Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 401 - Chapter 410

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 401 - Chapter 410

1284 Chapters

400. Part 11

Prawata ingin mengatakan sesuatu yang tiba-tiba terlintas di benaknya. Tapi, sebelum bisa berkata, Nini Ratih sudah menyumpal bibir pemuda itu dengan bibirnya. Seketika Prawata gelagapan bagai tenggelam di kolam yang sangat dalam. Hampir saja napasnya putus kalau saja Nini Ratih tidak melepaskan pagutannya. Wanita cantik itu tersenyum dan melepaskan rangkulannya pada leher pemuda itu.Dia menggenggam tangan Prawata, dan menariknya. Prawata jadi lupa akan dirinya setelah mendapat pagutan wanita itu. Dituruti saja ke mana wanita itu menyeretnya. Dia tidak bisa berpikir banyak ketika tiba di taman nan indah. Di situ telah tersedia sebuah ranjang besar yang indah beralaskan kain sutra halus berwarna cerah.Jalan pikiran Prawata tertutup sudah. Kesadarannya hilang tanpa diketahui dan dirasakan. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, dituruti saja ketika Nini Ratih membawanya ke atas ranjang. Prawata pun tetap diam saat jari-jari tangan wanita itu melepaskan kancing bajunya, hing
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

401. Part 12

"Oh..., biarkan aku lewat. Aku hanya membawa kayu bakar, dan tidak punya apa apa untuk kau ambil," kata Ki Kabul bergetar suaranya."He...!" Manggala tersentak kaget. Si Buta dari Sungai Ular itu memandangi laki-laki tua yang tampak ketakutan. Sama sekali tidak dimengerti akan sikap laki-laki tua itu."Pak Tua, aku bukan perampok. Aku tidak akan menyakitimu," kata Manggala mencoba lembut."Kalau begitu, biarkan aku lewat""Tunggu dulu, Pak Tua," cegah Manggala seraya melompat ke hadapan laki-laki tua itu.Ki Kabul mengurungkan langkahnya. Tubuhnya masih gemetar dan seluruh wajahnya pucat pasi. Sebentar dipandangi wajah pemuda di depannya, wajah sedikit berubah saat menyadari kalau pemuda dihadapannya buta."Apa yang kau takutkan?" tanya Manggala lembut."Tidak! Aku harus pulang. Maaf...!" kata Ki Kabul bergegas melangkah."Tunggu dulu, Pak Tua." Manggala kembali menghadang.Ki Kabul kembali berhenti melangkah. Manggala m
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

402. Part 13

Saat itu, Manggala sudah melesat cepat meninggalkan tempat itu. Pikirannya langsung tertuju pada laki-laki tua yang ditemuinya di tepi sungai. Dia yakin kalau laki-laki tua itu baru dari Puncak Bukit Menjangan. Arahnya saja sudah bisa dipastikan, kalau habis dari puncak bukit itu.Si Buta dari Sungai Ular itu berlompatan cepat dan ringan. Dikerahkan ilmu meringankan tubuh yang sudah sampai pada taraf kesempurnaan. Begitu cepatnya, sehingga yang terlihat hanya bayangan berkelebatan. Manggala menyelinap dari satu rumah ke rumah lainnya. Yang dicarinya adalah tempat tinggal laki-laki tua yang ditemuinya di tepi sungai. Pembicaraan dua orang pemuda itu seperti memberinya peringatan."Hm...," Manggala bergumam dalam hati, begitu sampai pada sebuah rumah bilik yang kecil dan kumuh. Dari celah-celah yang terdapat di dinding, Si Buta dari Sungai Ular mengamati bagian dalam rumah itu. Bibirnya tersenyum begitu melihat laki-laki tua yang ditemuinya di tepi sungai, tengah duduk s
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

