Semua Bab Cinta Gadis tak Bernasab: Bab 21 - Bab 30

58 Bab

21. Ragu

Sejak perjalanan ziarah ke makam Wali, Alwi tidak bisa jauh dari Galuh. Setiap transit, entah bagaimana caranya, Alwi selalu saja sudah berada di dekat Galuh. Galuh risih, apalagi godaan selalu datang dari Ratna. "Cieee, disambangin itu sama calon suami, hihihihi.""Apaan sih, Na. Jangan bikin fitnah!""Bukan fitnah, Luh. Eh, lihat tuh! Kayaknya bawain kamu minuman deh hihihi."Ratna menunjuk sosok Alwi yang datang ke arah mereka dengan menenteng plastik putih yang sepertinya berisi makanan atau minuman. Dan benar saja, begitu Alwi sudah berada di depan Galuh dan Ratna, Alwi mengulurkan plastik kresek itu pada Galuh. "Nih, minuman boba. Rasa cokelat kesukaan kamu sama matcha buat Mbak Ratna.""Wah, makasih, Gus. Gus Alwi tahu aja, kan saya jadi ikut seneng."Ratna malah yang langsung menerima uluran kresek putih dari Alwi. Galuh sendiri hanya mengucapkan terima kasih saja. Alwi ingin sekali duduk bersama dengan Galuh sambil menikmati es boba rasa coffe kesukaan tapi kedatangan Alfa
Baca selengkapnya

22. Dia Sepupuku

Alfa sedang duduk di sofa ruang tengah sambil menunggui sang ibu yang masih berdandan. Sementara gadis cantik yang sejak lima belas menit yang lalu datang ke ndalem, tengah duduk di lantai beralaskan tikar. Sang gadis sejak tadi menunduk saja. Sesekali Alfa melirik pada Galuh yang bagai patung cantik yang sayang kalau tidak dilirik. Sesekali pula setelah memandang Galuh, Alfa terlihat menghembuskan napasnya. Keras. Membuat Galuh sering ikutan melirik ke Alfa. Kening Galuh mengernyit, bingung dia dengan tingkah laku gusnya yang aneh. "Njenengan kena asma?" Galuh akhirnya memilih bertanya saja daripada penasaran. Alfa menoleh ke arahnya lalu menggeleng. "Oh! Kirain. Habis Guse sejak tadi kayak narik napas terus, kayak orang asma."Alfa tak menjawab. Galuh pun kembali diam. Sibuk nunduk sambil memainkan kedua tangan. Bosan dia menunggu ibu angkatnya yang tumben dandannya lama. Keheningan terus melanda membuat Galuh semakin bosan sementara asma bohongannya Alfa kian menjadi. Galuh se
Baca selengkapnya

23. Dimarahi Umi

Shadiqah masih memandangi kepergian Alfa dengan dada sesak. Dia tak menyadari jika Arkan tengah menatapnya dengan kekesalan yang tak terhingga. Lama keduanya dalam posisi diam sambil berdiri. Shadiqah masih menatap ke arah perginya Alfa sementara Arkan masih menatap Shadiqah dengan tatapan tajam. Shadiqah mendesah pasrah. Dia lelah dengan hubungan yang tanpa kejelasan. Suara desahannya terdengar oleh Arkan yang dibalas dengan suara sinis. "Jadi! Dia lelaki yang kamu pilih?" sinisnya.Shadiqah menatap ke arah sang mantan dengan tatapan sedikit bingung. Setelah beberapa detik dalam kebingungan, akhirnya dia sadar akan maksud dari Arkan. "Iya, dia Mas Alfa. Calon suamiku," sahut Shadiqah tegas."Jadi, kapan kalian nikah?" tanya Arkan.Arkan menatap Shadiqah, menuntut jawaban. Shadiqah masih diam. Bingung mau menjawab apa. Pikirannya kacau. Tidak mungkin dia mengatakan kalau mereka belum sampai tahap kapan menikah. Boro-boro nikah, lamaran saja belum. Dan ini semua tak lain karena kein
Baca selengkapnya

