Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Kabanata 371 - Kabanata 380

Lahat ng Kabanata ng Si Buta Dari Sungai Ular: Kabanata 371 - Kabanata 380

1284 Kabanata

370. Part 5

Sepasang mata bening itu ternyata milik seorang laki-laki tua berjubah putih. Tentu saja Nyai Resi Puspita Rani terkejut, ketika laki-laki tua berjubah putih itu menghadang langkahnya. “Aku lihat kau murung setelah keluar dari kamar itu,” kata laki-laki berjubah putih itu, seraya melirik kearah pintu kamar yang sudah tertutup rapat. Nyai Resi Puspita Rani tidak segera menyahuti. Dia hanya menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Sementara laki-laki tua yang bernama Resi Wanakara, terus memperhatikannya dalam-dalam. “Ada yang menyusahkanmu, Nyai?” tanya Resi Wanakara lembut. “Kau ingat dengan peristiwa di Gunung Jati Sewu?” Nyai Resi Puspita Rani malah balik bertanya. “Ya,” sahut Resi Wanakara. Kembali Nyai Resi Puspita Rani menarik napas panjang. Dia kembali mengayunkan langkahnya pelan-pelan. Sementara Resi Wanakara mengikutinya dengan benak yang diliputi berbagai macam pertanyaan. “Aku rasa kita telah melupakan
last updateHuling Na-update : 2023-12-31
Magbasa pa

371. Part 6

Gadis itu kembali melangkah pelan-pelan mendekati pagar tembok yang tinggi dan kokoh. Sebentar dia memandangi pagar tembok itu, seolah-olah sedang mengukur ketinggiannya.“Maafkan aku Eyang Resi, Nyai Resi. Aku pergi tanpa pamit...,” bisik Narita lagi.Lalu tanpa membuang-buang waktu lagi, Narita segera melompat melenting tinggi. Tubuhnya melayang ringan bagaikan kapas tertiup angin. Dua kali dia salto di udara, melewati pagar tembok yang tinggi itu. Lalu meluruk turun, dan hinggap di tanah dengan manisnya. Gadis itu langsung berlari cepat dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya.Narita memang tidak tahu, kalau sepasang mata memperhatikannya sejak tadi. Sepasang mata milik seorang perempuan tua itu baru keluar dari balik dinding rumah besar, setelah gadis itu hilang di luar pagar tembok. Saat dia menarik napas panjang, muncul seorang laki-laki tua berjubah putih.“Kau tidak berusaha mencegahnya?”“Oh!” perem
last updateHuling Na-update : 2023-12-31
Magbasa pa

372. Part 7

“Berhenti!” seru Ki Rungkut keras.Seketika itu juga pertempuran berhenti. Ki Rungkut segera melompat sekitar dua batang tombak jauhnya. Gerakannya ringan, pertanda kalau dia memiliki tingkat kepandaian yang cukup tinggi. Sedangkan putranya, Paksi,.hanya memperhatikan saja. Di samping pemuda itu sudah berdiri Sariti yang memeluk tangannya dengan tubuh gemetaran.“Apa maksud kalian datang dan membuat keonaran di sini?” tanya Ki Rungkut dengan suara lantang.“Hi hi hi...!” terdengar suara mengikik dari arah atap rumah.Ki Rungkut langsung berbalik dan memandang ke atap rumahnya. Tak terkecuali semua orang yang berada di tempat itu juga segera menolehkan kepalanya ke atap. Tampak di sana seorang wanita berambut panjang dengan tubuh ramping, dan terbungkus baju hijau menyala yang ketat. Wajahnya tertutup topeng berwarna pucat seperti mayat. Sedangkan di pinggangnya terselip sebatang tongkat pendek berwarna hitam.Den
last updateHuling Na-update : 2023-12-31
Magbasa pa

