Share

388. Part 23

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-03 01:05:20

“Hiya...!”

Manggala mengerahkan tenaga batinnya. Sebuah jurus ghaib yang diajarkan langsung oleh Raja Siluman Ular Putih digelar. Jurus Antaboga. Jurus yang sangat jrang dipergunakannya dalam pertarungan. Tapi kali ini dia terpaksa menggunakannya. Ilmu ini mempunyai kunci pada napas. Dengan menahan napas, timbulkan daya cipta, maka apa yang diciptakan dalam batin akan menjadi kenyataan.

“Hiya...!”

Dengan cepat Manggala melemparkan Tulang Ekor Naga Emasnya itu ke arah kaki Iblis Topeng Mayat. Namun wanita berbaju hijau itu hanya tertawa, dan bersikap meremehkan. Dia hanya melompat menghindari lontaran senjata tongkat itu, tanpa membalas menyerang. Namun saat tubuh wanita itu berada diudara, dengan cepat Si Buta dari Sungai Ular itu mengibaskan tangan kanannya.

Wutt...!

Kembali Ilmu ‘Sayap Pedang Malaikat’ dikerahkan. Dua cahaya keemasan berbentuk bulan sabit itu kembali melesat cepat bagaikan kilat. Sedangkan Pram

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   389. Part 24

    “Panas matahari akan memanggangmu, dan dinginnya malam akan membekukanmu. Kau akan merasakan bagaimana tersiksanya mati secara pelahan-lahan,” desis Manggala dingin.“Bunuhlah aku, keparat!” bentak gadis itu.“Kau terlalu enak kalau dibunuh, Manis. Lihat, guru dan temanmu sudah mati. Aku akan memenuhi keinginanmu, jika kau mau menunjukkan di mana kau sembunyikan Paksi dan Sariti?”Gadis itu tidak segera menjawab. Rupanya dia sedang mempertimbangkan tawaran Si Buta dari Sungai Ular itu. Matanya tampak beredar memandangi mayat tiga orang temannya, dan mayat gurunya yang terikat di dahan pohon. Dia tidak tahu, apakah gurunya sudah mati atau belum. Gurunya tidak akan mati kalau kembali menyentuh tanah.“Kau tidak sayang dengan kecantikanmu?” kembali Manggala menawarkan.“Baiklah, tapi kau harus membebaskanku?” sahut gadis itu menyerah.“Itu soal mudah, yang penting sekarang tunjuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Si Buta Dari Sungai Ular   390. Batu Mustika Pelangi

    GUMPALAN awan tipis berarak di langit nan biru. Siang ini angin berhembus agak kencang. Gumpalan awan yang berarak itu semakin lama semakin menebal. Dan melayang-layang semakin rendah menuju sebuah bukit yang menjulang bagai hendak menggapai langit. Gumpalan awan itu kian bertambah tebal, lalu berhenti pada saat mencapai puncak bukit.Pelahan-lahan gumpalan awan yang kian tebal itu bergerak turun, dan menyelimuti seluruh puncak bukit dengan pepohonan lebat yang sedap dipandang mata. Puncak bukit yang semula tampak hijau subur, kini tampak putih oleh awan yang menyelimuti bagai salju. Secercah kilat menyambar keluar dari gumpalan awan.Sambaran kilat yang hanya sekejap itu membuyarkan awan yang menyelimuti puncak bukit. Pelahan-lahan awan itu menyingkir, tersapu angin yang berhembus keras sambil mempermainkan dedaunan. Tampak secercah cahaya terang kemilau menyemburat saat gumpalan awan lenyap. Cahaya itu berasal dari sebuah batu besar berwana bening, dan dihiasi oleh s

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Si Buta Dari Sungai Ular   391. Part 2

    "Boleh aku bertanya?" tanya Prawata.Ki Pancur mengangguk seraya menepuk pundak anaknya. Kaki mereka mulai melangkah beriringan mengikuti para penduduk yang kembali ke desa membawa mayat tanpa kepala itu."Apa yang ingin kau tanyakan?""Apakah kejadian ini ada hubungannya dengan cahaya terang di atas bukit itu, Ayah?" tanya Prawata.Ki Pancur tidak segera menjawab. Mereka memang melihat cahaya terang menyilaukan bagai pelangi, terpancar dari Puncak Bukit Menjangan. Saat itu dia dan anaknya tengah duduk-duduk di beranda depan yang menghadap langsung ke Bukit Menjangan. Ki Pancur tidak tahu, apakah ada orang lain yang juga melihat sinar itu."Semalam seorang pemburu bercerita kalau dia melihat kepala terpancang di puncak bukit...," kata Prawata lagi."Pemburu?! Siapa namanya?" tanya Ki Pancur agak terkejut mendengar omongannya, Prawata."Paman Kabit.""Jangan percaya. Manusia seperti dia tidak bisa dipercaya! Suka membohongi oran

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Si Buta Dari Sungai Ular   392. Part 3

    "Tolooong...."Ki Pancur tersentak mendengar suara rintihan lirih dari arah samping kanannya. Begitu kepalanya berpaling, tampak semak belukar dipinggir jalan bergoyang-goyang. Kepala Desa Malapat itu langsung melompat ke arah semak-semak yang bergoyang. Jantungnya serasa akan copot melihat Kabit terluka parah terbujur didalam semak belukar. Bergegas dibantunya laki-laki berewokan itu berdiri dan dibawanya keluar dari semak belukar."Oh..., Ki...," rintih Kabit lirih.Ki Pancur membaringkannya di pinggir jalan yang berumput agak tebal. Kemudian dia memeriksa luka-luka di tubuh dan wajah laki laki pemburu itu. Terdengar tarikan napasnya yang panjang. Ki Pancur merasa lega karena Kabit hanya luka-luka luar saja. Hampir seluruh tubuhnya memar dan banyak goresan yang mengeluarkan darah."Apa yang terjadi, Kabit?" tanya Ki Pancur."Mereka..., mereka merampokku, Ki," jawab Kabit agak tersendat."Mereka siapa?" tanya Ki Pancur lagi."Aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Si Buta Dari Sungai Ular   393. Part 4