24. Mimpi Buruk

Kyai Baihaki terlihat menghela napasnya sementara Alfa dan Bu Nyai Khomsah terlihat diam. Bu Nyai Khomsah sudah menceritakan semua kejadian tadi siang saat bertemu dengan Shadiqah. Tanpa ada satu pun yang ditutupi. Kyai Baihaki tidak langsung merespon, namun dilihat dari gurat wajahnya, tampak sekali beliau sedang mempertimbangkan sesuatu sebelum mengutarakannya. Alfa yang paham dengan karakter sang abah, bersuara. "Ngomong aja, Bah. Jangan cuma dipendem." Kyai Baihaki terkekeh, "kamu yakin? Meski tutur kata Abah santai dan lembut, seringnya nyelekit, loh." "Gak papa, Bah. Udah biasa banget digituin sama Abah. Justru kalau Abah diem, itu baru masalah." "Hehehe, baiklah." Kyai Baihaki memperbaiki posisi duduknya menjadi sedikit merebahkan punggung di sofa. Kebetulan, ketiga orang tersebut kini berada di ruang tengah. "Dari awal, abah sudah ngomong, kamu yakin sama Nak Shadi? Dan jawaban kamu, yakin. Padahal kamu tahu, dunia kalian berbeda." Alfa diam, namun dia mendengark
Baca selengkapnya

25. Salting Nih Ye!

Setelah terbangun dari tidurnya, Alfa sama sekali tak bisa tidur hingga azan subuh berkumandang. Dia pun memutuskan ke masjid saja. Di ruang tengah, Alfa bertemu dengan kedua orang tuanya."Kamu pindah jam berapa ke kamar, Nang? Semalam kan umi suruh pindah katanya mager mau tiduran di sofa dulu.""Jam dua-an Umi.""Oooo."Bu nyai Khomsah lalu mengajak suami dan putranya untuk segera menuju ke masjid. Sampai di sana, bu nyai Khomsah memisahkan diri menuju ke bagian putri. Puji-pujian berkumandang dalam lantun merdu. Membuat hati para manusia menjadi tenang bagi yang hatinya dengan lapang percaya akan adanya Tuhan dan ingin menjadi hamba yang taat.Pukul lima kurang lima belas menit, sholat subuh pun dilaksanakan dengan Kyai Baihaki sebagai imam. Sehabis sholat, dilanjutkan dengan wiridan lalu kultum. Alfa terus berada di masjid hingga sampai pukul enam."Bah, Alfa duluan."Alfa berpamitan pada sang abah yang masih asik bercengkrama dengan para jamaah yang seumuran dengan beliau. "Oh
Baca selengkapnya

26. Alwi Kecelakaan

Jauza merasakan tatapan ketidaksukaan yang begitu kentara dari tatapan Alwi. Dia yang memiliki hati begitu sensitif sampai terdiam untuk waktu yang lama. Namun, keterdiaman Jauza terkikis oleh suara Bu Nyai Latifah yang terus saja mengajaknya ngobrol."Jauza.""Ya, Budhe.""Aku udah minta Mas Baihaki buat nerima kamu ngajar di sini. Nanti kamu tinggal di sini aja ya? Sama Budhe."Jauza hendak bersuara tapi dicegah oleh Alwi."Ya gak bisa dong Umi. Terus Alwi mau tidur dimana kalau Jauza di sini? Kami bukan muhrim. Tadi malam saja Alwi mesti nginep di pondok gara-gara Jauza datang mendadak lah ini Alwi suruh nginep sana lagi?" Suara Alwi terdengar sangat ketus membuat Jauza tak enak hati."Ya bareng juga gak papa. Kan kalian masih sepupu.""Sepupu bukan mahram, Umi.""Ya udah nikah aja, kalian. Gampang," celetuk Bu Nyai Latifah santai."Moh!" Alwi menjawab spontan dengan suara lantang. Membuat Jauza merasakan sakit di dada. 'Mas Alwi langsung nolak aku terang-terangan,' batinnya.'Ter
Baca selengkapnya

27. Rumah Sakit

Alfa sedang berlari menuju ke ruang IGD di rumah sakit Sigap Medika. Dia baru saja dihubungi oleh seseorang yang mengatakan kalau Alwi mengalami kecelakaan. Sampai ruang IGD, Alwi segera menuju ke bagian administrasi. "Maaf Mbak. Pasien atas nama Alwi, yang kecelakaan tadi pagi, dimana ya?""Oh, anda siapa?""Saya kakak sepupunya.""Mari ikut saya."Salah seorang petugas mengantar Alfa ke tempat Alwi. Sampai di sana, Alwi baru saja mendapat pertolongan pertama. Dokter yang menangani Alwi memberitahu Alfa apa yang terjadi."Luka serius di kepala dan tungkai kanan bawah patah. Kami harus segera melakukan tindakan operasi. Kami butuh persetujuan keluarga korban.""Lakukan apa saja yang terbaik, Dok.""Baiklah."Alfa segera diminta mengurusi administrasi dan menandatangani persetujuan operasi. Begitu selesai, dia langsung menengok sang adik. Hati Alfa terasa tercabik-cabik melihat kondisi Alwi yang begitu mengenaskan."Kamu kenapa jadi begini, Wi? Astaghfirullah. Padahal paginya kamu ma
Baca selengkapnya

