Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 381 - Chapter 390

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 381 - Chapter 390

1284 Chapters

380. Part 15

Sementara perempuan berbaju hijau yang mengenakan topeng pucat bagai mayat itu, melayangkan kakinya dengan keras ke arah perut.Buk!Resi Danuraga kontan terbungkuk, dan tongkat pendek dengan ujungnya terdapat pisau tipis itu berkelebat cepat ke arah leher.Seketika tubuh Resi Danuraga ambruk! Iblis Topeng Mayat kemudian mencabut potongan senjatanya yang menancap di dinding, dan menyatukannya kembali dengan yang dia pegang. Lalu tanpa membuang-buang waktu lagi, wanita berbaju hijau itu langsung melompat ke luar.“Hiya...!” Pada saat itu, di luar masih berlangsung pertempuran sengit antara empat orang murid Iblis Topeng Mayat, melawan seorang wanita tua yang mengenakan jubah hijau. Wanita itu adalah Nyai Resi Rara Kitri.Tampak di sekitar pertarungan itu, mayat-mayat bergelimpangan tidak tentu arah dan saling tumpang tindih. Bau anyir darah pun menyebar terbawa angin.“Mundur...!” seru Iblis Topeng Mayat.Seketi
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

381. Part 16

“Dengar, Narita. Sebentar lagi aku akan mati. Carilah Paman dan Bibimu yang lain. Beritahu semua kejadian di sini. dan.... Oh!” tubuh Resi Rara Kitri kembali mengejang.“Bi...! Bibi...!” Narita terus mengguncang-guncang tubuh wanita tua itu. Tapi Resi Rara Kitri sudah tidak bergerak lagi. Seketika Narita menjerit keras, dan memeluk tubuh yang sudah tidak bernyawa itu. Gadis itu tidak sanggup lagi membendung air matanya. Dia menangis meraung-raung.“Narita...,” Manggala menepuk pundak gadis itu, setelah cukup lama ia membiarkannya menumpahkan perasaan. Pelahan-lahan Narita menoleh, dan meletakkan tubuh bibinya dengan hati-hati. Kemudian dia segera bangkit, dan menatap pemuda gagah disampingnya. Gadis itu tidak peduli dengan air matanya yang merembes ke luar dengan deras.“Tidak perlu kau tangisi. Yang sudah pergi tidak mungkin kembali lagi,” kata Manggala pelan.“Semua ini karena salahku. Kalau saja aku
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

382. Part 17

“Di mana tempatnya, Den?” tanya salah seorang yang berjalan di belakangnya.“Menurut yang kudengar, tempatnya ada di seberang jurang itu,” sahut putra kepala desa itu, sambil menunjuk sebuah jurang yang tidak begitu besar. Mereka terus saja berjalan mendekati sebuah jurang yang menganga lebar bagaikan membelah Bukit Bojong. Kesebelas orang itu lalu berhenti tepat di bibir jurang. Tampak Paksi mengamati seberang jurang. Hanya dengan satu loncatan saja, pasti bisa menyeberangi jurang itu.“Barangkali salah, Den...” kata orang yang berada disamping putra kepala desa itu.“Tidak, aku yakin. Pasti ini tempatnya,” sahut Paksi.“Tapi, di seberang sana cuma ada hamparan batu batu saja. Rasanya tidak mungkin kalau Iblis Topeng Mayat mengambil tempat di sana. Terlalu mudah di jangkau, Den,” bantah orang itu lagi.“Hm...,” Paksi mengerutkan keningnya. Kata-kata orang itu memang benar. Tem
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

