengeluarkan seuntai kalung dari balik sabuk yang melilit pinggangnya.Kedua mata Pendeta Ajisaka membeliak lebar begitu melihat seuntai kalung berbentuk kepala naga dengan mata dari batu merah bercahaya. Kalung itu dibuat dari emas murni berhiaskan butiran intan berlian. Sambil tersenyum menyeringai, Gagak Codet menyimpan kembali kalung itu ke dalam sabuknya."Ha ha ha ha...." pemuda itu tertawa terbahak-bahak, lalu melangkah pergi dengan tenangnya.Sedangkan Pendeta Ajisaka jadi terbengong memandangi punggung pemuda itu. Sebentar wajahnya berubah memerah dan pucat pasi. Tentu saja dia kenal betul dengan untaian kalung berbentuk kepala naga mata merah itu. Bahkan tidak akan dilupakan seumur hidupnya. Da
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

423. Part 13

Dewi Mustika hanya tertunduk saja. Kegelisahan menyelimuti hatinya. Kepalanya masih tertunduk saat ayahnya melangkah menghampiri pintu. Laki-laki setengah baya itu menoleh sebelum melangkah keluar."Tutup jendelanya, Mustika. Aku tidak suka kau menyembunyikan orang di kamarmu," kata Sura Antaka."Baik, Ayah."Sura Antaka melangkah keluar. Dewi Mustika bergegas menutup pintunya, lalu menarik napas panjang seraya memejamkan matanya. Kemudian kakinya melangkah menuju jendela, lalu menutupnya. Gadis itu berbalik, melangkah menghampiri pembaringan. Sambil mendesah panjang, dibanting tubuhnya ke pembaringan. Sejak peristiwa di tepi danau, Sura Antaka melarang gadis itu keluar dari kamarnya kalau tidak disertai pengawalan ketat. Terlebih lagi kalau keluar dari bangunan bagai istana ini. Tidak kurang dari lima puluh orang ketat mengawalnya.Dewi Mustika semakin merasakan dirinya bagai hidup dalam sangkar emas berlumpur. Ke mana pun pergi, selalu ada pengawal memb
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

424. Part 14

"Sudah kuduga, Adi Sura. Bocah itu pasti bisa lolos," tegas Pendeta Ajisaka."Tidak mungkin! Pasti ada yang menolongnya. Lima belas tahun terkurung di sini, mustahil kalau dia masih hidup!" dengus Sura Antaka menggeram.Laki-laki setengah baya itu menatap Pendeta Ajisaka dalam-dalam, sedangkan yang ditatap malah membalas dengan tajam pula. Kemudian mereka mendongak ke atas, lalu hampir bersamaan melesat naik ke atas lubang itu. Sebentar saja mereka sudah berada di luar, tepat di luar pagar tembok yang membentengi bangunan besar bagai istana itu."Emban Bulem...!" desis Sura Antaka. "Hanya dia yang kuijinkan masuk ke sini.""Di mana dia?" tanya Pendeta Ajisaka."Di... Mustika..!"Sura Antaka langsung melompat melewati pagar tembok. Pendeta Ajisaka mengikuti dengan gerakan tangkas dan ringan. Sekejap saja kedua laki-laki itu sudah lenyap di balik dinding tembok yang mengelilingi rumah besar bagai istana itu."Mustika....' Mustika...!" t
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

425. Part 15

"Dengar, Mustika. Sebenarnya aku ini adalah adik kandung ibumu. Waktu Padepokan Naga Merah yang kini menjadi Partai Naga Merah hancur, aku menyamar jadi seorang pembantu. Untungnya Sura Antaka tidak kenal jati diriku, sehingga mengijinkan aku untuk mengasuhmu. Waktu itu usiamu baru satu tahun, Mustika. Dan kau punya kakak yang berusia lima tahun pada waktu itu. Laki-laki.... Ibumu dan kakakmu berhasil meloloskan diri, sedangkan ayahmu yang sebenarnya telah tewas di tangan Sura Antaka...," Emban Bulem mencoba menjelaskan."Sungguhkah itu, Bi?" tanya Dewi Mustika kurang percaya."Kau akan tahu nanti, Mustika. Aku hanya bisa menceritakan sedikit. Kau tahu, daerah ini masih termasuk wilayah Kerajaan Gelang Wesi. Gusti Prabu Nayadarma adalah pamanmu, kakak ayahmu. Mereka masing-masing punya pilihan sendiri. Gusti Nayadarma lebih senang pada hal-hal pemerintahan. Sedangkan ayahmu lebih suka menjadi pertapa, dan memimpin sebuah padepokan yang didirikan atas usahanya sendiri.
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

