Share

430. Part 20

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-12 01:04:47

Sedangkan yang seorang lagi adalah si Macan Gadak. Manggala bisa mengenali mereka karena sudah bertemu beberapa kali. Si Buta dari Sungai Ular itu langsung bisa mengerti, kenapa Macan Gadak dan Gagak Codet bertarung. Manggala tahu kalau Macan Gadak adalah salah seorang kepercayaan Sura Antaka. Sedangkan Gagak Codet selalu berusaha menculik Dewi Mustika, dengan cara apa pun juga. Tapi....

Manggala langsung mengalihkan pandangannya pada pertempuran di tempat lain. Dia bisa mengenali empat orang yang bertarung melawan keroyokan orang berseragam merah bergambar naga pada dadanya. Empat orang itu adalah para panglima dari Kerajaan Gelang Wesi. Tapi dimana Raden Arga Yuda...?

Pertanyaan ini menyentakkan kesadaran Si Buta dari Sungai Ular itu. bergegas tubuhnya melompat turun, masuk ke dalam lingkungan markas Partai Naga Merah ini.

"Hup...!"

Hanya sekali lesatan saja, Si Buta dari Sungai Ular itu sudah berada di pinggir jendela kamar Dewi Mustika. Pemuda berpaka

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   431. Part 21

    Si Buta dari Sungai Ular saat ini benar-benar mencemaskan keselamatan Raden Arga Yuda dan Dewi Mustika. Prabu Nayadarma sudah memberikan titah untuk menjaga keselamatan dua orang itu. Menyadari sampai saat ini belum bisa mengetahui keadaan Raden Arga Yuda dan Dewi Mustika, Si Buta dari Sungai Ular itu langsung memperhebat serangan-serangannya. Gerakannya sungguh cepat luar biasa, sehingga sukar untuk diikuti oleh pandangan mata biasa.Sebentar saja tiga puluh orang pengeroyoknya sudah bergelimpangan tanpa nyawa lagi. Si Buta dari Sungai Ular langsung melompat menuju ke arah pertarungan empat orang panglima dengan orang-orang dari Partai Naga Merah itu. Namun pada saat itu, terlihat dua orang panglima terjungkal roboh, dan tubuhnya berlumuran darah."Mundur kalian....'" seru Manggala keras."Manggala...!" seru salah seorang panglima itu langsung saja melompat mundur, diikuti seorang lagi. Tapi orang-orang berseragam merah dengan gambar naga di bagian dada, tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Si Buta Dari Sungai Ular   432. Part 22

    Gagak Codet melepaskan capingnya yang menyampir di punggung. Dengan caping itu, dirinya juga dikenal sebagai Pendekar Caping Bambu. Pemuda itu memang pandai menyamarkan diri. Dan setiap kali menyamar, tidak ada yang dapat mengenali lagi. Sungguh sempurna samarannya. Pemuda itu melepaskan rambut palsu, dan juga tempelan-tempelan yang membuat wajahnya jadi buruk. Kini yang terlihat adalah seraut wajah tampan. Manggala sendiri sempat berdecak kagum, melihat penyamaran yang begitu sempurna.Kini baru dimengerti kalau tiga nama yang menjadi bahan pemikirannya selama ini hanya satu orang yang memilikinya."Bagus! Kalian sudah kumpul di sini. Dan itu berarti akan terbang ke neraka bersama sama!" dingin nada suara Sura Antaka."Hanya kau yang ke neraka. Sura Antaka!" dengus Raden Arga Yuda datar."Ha ha ha ha...! Kalian lihat ini!"Sura Antaka melompat. Langsung disambarnya sebuah obor yang terpancang tidak jauh darinya. Kemudian digeser kakinya mendekati

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   433. Part 23

    "Keparat...!" geram Sura Antaka. Laki-laki setengah baya itu melemparkan pedangnya, kemudian mencabut sepasang tongkat pendek yang kedua ujungnya runcing. Tongkat itu berwarna merah menyala bagai terbakar. Sambil berteriak keras, Sura Antaka melompat menerjang Si Buta dari Sungai Ular.Pertarungan sengit pun tidak dapat dihindari lagi. Manggala dengan Tulang Ekor Naga Emasnya menyambut serangan dahsyat Sura Antaka.Sementara di tempat lain yang agak jauh, Raden Arga Yuda dan dua panglima dari Kerajaan Gelang Wesi memperhatikan tanpa berkedip. Mereka begitu terpesona, sehingga lupa terhadap Dewi Mustika yang masih terikat pada tonggak kayu.Jurus demi jurus berlalu cepat tanpa terasa. Namun pada saat memasuki jurus kesebelas, satu pukulan keras bertenaga dalam sangat sempurna dilepaskan Si Buta dari Sungai Ular. Sura Antaka berusaha membendung dengan mengibaskan satu tongkatnya. Dugaannya, Manggala akan menarik pulang pukulannya. Namun yang terjadi justru sangat

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   434. IBLIS SESAT

    REMBULAN sudah mengambang di permukaan air laut sebelah timur. Malam telah melingkari alam dalam kesunyian dan kegelapannya. Sebuah gunung berdiri angkuh di kejauhan, hanya merupakan bayangan belaka dalam kebisuan. Di sebuah hutan perawan yang berada berjarak ratusan tombak dari laut itu, terdengar suitan yang sangat nyaring, membedah kegelapan malam dan angin dingin yang melingkupi seantero tempat. Beberapa kejap kemudian sunyi menyiksa. Kejap lain, seperti dihentakkan oleh satu keterkejutan, mendadak terdengar beberapa suitan yang tak kalah kerasnya. Seolah mendapati sahutan, suitan yang pertama tadi, kembali berbunyi kencang. Hingga yang terdengar kemudian suara suitan dari berbagai tempat, bergantian dan seakan berlomba untuk bersuara lebih nyaring.Hutan yang ditumbuhi pepohonan tinggi itu seperti menjadi ajang suitan yang sangat keras. Di tempat tak jauh dari suara suitan yang terdengar berulang-ulang dan sahut menyahut, tatkala sinar rembulan berhasil menerobos jajaran