373. Part 8

“Tadi kau bilang tahu di mana Narita berada, Paksi...,” kata Ki Rungkut.“Ya, Narita pasti berada di Puri Watu Ukir. Letaknya tidak jauh dari Hutan Karang Waja. Di puri itulah tinggal lima saudara Paman Galadipa,” sahut Paksi menjelaskan.“Aku akan segera ke sana. Kau jangan pergi sampai aku kembali, Paksi,” kata Ki Rungkut.Paksi hanya mengangguk saja.-o0o-Jarak dari Desa Batang Hulu ke Puri Watu Ukir memang tidak seberapa jauh, kira-kira hanya memakan waktu setengah hari perjalanan dengan kuda. Itulah sebabnya, meskipun sudah malam, Ki Rungkut berangkat juga ke Puri Watu Ukir. Dia ditemani oleh sekitar lima orang sahabatnya. Mereka terus memacu kuda dengan cepat tanpa berhenti sejenak pun. Dan hampir tengah malam mereka tiba di tempat suci itu.Kebetulan Resi Wanakara sendiri yang menyambut kedatangan Ki Rungkut dan lima orang sahabatnya. Sesampainya di dalam, baru mereka disambut oleh tiga orang Ketua
last updateHuling Na-update : 2023-12-31
Magbasa pa

374. Part 9

Empat orang wanita bertopeng pucat bagai mayat tersebut memang kejam. Mereka tidak pernah memberi kesempatan pada lawannya untuk meningkatkan serangan dan pertahanannya. Senjata tongkat pendek berwarna hitam, terus berkelebatan cepat mengarah ke bagian-bagian tubuh lawan yang mematikan.“Berhenti!” bentak Resi Jagabaya, ketika dua orang lagi terjungkal bersimbah darah.Seketika pertarungan tersebut berhenti. Ki Rungkut dan satu orang sahabatnya yang tersisa, langsung melompat mendekati Resi Jagabaya. Napas mereka tersengal memburu. Keringat pun bercucuran deras membasahi seluruh tubuh. Sinar mata mereka juga menunjukkan kegentaran, menghadapi Iblis Topeng Mayat yang begitu tinggi tingkat kepandaiannya.Kalau saja Resi Jagabaya tidak segera menghentikan, mereka pasti tidak akan bisa meneruskan pertarungan itu.“Kau hanya berurusan dengan Enam Dewa Keadilan, kenapa kau libatkan juga orang orang yang tidak tahu apa-apa?” agak tertekan
last updateHuling Na-update : 2024-01-01
Magbasa pa

375. Part 10

“Akh!” seketika Widarti memekik tertahan. Wanita itu langsung terdorong beberapa langkah ke belakang. Sedangkan pemuda gagah bermata putih itu tetap duduk bersila dengan tenang di atas batu. Bibirnya yang tipis dan kemerahan, tersenyum lebar.Widarti yang semula menganggap remeh pemuda buta itu, langsung berteriak keras seraya melesat cepat menyerang kembali. Kali ini dia mengerahkan beberapa kibasan tongkatnya dan tendangan keras menggeledek.Namun pemuda gagah bermata putih itu hanya menggeser duduknya ke sana kemari. Diremehkan begitu, tentu saja Widarti jadi berang.Tap!Pada satu kesempatan, tangan kanan pemuda itu terangkat naik, tepat di saat tongkat Widarti mengarah kepalanya. Dan dengan manis sekali pemuda itu berhasil menangkap tongkat Widarti, sedangkan tangan kirinya menyampok ke arah dada.“Ih...!” Widarti memekik kaget. Buru-buru wanita bertopeng itu menarik tubuhnya, namun tanpa diduga sama sekali, tangan kiri
last updateHuling Na-update : 2024-01-01
Magbasa pa

376. Part 11

Setelah berkata begitu, Iblis Topeng Mayat itu melesat pergi, diikuti oleh empat orang muridnya. Sementara pemuda berpakaian kulit ular itu sempat melemparkan topeng yang berhasil dirampasnya, ke arah Widarti.Wanita itu langsung menangkapnya seraya melesat pergi mengikuti gurunya. Resi Jagabaya dan Ki Rungkut segera menghampiri pemuda itu, setelah lima orang berbaju hijau dan bertopeng pucat bagai mayat itu lenyap dari pandangan. Sesaat mereka hanya berdiri saling berhadapan tanpa berkata-kata.“Anak muda, bukannya aku tidak berterima kasih padamu. Tapi campur tanganmu membuat susah dirimu sendiri. Kau tidak tahu siapa mereka itu,” kata Resi Jagabaya, seraya menatap langsung ke bola mata pemuda berbaju kulit ular di depannya.“Siapa mereka?” tanya pemuda itu kalem.“Iblis Topeng Mayat. Mereka sangat kejam, membunuh siapa saja yang menjadi penghalang dan dianggap musuh,” sahut Resi Jagabaya.Pemuda berpakaian kul
last updateHuling Na-update : 2024-01-01
Magbasa pa