    "Jangan salah duga, Pak Tua. Aku bukan mencari pencuri, rampok, atau pelarian. Orang itu hanya membawa sedikit milikku yang tidak berharga bagi orang lain. Aku tidak tahu, apakah disengaja atau tidak Yang jelas, aku merasa terganggu sekali dengan perbuatannya.""Boleh aku tahu, siapa yang kau cari?""Aku tidak tahu namanya. Tapi pengawalku mengatakan bahwa dia seorang pemburu.""Hm..., sebagian besar penduduk desa ini memang pemburu. Tidak mudah mencarinya. Dan lagi banyak pemburu dari desa lain, bahkan ada juga yang datang dari kota. Daerah ini memang sangat baik untuk berburu. Lebih-lebih di...," Ki Wanara tidak melanjutkan."Di Bukit Menjangan, maksud Pak Tua?" tebak wanita itu."Ya. Hutan di Bukit Menjangan memang banyak hewan buruan. Ng.... Kau datang dari mana? Dan siapa namamu?""Aku datang dari tempat yang sangat jauh, Pak Tua. Orang-orang biasa memanggilku Nini Ratih," wanita cantik itu memperkenalkan diri."Lantas, apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Si Buta Dari Sungai Ular   394. Part 5

    "Prawata....""Apa sebenarnya yang terjadi di sini?" Prawata tidak mempedulikan peringatan ayahnya.Ki Pancur menatap adiknya yang juga tengah memandang ke arahnya. Kemudian mereka sama-sama mengalihkan pandangannya ke arah pemuda itu."Nanti kau akan kuberitahu. Sekarang, keluarlah dulu," bujuk Ki Kampar bernada lembut."Baik! Tapi Paman harus janji!" tegas Prawata."Baik, aku janji."Prawata bangkit berdiri, lalu melangkah keluar."Kenapa harus kau rahasiakan kepadanya?" tegur Ki Pancur."Sudahlah! Jangan berdebat soal itu, Kakang. Belum saatnya Prawata tahu," jawab Ki Kampar."Tapi dia sudah dewasa! Sudah mampu melihat semua yang terjadi di sini. Sikapmu membuatnya semakin penasaran ingin lebih tahu lagi.""Mengapa kau tidak manahannya tadi? Kau juga menyuruhnya keluar, kan?" Ki Kampar tidak suka disalahkan."Itu karena kau yang mulai!"Ki Kampar menggeleng-gelengkan kepala. Meskipun Ki Pancur seo

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Si Buta Dari Sungai Ular   395. Part 6

    Ki Wanara menepuk pundak pemuda itu, kemudian kakinya terayun melangkah. Kedua pemuda itu baru meninggalkan tempat itu setelah Ki Wanara masuk ke rumahnya. Cahaya pelita dari minyak jarak menerangi ruangan depan rumah laki-laki tua itu."Dari mana, Pak Tua?""Oh!" Ki Wanara tersentak kaget. Wajah laki-laki tua itu langsung pucat pasi. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu di depannya telah berdiri seorang wanita cantik yang siang tadi datang ke kedainya. Ki Wanara berusaha bersikap wajar, tapi tidak bisa menahan deburan jantungnya."Semula aku ingin menganggapmu sebagai seorang yang patut dipercaya dan dapat membantuku. Tapi harapanku sia-sia saja...," kata wanita itu lembut, namun bernada penuh ancaman."Nini Ratih.., aku..!Aku...," Ki Wanara jadi tergagap.Wanita yang ternyata memang Nini Ratih itu hanya tersenyum saja. Begitu manis senyumnya. Langkahnya pun demikian gemulai mendekati Ki Wanara. Laki-laki tua itu semakin pucat wajahnya, sedangkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Si Buta Dari Sungai Ular   396. Part 7

    Prawata bukannya kembali, tapi malah berlari kencang. Ki Kampar akan mengejar, tapi sebuah tangan telah mencekal pundaknya. Laki-laki berusia separuh baya itu menoleh. Langsung dia menggelinjang sambil melompat begitu melihat seorang wanita muda dan cantik tahu-tahu sudah berdiri di belakangnya."Nini Ratih...," suara Ki Kampar agak bergetar."Kau masih mengenalku, Kakang Kampar?" lembut suara wanita itu.Ki Kampar melangkah mundur beberapa tindak. Tangan kanannya segera meraba gagang golok yang terselip di pinggangnya. Sedangkan wanita cantik yang ternyata memang Nini Ratih itu hanya tersenyum saja."Anak itu benar. Tidak seharusnya kau sembunyikan. Katakan saja terus terang padanya," kata Nini Ratih tetap lembut nada suaranya."Jangan campuri urusanku, perempuan setan!" dengus Ki Kampar."Kau masih tetap seperti dulu saja, Kakang. Galak, kasar, dan tidak pernah jujur. Tapi aku menyukai sikapmu itu. Hanya sayang, kau sekarang kelihatan tua

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

DMCA.com Protection Status