Share

392. Part 3

last update Last Updated: 2024-01-04 01:04:11

"Tolooong...."

Ki Pancur tersentak mendengar suara rintihan lirih dari arah samping kanannya. Begitu kepalanya berpaling, tampak semak belukar dipinggir jalan bergoyang-goyang. Kepala Desa Malapat itu langsung melompat ke arah semak-semak yang bergoyang. Jantungnya serasa akan copot melihat Kabit terluka parah terbujur didalam semak belukar. Bergegas dibantunya laki-laki berewokan itu berdiri dan dibawanya keluar dari semak belukar.

"Oh..., Ki...," rintih Kabit lirih.

Ki Pancur membaringkannya di pinggir jalan yang berumput agak tebal. Kemudian dia memeriksa luka-luka di tubuh dan wajah laki laki pemburu itu. Terdengar tarikan napasnya yang panjang. Ki Pancur merasa lega karena Kabit hanya luka-luka luar saja. Hampir seluruh tubuhnya memar dan banyak goresan yang mengeluarkan darah.

"Apa yang terjadi, Kabit?" tanya Ki Pancur.

"Mereka..., mereka merampokku, Ki," jawab Kabit agak tersendat.

"Mereka siapa?" tanya Ki Pancur lagi.

"Aku tid

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Si Buta Dari Sungai Ular   393. Part 4

    "Jangan salah duga, Pak Tua. Aku bukan mencari pencuri, rampok, atau pelarian. Orang itu hanya membawa sedikit milikku yang tidak berharga bagi orang lain. Aku tidak tahu, apakah disengaja atau tidak Yang jelas, aku merasa terganggu sekali dengan perbuatannya.""Boleh aku tahu, siapa yang kau cari?""Aku tidak tahu namanya. Tapi pengawalku mengatakan bahwa dia seorang pemburu.""Hm..., sebagian besar penduduk desa ini memang pemburu. Tidak mudah mencarinya. Dan lagi banyak pemburu dari desa lain, bahkan ada juga yang datang dari kota. Daerah ini memang sangat baik untuk berburu. Lebih-lebih di...," Ki Wanara tidak melanjutkan."Di Bukit Menjangan, maksud Pak Tua?" tebak wanita itu."Ya. Hutan di Bukit Menjangan memang banyak hewan buruan. Ng.... Kau datang dari mana? Dan siapa namamu?""Aku datang dari tempat yang sangat jauh, Pak Tua. Orang-orang biasa memanggilku Nini Ratih," wanita cantik itu memperkenalkan diri."Lantas, apa yang

    Last Updated : 2024-01-04
  • Si Buta Dari Sungai Ular   394. Part 5

    "Prawata....""Apa sebenarnya yang terjadi di sini?" Prawata tidak mempedulikan peringatan ayahnya.Ki Pancur menatap adiknya yang juga tengah memandang ke arahnya. Kemudian mereka sama-sama mengalihkan pandangannya ke arah pemuda itu."Nanti kau akan kuberitahu. Sekarang, keluarlah dulu," bujuk Ki Kampar bernada lembut."Baik! Tapi Paman harus janji!" tegas Prawata."Baik, aku janji."Prawata bangkit berdiri, lalu melangkah keluar."Kenapa harus kau rahasiakan kepadanya?" tegur Ki Pancur."Sudahlah! Jangan berdebat soal itu, Kakang. Belum saatnya Prawata tahu," jawab Ki Kampar."Tapi dia sudah dewasa! Sudah mampu melihat semua yang terjadi di sini. Sikapmu membuatnya semakin penasaran ingin lebih tahu lagi.""Mengapa kau tidak manahannya tadi? Kau juga menyuruhnya keluar, kan?" Ki Kampar tidak suka disalahkan."Itu karena kau yang mulai!"Ki Kampar menggeleng-gelengkan kepala. Meskipun Ki Pancur seo

    Last Updated : 2024-01-05
  • Si Buta Dari Sungai Ular   395. Part 6

    Ki Wanara menepuk pundak pemuda itu, kemudian kakinya terayun melangkah. Kedua pemuda itu baru meninggalkan tempat itu setelah Ki Wanara masuk ke rumahnya. Cahaya pelita dari minyak jarak menerangi ruangan depan rumah laki-laki tua itu."Dari mana, Pak Tua?""Oh!" Ki Wanara tersentak kaget. Wajah laki-laki tua itu langsung pucat pasi. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu di depannya telah berdiri seorang wanita cantik yang siang tadi datang ke kedainya. Ki Wanara berusaha bersikap wajar, tapi tidak bisa menahan deburan jantungnya."Semula aku ingin menganggapmu sebagai seorang yang patut dipercaya dan dapat membantuku. Tapi harapanku sia-sia saja...," kata wanita itu lembut, namun bernada penuh ancaman."Nini Ratih.., aku..!Aku...," Ki Wanara jadi tergagap.Wanita yang ternyata memang Nini Ratih itu hanya tersenyum saja. Begitu manis senyumnya. Langkahnya pun demikian gemulai mendekati Ki Wanara. Laki-laki tua itu semakin pucat wajahnya, sedangkan