403. Part 14

"Hm..., jadi Nini Ratih pernah muncul sebelumnya?" Manggala ingin menegaskan."Benar! Itu terjadi lebih kurang tiga puluh tahun yang lalu. Ketika itu Ki Pancur belum menjabat sebagai kepala desa," sahut Ki Kabul.Manggala mengangguk-anggukkan kepalanya."Dulu Ki Pancur yang berhasil mengalahkan, dan membuangnya ke langit...," lanjut Ki Kabul."Oh...!" Manggala agak kaget juga mendengarnya."Ketika telah dibungkus dengan Batu Mustika Pelangi dan dilemparkan ke langit, dia sempat mengancam akan menghancurkan dan memusnahkan semua orang, tempat, dan desa Ki Pancur tinggal. Sekarang dia muncul lagi dan menepati ancamannya.""Apakah Batu Mustika itu seperti ini, Ki?" Manggala mengeluarkan sebongkah batu yang memancarkan cahaya kemilau bagai pelangi dari balik sabuknya.Ki Kabul ternganga melihat batu di tangan Si Buta dari Sungai Ular itu. Sebentar kemudian, ditatapnya wajah Manggala. Ki Kabul mendorong tangan Si Buta dari Sungai Ular itu
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

404. Part 15

“Sayang dia buta. Tapi tidak-apa, dia cukup gagah untuk menjadi pendampingku” batin Nini Ratih. "Siapa kau, Bocah Bagus?" lembut suara Nini Ratih."Manggala," sahut Manggala singkat."Kau gagah sekali, Bocah Bagus.""Terima kasih.""Hati-hati, Manggala. Jangan terpikat rayuannya," bisik Ki Kabul.Manggala hanya menoleh sedikit dan tersenyum. Sedangkan Nini Ratih mendelik kepada laki laki tua yang berlindung di belakang Si Buta dari Sungai Ular itu. Bisikan Ki Kabul begitu jelas terdengar. Dan laki-laki tua itu langsung mengkeret melihat Nini Ratih mendelik padanya."Nini Ratih! Apa maksudmu datang ke sini?" tanya Manggala tegas."Ah..., ternyata kau memang seorang pemuda gagah yang tegas dan jantan. Aku suka laki-laki sepertimu," kata Nini Ratih tanpa menjawab pertanyaan Manggala ."Maaf, Nini Ratih. Aku tidak ada waktu untuk bercengkerama!" dengus Manggala dingin."Luar biasa..., aku akan menunggu waktumu, B
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

405. Part 16

"Siapa kau, Anak Muda?" tanya Ki Kampar memandang penuh selidik."Namaku Manggala, aku seorang pengembara yang kebetulan lewat di sini," sahut Manggala."Hm, kau sudah membuat kerusuhan di desa ini, Anak Muda," kata Ki Kampar dingin. "Kau harus ikut aku.""Tunggu!" sentak Ki Kabul."Tenang, Ki. Ini urusanku," kata Manggala menenangkan laki-laki tua itu."Tidak! Kau datang untuk menyelamatkan nyawaku. Aku yang bertanggung jawab dengan kerusuhan ini!" tegas kata-kata Ki Kabul."Ki Kabul, bisa kau jelaskan?" pinta Ki Pancur bijaksana."Anak muda ini telah menyelamatkan nyawaku, Ki. Siang tadi aku tidak sengaja telah memasuki daerah terlarang di Puncak Bukit Menjangan. Akibatnya, tadi Nini Ratih datang untuk mencabut nyawaku. Untung saja pemuda ini telah menyelamatkanku dari cengkeramannya," Ki Kabul mencoba menjelaskan singkat."Bisa kupercaya kata-katamu, Ki Kabul?" Ki Kampar tidak percaya begitu saja."Aku berani sumpah!
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

406. Part 17

"Mampus kau! Hiyaaa...!""Uts!"Manggala merundukkan kepalanya sedikit ketika golok Ki Kampar menebas ke arah kepalanya. Tebasannya begitu cepat dan tiba-tiba, disertai pengerahan tenaga dalam penuh. Manggala merasakan angin tebasan itu demikian dahsyat, ketika lewat di atas kepalanya. Dengan cepat, Manggala menarik kakinya ke belakang. Dengan tubuh setengah membungkuk miring, Manggala kembali meraih tongkat pusakannya dan dikibaskan ke arah golok Ki Kampar yang sudah berada diudara kembali. Kali ini Manggala menambah tenaga dalamnya.Trang!"Akh!" Ki Kampar memekik tertahan. Laki-laki tua itu tidak bisa lagi mempertahankan goloknya yang kini terpental cukup jauh. Saat itu juga Ki Kampar menarik dan memegangi tangannya dengan bibir meringis. Jari-jari tangannya terasa kaku, dan tulang-tulangnya nyeri.Manggala kembali meletakkan tongkat pusakanya ke balik punggung.. Si Buta dari Sungai Ular itu berdiri tegak dengan tangan terlipat di depan dada. Se
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