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   435. Part 2

    "Dalam usia yang merambati tua, ternyata segala urusan masih membentang di depan mata. Mengapa mereka begitu menginginkan keberadaan kakak seperguruanku itu? Aku sendiri tak pernah berniat untuk memilikinya. Sejak Iblis Sesat mulai membelot dari golongan lurus, aku memang tak pernah lagi berjumpa dengannya. Tetapi sekarang, ketiga orang ini tentunya tak akan melepaskan diriku bila belum menjawab keinginan mereka. Kalaupun pertama kali bertemu dengan ketiganya, aku masih bisa menahan diri. Rasanya, sekarang ini aku memang harus menurunkan tangan," kata Mata Dewa dalam hati.Diam-diam orang tua ini menarik napas panjang. Lalu berkata tetap tanpa membuka kedua matanya. "Kalau aku tahu di mana Iblis Sesat berada, pasti aku akan mengatakannya. Hanya yang ku herankan, mengapa kalian tak mau mempercayai ku dan terus menerus memaksa aku untuk menjawab pertanyaan?""Kalau sudah tahu, mengapa kau tak berterus terang? Bukankah itu lebih baik daripada kau harus kami buru terus men

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   436. Part 3

    Trak!!Benturan tongkat dengan kapak itu cukup menimbulkan suara yang keras. Pemenggal Kepala mencelat ke belakang dengan tangan tergetar. Tubuhnya seperti melayang tak bisa dikuasai. Tiba-tiba dirasakan tubuhnya ditahan seseorang dari belakang hingga tidak menabrak pohon besar di belakangnya. Ketika dilihatnya kapak di tangannya, seketika sepasang mata Pemenggal Kepala yang agak tertutup caping kusam membeliak.Astaga! Kapak besarnya sempal di bagian tengah! Di seberang, Mata Dewa lagi-lagi mengalirkan tenaga dalamnya untuk menahan getaran pada tangan kanannya."Penabur Pasir lebih tinggi ilmunya dari Pemenggal Kepala. Kendati demikian, aku tak boleh lengah sedikit juga. Tetapi, mengapa kawan mereka yang seorang itu belum juga bergerak" Bila saja aku belum bersumpah untuk tidak membuka kedua mataku sebelum berjumpa dengannya, pasti aku bisa melihat siapa orang itu," kata Mata Dewa dalam hati.Penabur Pasir yang menahan tubuh Pemenggal Kepala tadi berkata

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Si Buta Dari Sungai Ular   437. Part 4

    Si kakek menarik napas panjang. Lalu melanjutkan kata-katanya, "Sebaiknya, mayat si Pemenggal Kepala ku kuburkan saja. Biar bagaimanapun juga aku tak ingin mayat itu dimakan ular bangkai."Belum lagi si orang tua menjalankan maksudnya, mendadak saja dia jatuh terduduk. Tongkat di tangan kanannya dilepaskan dan dipegangnya dada yang terasa nyeri. Wajahnya berubah meringis menahan sakit, "Jahanam! Rupanya pukulan sakti Penabur Pasir sempat mengenai pula. Aku harus menghilangkan pengaruh panas yang akan menyiksaku ini."Kejap lain, si orang tua sudah duduk bersemadi. Sementara di kejauhan, terdengar suara kokok ayam hutan dan biasan mentari pagi yang mulai muncul.-o0o-"SETAN tua bangka keparat! Mau apa kau datang ke sini, hah! Mau coba-coba mengintip aku mandi?!" Bentakan itu terdengar sangat keras menerbangkan burung-burung yang sedang bercengkrama menyambut pagi. Menggugurkan dedaunan dari pohon yang tumbuh di sekitar sungai yang mengalirka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14
  • Si Buta Dari Sungai Ular   438. Part 5

    Sepeninggal Dewi Pedang, Manggala melompat ke bawah dengan ringannya."Kek! Kalau mau mengintip, kenapa yang kayak Guru? Apa matamu sudah tak bisa membedakan lagi yang montok atau tidak?" selorohnya lagi. Diam-diam Si Buta dari Sungai Ular tahu kalau lelaki berkuncir ekor kuda ini mencintai gurunya. Seperti diketahui, sejak muda Dewa Pemarah memang mencintai Dewi Pedang. Bahkan sampai usia lanjut sekarang ini pun dia masih mencintai si nenek. Kalaupun keduanya tak bisa bersatu, karena keduanya sama-sama keras kepala dan sama-sama tak mau mengalah.Si kakek mendelik pada Si Buta dari Sungai Ular. "Sontoloyo! Aku bukan orang iseng yang mau mengintip! Aku tidak tahu kalau nenek jelek itu sedang mandi!""Tetapi.... Kau sempat melihatnya kan, Kek?""Bocah kebluk pandai omong! Kalau saja tidak karena perintah Panembahan Agung dan Malaikat Gledek seperti yang engkau katakan, aku tidak akan mau berjalan bersama nenek ceriwis itu! Hei, Bocah Kebluk! Kau seharusnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-14

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status