    Last Updated : 2024-01-05
  • Si Buta Dari Sungai Ular   396. Part 7

    Prawata bukannya kembali, tapi malah berlari kencang. Ki Kampar akan mengejar, tapi sebuah tangan telah mencekal pundaknya. Laki-laki berusia separuh baya itu menoleh. Langsung dia menggelinjang sambil melompat begitu melihat seorang wanita muda dan cantik tahu-tahu sudah berdiri di belakangnya."Nini Ratih...," suara Ki Kampar agak bergetar."Kau masih mengenalku, Kakang Kampar?" lembut suara wanita itu.Ki Kampar melangkah mundur beberapa tindak. Tangan kanannya segera meraba gagang golok yang terselip di pinggangnya. Sedangkan wanita cantik yang ternyata memang Nini Ratih itu hanya tersenyum saja."Anak itu benar. Tidak seharusnya kau sembunyikan. Katakan saja terus terang padanya," kata Nini Ratih tetap lembut nada suaranya."Jangan campuri urusanku, perempuan setan!" dengus Ki Kampar."Kau masih tetap seperti dulu saja, Kakang. Galak, kasar, dan tidak pernah jujur. Tapi aku menyukai sikapmu itu. Hanya sayang, kau sekarang kelihatan tua

    Last Updated : 2024-01-05
  • Si Buta Dari Sungai Ular   397. Part 8

    "Hm..., dia masih jengkel rupanya. Tapi harus ku dekati. Kata hatiku tidak pernah meleset..," Manggala bicara sendiri di dalam hatinya. Manggala masih tetap memejamkan matanya. Sedangkan Prawata sudah membuka matanya.Sebentar dipandangnya Manggala yang tampak tidur, kemudian bermaksud bangkit."Nyaman sekali di sini. Mau ke mana kau?""Eh!" Prawata terkejut. Dipandanginya wajah Manggala lekat-lekat. Mata Si Buta dari Sungai Ular itu masih terpejam rapat. Prawata hampir tidak percaya dengan pendengarannya barusan. Dia tidak jadi bangkit, tapi malah kembali menyandarkan punggungnya ke pohon. Pandangannya masih ke arah wajah pemuda di sampingnya."Jangan memandangiku begitu. Nikmati saja kesejukan udara di sini. Sangat baik untuk menenangkan pikiran dan mendinginkan hati yang panas," kata Manggala lagi tanpa membuka mata sedikit pun."Kau..., kau manusia apa...," Prawata jadi tergagap, lalu beringsut menjauh.Manggala membuka kelopak matanya.

    Last Updated : 2024-01-05
  • Si Buta Dari Sungai Ular   398. Part 9

    "Jangan picik, Prawata. Masih banyak sumber lain yang bisa kau peroleh. Jangan terpaku pada satu sumber saja. Kau akan menemui jalan buntu kalau hanya mengejar yang satu dan membutakan lainnya.""Kau benar!" sentak Prawata. Semangatnya seketika bangkit "Aku memang harus mencari dari sumber lain. Dan aku tahu tempatnya!""Oh, ya?"Prawata langsung bangkit berdiri."Mau ke mana?" tanya Manggala juga ikut berdiri."Pulang, sudah sore," sahut Prawata. Setelah menjawab, Prawata segera melangkah pergi. Tapi baru beberapa langkah berjalan, pemuda itu berhenti dan berbalik. Manggala masih berdiri dihadapannya."Sebaiknya kau ikut. Kau bisa tidur di kamarku," ajak Prawata."Terima kasih! Aku tidak ingin menarik perhatian orang," tolak Manggala halus."Lalu, di mana kau tidur?""Di mana saja.""Kapan kita bisa bertemu lagi?" tanya Prawata."Kita bisa bertemu lagi di sini.""Kapan?""Besok.""Baik

    Last Updated : 2024-01-05
  • Si Buta Dari Sungai Ular   399. Part 10

    "Hugh!" pemuda itu mengeluh pendek."Yaaah...!" Prawata berteriak keras.Satu pukulan keras bertenaga dalam cukup tinggi menghantam telak ke wajah pemuda itu. Tak pelak lagi, murid Ki Kampar ini terjungkal ke belakang. Secepat kilat Prawata melompat ke punggung kudanya. Tapi belum juga sampai, seorang lagi segera melompat sambil mengibaskan goloknya."Uts!"Prawata menarik perutnya ke belakang, maka golok itu lewat sedikit di depan perutnya. Masih dalam keadaan di udara, kaki putra kepala desa itu bergerak cepat ke arah punggung setelah memutar tubuhnya. Sepakan kakinya itu tepat menghantam punggung lawannya, sehingga terjerembab mencium tanah."Hup! Ya...."Prawata cepat menggebah kudanya begitu berada di atas punggung kuda hitam itu. Bagaikan sebuah anak panah lepas dari busurnya, kuda hitam itu langsung melesat cepat membelah angin. Dua orang murid Padepokan Malapat yang ditugaskan menjaga perbatasan desa itu merintih sambil berusaha bang

    Last Updated : 2024-01-06
  • Si Buta Dari Sungai Ular   400. Part 11

    Prawata ingin mengatakan sesuatu yang tiba-tiba terlintas di benaknya. Tapi, sebelum bisa berkata, Nini Ratih sudah menyumpal bibir pemuda itu dengan bibirnya. Seketika Prawata gelagapan bagai tenggelam di kolam yang sangat dalam. Hampir saja napasnya putus kalau saja Nini Ratih tidak melepaskan pagutannya. Wanita cantik itu tersenyum dan melepaskan rangkulannya pada leher pemuda itu.Dia menggenggam tangan Prawata, dan menariknya. Prawata jadi lupa akan dirinya setelah mendapat pagutan wanita itu. Dituruti saja ke mana wanita itu menyeretnya. Dia tidak bisa berpikir banyak ketika tiba di taman nan indah. Di situ telah tersedia sebuah ranjang besar yang indah beralaskan kain sutra halus berwarna cerah.Jalan pikiran Prawata tertutup sudah. Kesadarannya hilang tanpa diketahui dan dirasakan. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, dituruti saja ketika Nini Ratih membawanya ke atas ranjang. Prawata pun tetap diam saat jari-jari tangan wanita itu melepaskan kancing bajunya, hing

    Last Updated : 2024-01-06

Latest chapter

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

DMCA.com Protection Status