377. Part 12

Resi Jagabaya dan Ki Rungkut saling melempar pandang. Mereka seperti berada dalam satu pikiran sesudah mendengar cerita Paksi. Sementara suasana di rumah kepala desa itu sudah sunyi senyap. Darah yang telah mengering masih terlihat dibeberapa tempat. Dalam hati, Ki Rungkut merasa bangga, karena anaknya mampu bergerak cepat mengatasi keadaan.“Bagaimana ciri-ciri pemuda itu?” tanya Resi Jagabaya.“Keadaan waktu itu terlalu gelap, dan kejadiannya juga begitu cepat. Tapi aku sempat melihat kalau dia memakai baju dari kulit ular,” sahut Paksi.“Tidak salah!” desis Resi Jagabaya.Paksi segera memandangi laki-laki tua berjubah kuning itu. Sinar matanya memancarkan ketidak mengertian, tapi belum sempat dia bertanya, Resi Jagabaya sudah melangkah pergi, diikuti oleh Ki Rungkut. Kedua laki-laki itu berjalan ke dalam rumah. Sementara Paksi tetap berdiri di beranda depan.“Hhh..., seharusnya aku mengatakan yang sebena
last updateHuling Na-update : 2024-01-01
Magbasa pa

378. Part 13

Pertarungan memang berjalan tidak seimbang. Jelas sudah kalau Narita masih berada jauh di bawah tingkat kepandaian Iblis Topeng Mayat. Serangan-serangan gadis itu lewat tanpa membawa hasil yang memuaskan.Bahkan baru beberapa jurus saja, sudah beberapa kali Narita terjungkal mencium tanah. Tapi gadis itu tampaknya tidak mau menyerah begitu saja. Dia terus saja menyerang dengan dahsyat.“Hup!” Sejenak Iblis Topeng Mayat melompat mundur. Kemudian jari tangannya bergerak menjentik, memperdengarkan suara bagai ranting patah. Saat itu juga empat orang muridnya segera melompat mengurung Narita.“Kau bukan lawanku, Narita. Jika kau berhasil merobohkan salah satu dari muridku, kau akan bebas hidup dan aku akan melupakanmu,” kata Iblis Topeng Mayat.“Huh!” Narita mendengus kesal.“Beri bocah itu pelajaran, anak-anak!” seru Iblis Topeng Mayat.Langsung saja empat orang wanita berbaju hijau dan bertopeng
last updateHuling Na-update : 2024-01-01
Magbasa pa

379. Part 14

Tapi kalau melihat Iblis Topeng Mayat seakan-akan segan bentrok dengannya, pastilah tingkat kepandaiannya sudah sangat tinggi.“Jika kau memang tidak suka, sebaiknya aku pergi,” kata pemuda itu seraya berbalik.“Tunggu dulu!” cegah Narita sambil melangkah menghampiri.Pemuda itu kembali membalikkan tubuhnya. Kini jarak mereka begitu dekat. Sesaat mereka saling pandang, lalu Narita melangkah menjauh, dia duduk di batang pohon yang tumbang. Sedangkan pemuda itu segera menghampiri dan duduk bersandar di bawah pohon yang tidak jauh dari tempat Narita duduk. Beberapa saat kemudian mereka masih belum membuka percakapan.“Siapa kau? Kenapa mau bersusah-payah menolongku?” tanya Narita, datar suaranya.“Namaku Manggala, tapi biasa dipanggil Si Buta dari Sungai Ular,” sahut pemuda itu kalem. “Aku menolongmu karena kebetulan lewat, dan melihat kau seperti membutuhkan pertolongan.”“Terim
last updateHuling Na-update : 2024-01-02
Magbasa pa
PREV
1
...
3637383940
...
129
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status