Share

400. Part 11

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-06 01:02:00

Prawata ingin mengatakan sesuatu yang tiba-tiba terlintas di benaknya. Tapi, sebelum bisa berkata, Nini Ratih sudah menyumpal bibir pemuda itu dengan bibirnya. Seketika Prawata gelagapan bagai tenggelam di kolam yang sangat dalam. Hampir saja napasnya putus kalau saja Nini Ratih tidak melepaskan pagutannya. Wanita cantik itu tersenyum dan melepaskan rangkulannya pada leher pemuda itu.

Dia menggenggam tangan Prawata, dan menariknya. Prawata jadi lupa akan dirinya setelah mendapat pagutan wanita itu. Dituruti saja ke mana wanita itu menyeretnya. Dia tidak bisa berpikir banyak ketika tiba di taman nan indah. Di situ telah tersedia sebuah ranjang besar yang indah beralaskan kain sutra halus berwarna cerah.

Jalan pikiran Prawata tertutup sudah. Kesadarannya hilang tanpa diketahui dan dirasakan. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, dituruti saja ketika Nini Ratih membawanya ke atas ranjang. Prawata pun tetap diam saat jari-jari tangan wanita itu melepaskan kancing bajunya, hing

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   401. Part 12

    "Oh..., biarkan aku lewat. Aku hanya membawa kayu bakar, dan tidak punya apa apa untuk kau ambil," kata Ki Kabul bergetar suaranya."He...!" Manggala tersentak kaget. Si Buta dari Sungai Ular itu memandangi laki-laki tua yang tampak ketakutan. Sama sekali tidak dimengerti akan sikap laki-laki tua itu."Pak Tua, aku bukan perampok. Aku tidak akan menyakitimu," kata Manggala mencoba lembut."Kalau begitu, biarkan aku lewat""Tunggu dulu, Pak Tua," cegah Manggala seraya melompat ke hadapan laki-laki tua itu.Ki Kabul mengurungkan langkahnya. Tubuhnya masih gemetar dan seluruh wajahnya pucat pasi. Sebentar dipandangi wajah pemuda di depannya, wajah sedikit berubah saat menyadari kalau pemuda dihadapannya buta."Apa yang kau takutkan?" tanya Manggala lembut."Tidak! Aku harus pulang. Maaf...!" kata Ki Kabul bergegas melangkah."Tunggu dulu, Pak Tua." Manggala kembali menghadang.Ki Kabul kembali berhenti melangkah. Manggala m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Si Buta Dari Sungai Ular   402. Part 13

    Saat itu, Manggala sudah melesat cepat meninggalkan tempat itu. Pikirannya langsung tertuju pada laki-laki tua yang ditemuinya di tepi sungai. Dia yakin kalau laki-laki tua itu baru dari Puncak Bukit Menjangan. Arahnya saja sudah bisa dipastikan, kalau habis dari puncak bukit itu.Si Buta dari Sungai Ular itu berlompatan cepat dan ringan. Dikerahkan ilmu meringankan tubuh yang sudah sampai pada taraf kesempurnaan. Begitu cepatnya, sehingga yang terlihat hanya bayangan berkelebatan. Manggala menyelinap dari satu rumah ke rumah lainnya. Yang dicarinya adalah tempat tinggal laki-laki tua yang ditemuinya di tepi sungai. Pembicaraan dua orang pemuda itu seperti memberinya peringatan."Hm...," Manggala bergumam dalam hati, begitu sampai pada sebuah rumah bilik yang kecil dan kumuh. Dari celah-celah yang terdapat di dinding, Si Buta dari Sungai Ular mengamati bagian dalam rumah itu. Bibirnya tersenyum begitu melihat laki-laki tua yang ditemuinya di tepi sungai, tengah duduk s

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Si Buta Dari Sungai Ular   403. Part 14

    "Hm..., jadi Nini Ratih pernah muncul sebelumnya?" Manggala ingin menegaskan."Benar! Itu terjadi lebih kurang tiga puluh tahun yang lalu. Ketika itu Ki Pancur belum menjabat sebagai kepala desa," sahut Ki Kabul.Manggala mengangguk-anggukkan kepalanya."Dulu Ki Pancur yang berhasil mengalahkan, dan membuangnya ke langit...," lanjut Ki Kabul."Oh...!" Manggala agak kaget juga mendengarnya."Ketika telah dibungkus dengan Batu Mustika Pelangi dan dilemparkan ke langit, dia sempat mengancam akan menghancurkan dan memusnahkan semua orang, tempat, dan desa Ki Pancur tinggal. Sekarang dia muncul lagi dan menepati ancamannya.""Apakah Batu Mustika itu seperti ini, Ki?" Manggala mengeluarkan sebongkah batu yang memancarkan cahaya kemilau bagai pelangi dari balik sabuknya.Ki Kabul ternganga melihat batu di tangan Si Buta dari Sungai Ular itu. Sebentar kemudian, ditatapnya wajah Manggala. Ki Kabul mendorong tangan Si Buta dari Sungai Ular itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Si Buta Dari Sungai Ular   404. Part 15

    “Sayang dia buta. Tapi tidak-apa, dia cukup gagah untuk menjadi pendampingku” batin Nini Ratih. "Siapa kau, Bocah Bagus?" lembut suara Nini Ratih."Manggala," sahut Manggala singkat."Kau gagah sekali, Bocah Bagus.""Terima kasih.""Hati-hati, Manggala. Jangan terpikat rayuannya," bisik Ki Kabul.Manggala hanya menoleh sedikit dan tersenyum. Sedangkan Nini Ratih mendelik kepada laki laki tua yang berlindung di belakang Si Buta dari Sungai Ular itu. Bisikan Ki Kabul begitu jelas terdengar. Dan laki-laki tua itu langsung mengkeret melihat Nini Ratih mendelik padanya."Nini Ratih! Apa maksudmu datang ke sini?" tanya Manggala tegas."Ah..., ternyata kau memang seorang pemuda gagah yang tegas dan jantan. Aku suka laki-laki sepertimu," kata Nini Ratih tanpa menjawab pertanyaan Manggala ."Maaf, Nini Ratih. Aku tidak ada waktu untuk bercengkerama!" dengus Manggala dingin."Luar biasa..., aku akan menunggu waktumu, B