383. Part 18

Sementara itu di balik batu besar yang menjorok ke luar dari dinding tebing, Nyai Resi Puspita Rani menggeleng-gelengkan kepalanya, kagum melihat kecerdikan Paksi. Namun di balik rasa kagumnya, dia juga merasa heran. Tidak sembarang orang bisa mengetahui pagar pengaman yang dibuat oleh Pramurti, atau Iblis Topeng Mayat di daerah kekuasaannya.“Hm..., dari mana dia memperoleh semua itu?” gumam Nyai Resi Puspita Rani dalam hati.Saat itu, Paksi sudah melompat menyeberangi jurang yang tidak begitu besar itu. Tubuhnya melayang ringan, dan hanya sekali dia bersalto, sudah mencapai seberang. Pemuda itu kemudian berdiri tegak dengan tangan berada di pinggang. Sementara sepuluh orang yang berlindung, belum juga keluar dari tempat persembunyiannya. Sejenak Paksi memandang berkeliling. Namun sepanjang mata memandang, hanya kegelapan dan hamparan batu-batu saja yang terlihat.“Hm, menurut Eyang Resi Jagabaya, aku harus menemukan Goa Maut. Goa itu hanya be
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

384. Part 19

“Iblis!” desis Paksi menggeram.“Ha ha ha...!” Pramurti tertawa terbahak-bahak. “Kau bisa memaki sepuas hatimu, Bocah. Nyawamu akan selamat, jika ayahmu sanggup memenuhi semua permintaanku!”“Pengecut! Kau tidak berani menghadapi musuh-musuhmu sendiri, dan kau peralat kami!”“Ha ha ha...!” Pramurti hanya tertawa saja.“Pengecut! Iblis...! Kubunuh kau...!” maki Paksi habis-habisan.Tapi caci-maki pemuda itu hanya dibalas dengan tawa saja. Iblis Topeng Mayat kemudian berbalik, dan melangkah meninggalkan ruangan yang seluruh dindingnya terbuat dari batu itu. Sedangkan empat orang muridnya segera mengikuti dari belakang. Sementara Paksi terus berteriak-teriak memaki sepuas hatinya. Tampak satu sisi dinding batu itu bergerak menggeser ke samping, hingga seberkas cahaya terang menerobos masuk. Dan sesaat kemudian, dinding batu itu kembali bergerak menutup, setelah lima orang berpakai
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

385. Part 20

Sementara itu Manggala baru saja tiba di Puncak Bukit Bojong. Tampak dia berdiri tegak di tepi jurang yang tidak begitu dalam, dan tidak lebar. Telinganya yang tajam, langsung bisa mengetahui kalau di sekitarnya ada beberapa orang yang tengah mengawasi.“Keluarlah kalian, jangan bersembunyi seperti tikus!” seru Manggala keras.Sebentar setelah teriakan Manggala itu, dari balik batu dan pepohonan, keluarlah sepuluh orang yang datang ke puncak bukit itu bersama Paksi. Wajah-wajah mereka kelihatan ketakutan.“Siapa kalian?” tanya Manggala.“Kami..., kami bekerja untuk Kepala Desa Batang Hulu,” sahut salah seorang terbata-bata.“Kalian datang bersama Paksi?”“Benar.”“Di mana Paksi?”“Den Paksi sudah menyeberangi jurang, tapi dia hilang digulung angin.”Hm..., sebaiknya kalian cepat tinggalkan tempat ini.”Maka tanpa menunggu per
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

386. Part 21

Pelahan-lahan Si Buta dari Sungai Ular itu melangkah mendekati bibir jurang. Tatapan matanya tajam, menembus langsung keseberang jurang didepannya. Mungkin inilah saatnya dia mengukur tingkat kepandaiannya sendiri. Dia seorang pendekar yang amat disegani, baik oleh kawan maupun lawan. Tapi belum tahu, sampai di mana tingkat kepandaian yang dimilikinya.“Hiyaaa...!”Tiba-tiba saja Si Buta dari Sungai Ular itu melentingkan tubuhnya menyeberangi jurang itu. Nyai Resi Puspita Rani ingin mencegah, tapi terlambat. Manggala sudah berada di udara, melompati jurang yang membelah Puncak Bukit Bojong itu. -o0o-Hanya dengan satu kali salto di udara, Manggala mendarat di seberang jurang dengan manis sekali. Tapi begitu kakinya menapak tanah, beberapa puluh anak panah hitam meluncur deras ke arahnya. Seketika Si Buta dari Sungai Ular itu kembali melentingkan tubuhnya!“Hiya...! Hiya...!”Si Buta dari Sungai Ular itu
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