426. Part 16

Emban Bulem tersentak kaget begitu tiba tiba saja golok Singo Barong merobek selendangnya tepat pada bagian tengah hingga terpotong jadi dua bagian. Dan belum lagi hilang keterkejutan perempuan gemuk itu, Singo Barong sudah melompat bagaikan kilat. Goloknya dikibaskan cepat mengarah ke leher."Uts! Haiiit...!"Emban Bulem melompat mundur menghindari tebasan golok itu. Tapi belum juga kakinya menjejak tanah, tiba-tiba dari arah belakang, meluncur sebatang tombak panjang berwarna merah darah. Dan tombak itu langsung menembus punggung wanita gemuk itu hingga tembus ke dada."Aaaaa...!" Emban Bulem menjerit melengking tinggi."Mampus kau! Hiyaaat...!" Seketika itu juga Singo Barong mengebutkan goloknya disertai pengerahan tenaga dalam tinggi, langsung menebas leher Bibi Emban Bulem hingga buntung."Bibi...!" jerit Dewi Mustika.Tubuh gemuk itu jatuh berdebum ke tanah. Darah mengucur deras dari leher yang buntung, sedangkan kepala perempuan gemuk
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

427. Part 17

Gadis itu teringat akan semua cerita perempuan gemuk yang selama ini dikenalnya hanya sebagai emban pengasuh saja. Dan ternyata Bibi Bulem memang adalah bibinya sendiri, adik kandung ibunya. Sedangkan ibunya sendiri katanya sekarang berada di istana Kerajaan Gelang Wesi. Dewi Mustika masih belum percaya sepenuhnya. Tapi saat Manggala berkata tadi..., entah kenapa tiba-tiba saja dadanya jadi bergemuruh, dan jantungnya serasa lebih cepat berdetak. Dewi Mustika menatap bola mata putih pemuda itu dalam-dalam, seolah-olah ada yang dicarinya di sana."Jika Bibi Bulem sudah mengatakan semuanya padamu, rasanya tidak perlu lagi kukatakan padamu, Mustika. Semua yang dikatakannya adalah benar. Dan aku berada di sini untuk membantunya mengeluarkanmu, agar kau bisa berkumpul lagi bersama ibu dan kakakmu. Oh, ya. Kakakmu juga ada di sini, tapi sudah dua hari ini terpisah dariku. Entah berada di mana sekarang. Yang jelas dia bersama empat orang panglima," lanjut Manggala.Dewi Mustik
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

428. Part 18

MANGGALA tersentak kaget saat mendapati pondoknya sudah hangus menjadi abu. Dan belum lagi hilang rasa terkejutnya, tiba-tiba di sekelilingnya bermunculan sekitar lima belas orang berseragam merah bergambar naga pada bagian dadanya. Tampak Singo Barong berdiri tegak. Matanya merah membara, bagai api yang menghanguskan pondok kecil itu.Manggala memutar tubuhnya, memandangi orang-orang yang sudah mengepungnya sambil membawa tombak terhunus. Tatapan matanya langsung terpaku pada Singo Barong. Laki-laki inilah yang memenggal kepala Emban Bulem, dan yang juga berusaha membawa paksa Dewi Mustika kembali ke dalam sangkar emasnya yang penuh bergelimang noda lumpur."Ha ha ha ha...! Tidak semudah itu kau bisa membawa Dewi Mustika!" Singo Barong tertawa terbahak-bahak."Di mana Mustika?" dengus Manggala."Bersama ayahnya," sahut Singo Barong dingin. Singo Barong menjentikkan ujung jarinya. Dan seketika itu juga lima belas orang berseragam dengan tombak terhunus, l
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more
PREV
1
...
4142434445
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status