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   405. Part 16

    "Siapa kau, Anak Muda?" tanya Ki Kampar memandang penuh selidik."Namaku Manggala, aku seorang pengembara yang kebetulan lewat di sini," sahut Manggala."Hm, kau sudah membuat kerusuhan di desa ini, Anak Muda," kata Ki Kampar dingin. "Kau harus ikut aku.""Tunggu!" sentak Ki Kabul."Tenang, Ki. Ini urusanku," kata Manggala menenangkan laki-laki tua itu."Tidak! Kau datang untuk menyelamatkan nyawaku. Aku yang bertanggung jawab dengan kerusuhan ini!" tegas kata-kata Ki Kabul."Ki Kabul, bisa kau jelaskan?" pinta Ki Pancur bijaksana."Anak muda ini telah menyelamatkan nyawaku, Ki. Siang tadi aku tidak sengaja telah memasuki daerah terlarang di Puncak Bukit Menjangan. Akibatnya, tadi Nini Ratih datang untuk mencabut nyawaku. Untung saja pemuda ini telah menyelamatkanku dari cengkeramannya," Ki Kabul mencoba menjelaskan singkat."Bisa kupercaya kata-katamu, Ki Kabul?" Ki Kampar tidak percaya begitu saja."Aku berani sumpah!

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   406. Part 17

    "Mampus kau! Hiyaaa...!""Uts!"Manggala merundukkan kepalanya sedikit ketika golok Ki Kampar menebas ke arah kepalanya. Tebasannya begitu cepat dan tiba-tiba, disertai pengerahan tenaga dalam penuh. Manggala merasakan angin tebasan itu demikian dahsyat, ketika lewat di atas kepalanya. Dengan cepat, Manggala menarik kakinya ke belakang. Dengan tubuh setengah membungkuk miring, Manggala kembali meraih tongkat pusakannya dan dikibaskan ke arah golok Ki Kampar yang sudah berada diudara kembali. Kali ini Manggala menambah tenaga dalamnya.Trang!"Akh!" Ki Kampar memekik tertahan. Laki-laki tua itu tidak bisa lagi mempertahankan goloknya yang kini terpental cukup jauh. Saat itu juga Ki Kampar menarik dan memegangi tangannya dengan bibir meringis. Jari-jari tangannya terasa kaku, dan tulang-tulangnya nyeri.Manggala kembali meletakkan tongkat pusakanya ke balik punggung.. Si Buta dari Sungai Ular itu berdiri tegak dengan tangan terlipat di depan dada. Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   407. Part 18

    SEMENTARA ITU, di Puncak Bukit Menjangan, Prawata masih tetap terbaring tanpa daya di atas ranjang besar dan indah. Sudah beberapa hari ini dia menjadi tawanan Nini Ratih tanpa mampu berbuat apa-apa. Tubuhnya sudah tidak lagi terlihat tegap. Wajahnya pun pucat tanpa semangat hidup.Prawata hanya melirik saja ketika Nini Ratih datang menghampiri. Wanita cantik itu langsung naik ke atas pembaringan. Dipandanginya lekat-lekat wajah Prawata yang sudah tanpa gairah lagi. Nini Ratih menggerak-gerakkan ujung jarinya ke beberapa bagian tubuh pemuda itu.Sebentar saja, Prawata merasakan tubuhnya dapat digerakkan lagi. Tapi dia segera beringsut menjauh. Pemuda itu berusaha bangkit, tapi tubuhnya terasa lemah. Dia hanya mampu duduk lesu. Entah sudah berapa hari ini perutnya tidak terisi makanan. Sedangkan setiap saat harus melayani keinginan wanita itu. Seluruh daya yang dimilikinya benar-benar terkuras habis. Sudah beberapa kali Prawata terpaksa melayani dalam kesadaran penuh. N

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Si Buta Dari Sungai Ular   408. Part 19

    Kuda berwarna coklat kehitaman berlari cepat bagaikan terbang saja. Debu mengepul membumbung tinggi ke udara. Kuda itu meringkik keras setiap kali digebah agar berlari lebih cepat lagi. Kecepatan larinya tidak berkurang, meskipun sudah memasuki hutan di Lereng Bukit Menjangan."Hiya...! Hiya...!"Tiba-tiba kuda coklat kehitaman itu berhenti, lalu meringkik keras sambil mengangkat kaki depannya. Kuda itu terus bertingkah laku demikian. Ki Pancur jadi kewalahan juga. Dia melompat turun sebelum kuda itu melemparkannya. Sulit dimengerti, kenapa tiba-tiba kuda itu tidak bisa dikendalikan. Merasa bebannya sudah tidak ada, kuda itu berbalik dan langsung berlari cepat menuruni lereng bukit itu."Hey, kembali...!" teriak Ki Pancur.Namun kuda coklat kehitaman itu sudah jauh meninggalkannya. Ki Pancur tidak mengejar. Dia hanya berdiri memandangi sebentar, lalu membalikkan tubuhnya memandang ke arah Puncak Bukit Menjangan. Hatinya agak heran juga, karena kudanya jad

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

DMCA.com Protection Status