407. Part 18

SEMENTARA ITU, di Puncak Bukit Menjangan, Prawata masih tetap terbaring tanpa daya di atas ranjang besar dan indah. Sudah beberapa hari ini dia menjadi tawanan Nini Ratih tanpa mampu berbuat apa-apa. Tubuhnya sudah tidak lagi terlihat tegap. Wajahnya pun pucat tanpa semangat hidup.Prawata hanya melirik saja ketika Nini Ratih datang menghampiri. Wanita cantik itu langsung naik ke atas pembaringan. Dipandanginya lekat-lekat wajah Prawata yang sudah tanpa gairah lagi. Nini Ratih menggerak-gerakkan ujung jarinya ke beberapa bagian tubuh pemuda itu.Sebentar saja, Prawata merasakan tubuhnya dapat digerakkan lagi. Tapi dia segera beringsut menjauh. Pemuda itu berusaha bangkit, tapi tubuhnya terasa lemah. Dia hanya mampu duduk lesu. Entah sudah berapa hari ini perutnya tidak terisi makanan. Sedangkan setiap saat harus melayani keinginan wanita itu. Seluruh daya yang dimilikinya benar-benar terkuras habis. Sudah beberapa kali Prawata terpaksa melayani dalam kesadaran penuh. N
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

408. Part 19

Kuda berwarna coklat kehitaman berlari cepat bagaikan terbang saja. Debu mengepul membumbung tinggi ke udara. Kuda itu meringkik keras setiap kali digebah agar berlari lebih cepat lagi. Kecepatan larinya tidak berkurang, meskipun sudah memasuki hutan di Lereng Bukit Menjangan."Hiya...! Hiya...!"Tiba-tiba kuda coklat kehitaman itu berhenti, lalu meringkik keras sambil mengangkat kaki depannya. Kuda itu terus bertingkah laku demikian. Ki Pancur jadi kewalahan juga. Dia melompat turun sebelum kuda itu melemparkannya. Sulit dimengerti, kenapa tiba-tiba kuda itu tidak bisa dikendalikan. Merasa bebannya sudah tidak ada, kuda itu berbalik dan langsung berlari cepat menuruni lereng bukit itu."Hey, kembali...!" teriak Ki Pancur.Namun kuda coklat kehitaman itu sudah jauh meninggalkannya. Ki Pancur tidak mengejar. Dia hanya berdiri memandangi sebentar, lalu membalikkan tubuhnya memandang ke arah Puncak Bukit Menjangan. Hatinya agak heran juga, karena kudanya jad
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

409. Part 20

"Ikh!" Nini Ratih memekik tertahan. Buru-buru tangannya ditarik kembali, sehingga tebasan pedang Ki Pancur mengenai angin. Wanita cantik itu cepat melentingkan tubuh ke atas sebelum Ki Pancur dapat menarik kembali pedangnya. Pada saat itu, Nini Ratih melontarkan satu tendangan keras ke arah kepala."Hap! Yaaa...!" Cepat sekali Ki Pancur mendoyongkan tubuhnya ke belakang sambil membabatkan pedangnya ke atas.Tentu saja Nini Ratih jadi terkesiap. Buru-buru diputar tubuhnya. Segera tubuhnya itu meluruk ke bawah setelah pedang laki-laki setengah baya itu lewat. Begitu kakinya menjejak tanah, dengan cepat Nini Ratih melontarkan pukulan keras ke arah dada lawannya. Ki Pancur yang tubuhnya masih dalam keadaan doyong ke belakang, tidak mungkin lagi berkelit. Dengan telak pukulan Nini Ratih bersarang di dadanya."Akh!" Ki Pancur memekik tertahan. Tubuh laki-laki setengah baya itu terpental ke belakang, dan dengan keras membentur pohon. Namun dia segera melompat dan menye
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status