28. Calon menantu Datang

Bu Nyai Latifah menatap pasangan Arkan dan Shadiqah dengan tatapan kebencian. Bagi ibunya Alwi, keduanya adalah penyebab sang putra kecelakaan. Beliau bahkan meminta pada sang kakak untuk memanggil polisi agar memenjarakan Arkan. Tentu saja Arkan tersulut emosi dan melemparkan fakta-fakta serta bukti rekaman yang sudah dia peroleh akibat bantuan sahabatnya. Dalam rekaman itu jelas Alwi lah yang salah. Mobil yang dikendarai Arkan hanya 'nampani' motor Alwi yang mencoba menghindari truk besar."Mau adu pendapat di kantor polisi ayok Bu Nyai, saya berani. Orang saya tidak salah kok." Arkan dengan santai memprovokasi Bu Nyai Laila.Kyai Baihaki mencoba menenangkan sang adik."Latifah, ini bukan saatnya salah-salahan. Sekarang yang terpenting kita harus mendoakan Alwi."Bu Nyai Latifah ingin memprotes tapi tak jadi. Mau ngeyel juga percuma. Tatapan tajam sang kakak membuat nyalinya menciut. Bu Nyai Latifah kini diam. Tapi terlihat sekali masih memendam kesal. Bukannya mendoakan sang anak y
Baca selengkapnya

29. Mengambil Hati

disambut banyak keingintahuan serta gosip dari para penghuni pondok. Statusnya yang adalah calon Alfa sudah tersebar ke penjuru pondok. Para santri baik putra dan putri serta para pengajar pun penasaran akan sosoknya. Mereka berlomba-lomba untuk melihatnya. Bagi yang sudah melihat, tak jarang pujian terlontar dari mereka untuk Shadiqah."Cantik, sih! Makanya Guse kesengsem.""Lah, wong cantik makanya Guse demen.""Anak mantan dubes, pantes Guse mau.""Bukan santri tapi gak papa sih, penting cantik. Anak orang kaya, mana mantan dubes lagi."Itu hanyalah beberapa kalimat pujian yang ditujukan untuk Shadiqah. Masih banyak kalimat pujian yang lain. Padahal belum ada satu hari, tapi ketenaran Shadiqah sudah ke seluruh area pondok hingga para tetangga di sekitar. Shadiqah yang mudah akrab dan supel makin disenangi oleh semua orang.Shadiqah tentu juga ikut senang. Dia diterima itu artinya satu jalan menuju istri Alfa sudah terbuka lebar. Shadiqah sudah berniat tidak akan melepaskan Alfa. Cu
Baca selengkapnya

30. Dilema Alfa

Pak Munajat dan sang istri akhirnya meninggalkan pondok milik Alfa pada malam hari. Beliau tidak berkenan untuk menginap meski sang Putri sudah membujuknya. Alasannya, beliau dan sang istri harus menghadiri pertemuan penting dengan para petinggi pemerintahan. Mesti enggan, Shadiqah membiarkan kedua orang tuanya pulang sementara dirinya tetap berada di pondok.Sebelum meninggalkan pondok, Pak Munajat dengan antusias mencari-cari sosok gadis yang tadi sempat dia lihat. Pasalnya sosok gadis itu sangat mirip dengan sosok wanita yang pernah dia cintai dulu. Sayang, mereka tidak berjodoh. Tapi, mau dicari bagaimana pun, sosok si gadis tak juga terlihat. Membuat Pak Munajat memilih segera masuk mobil. Dia tak ingin terlalu menarik perhatian terutama untuk istri dan anaknya.Pak Munajat dan sang istri segera meninggalkan halaman pesantren dengan mobil mewahnya, meninggalkan jejak kekaguman pada beberapa santri yang lewat atau turut membantu di ndalem.Tepat ketika mobil Pak Munajat tidak ada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status