387. Part 22

Si Buta dari Sungai Ular itu segera menyalurkan Tenaga Inti Geledeknya ke dalam Tulang Ekor Naga Emas yang masih ada ditangan kanannya, dan menggenggamnya erat-erat. Lalu dengan mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, dia memutar tubuhnya dengan cepat.“Aaargh...!”Dari mulutnya terdengar suara raungan yang sangat dahsyat. Disusul kemudian dengan terdengarnya suara ledakan-ledakan keras, disertai gemuruh yang amat sangat. Seketika itu juga, Manggala merasakan tubuhnya bagai terhempas dengan keras. Dan dia meringis ketika sesuatu yang keras menghantam punggungnya. Si Buta dari Sungai Ular itu bergulingan, dan punggungnya membentur sebongkah batu cadas yang sangat besar, hingga batu itu hancur berkeping-keping.“Hup!”Manggala segera bangkit setelah menyadari dirinya kembali berpijak pada tanah. Sebentar dia memandang berkeliling. Hatinya agak tercekat, begitu menyadari bahwa sekelilingnya hanya berupa daerah berbatu dan berpas
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

388. Part 23

“Hiya...!”Manggala mengerahkan tenaga batinnya. Sebuah jurus ghaib yang diajarkan langsung oleh Raja Siluman Ular Putih digelar. Jurus Antaboga. Jurus yang sangat jrang dipergunakannya dalam pertarungan. Tapi kali ini dia terpaksa menggunakannya. Ilmu ini mempunyai kunci pada napas. Dengan menahan napas, timbulkan daya cipta, maka apa yang diciptakan dalam batin akan menjadi kenyataan.“Hiya...!”Dengan cepat Manggala melemparkan Tulang Ekor Naga Emasnya itu ke arah kaki Iblis Topeng Mayat. Namun wanita berbaju hijau itu hanya tertawa, dan bersikap meremehkan. Dia hanya melompat menghindari lontaran senjata tongkat itu, tanpa membalas menyerang. Namun saat tubuh wanita itu berada diudara, dengan cepat Si Buta dari Sungai Ular itu mengibaskan tangan kanannya.Wutt...!Kembali Ilmu ‘Sayap Pedang Malaikat’ dikerahkan. Dua cahaya keemasan berbentuk bulan sabit itu kembali melesat cepat bagaikan kilat. Sedangkan Pram
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more

389. Part 24

“Panas matahari akan memanggangmu, dan dinginnya malam akan membekukanmu. Kau akan merasakan bagaimana tersiksanya mati secara pelahan-lahan,” desis Manggala dingin.“Bunuhlah aku, keparat!” bentak gadis itu.“Kau terlalu enak kalau dibunuh, Manis. Lihat, guru dan temanmu sudah mati. Aku akan memenuhi keinginanmu, jika kau mau menunjukkan di mana kau sembunyikan Paksi dan Sariti?”Gadis itu tidak segera menjawab. Rupanya dia sedang mempertimbangkan tawaran Si Buta dari Sungai Ular itu. Matanya tampak beredar memandangi mayat tiga orang temannya, dan mayat gurunya yang terikat di dahan pohon. Dia tidak tahu, apakah gurunya sudah mati atau belum. Gurunya tidak akan mati kalau kembali menyentuh tanah.“Kau tidak sayang dengan kecantikanmu?” kembali Manggala menawarkan.“Baiklah, tapi kau harus membebaskanku?” sahut gadis itu menyerah.“Itu soal mudah, yang penting sekarang tunjuk
last updateLast Updated : 2024-01-04
Read more
PREV
1
...
3738394041
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status