All Chapters of 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris: Chapter 121 - Chapter 130

265 Chapters

BAB 121: Rencana

“Apa yang membawa Anda datang ke sini?” tanya seorang pria berbadan besar dengan wajah yang dipuhi bekas luka tebasan dipermukaan kulitnya.Ivana menghela napasnya dengan berat, dia pergi sejauh ini untuk menemui seseorang, dan kini ketika mereka bertemu, Ivana sedikit ragu dengan keputusannya. “Nyonya Ivana,” panggil Justin.“Aku memiliki pekerjaan untukmu,” jawab Ivana terdengar tenang meski tubuhnya dipenuhi oleh ketegangan.Justin bersedekap, pria itu tersenyum simpul. “Katakan saja pekerjaannya apa.”Ivana terdiam dalam waktu yang lama, keraguan dan ketakutan menjadi satu, menahan Ivana untuk berbicara. Pikiran dan perasaan Ivana sedang sangat tidak tentram semenjak diganggu Giselle di butik, Ivana menjadi sulit tidur dan histeris tidak terkendali.Datangnya Giselle menjadi momok besar dalam rumah tangganya.Selama Giselle masih hidup, bahkan meski jika dia berada di balik jeruji penjara, Ivana tidak akan pernah bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang jika Giselle masih ada di m
last updateLast Updated : 2023-10-03
Read more

BAB 122: Keberadaan

Hayes kembali lebih cepat, kejadian hari ini membuat perasaannya tidak nyaman. Meski Hayes sangat menantikan jika seluruh asset dan statusnya sebagai pewaris segera diumumkan secara resmi, entah mengapa kini dia tidak begitu senang.Justru, keputusan Damian yang memberikan beberapa asset lebih cepat dari perjanjian justru menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan di kepala Hayes.Ada apa dengan Damian? Apakah telah terjadi sesuatu padanya?Hayes mengambil handponenya dari saku jass, dia memutuskan menghubungi salah satu assistant Damian yang berada di kantor pusat.“Selamat sore Bety, ini aku, Hayes,” sapa Hayes begitu teleponnya tersambung.“Selamat sore, Tuan Muda, ada yang bisa saya bantu?”Langkah Hayes terhenti di sebuah taman. “Aku ingin tahu, kemana aku harus menghubungi ayahku di Thailand.”“Tuan Damian pergi sendiri tanpa ditemani salah satu sekretaris di sini, kami juga kesulitan menghubunginya.”Kening Hayes mengerut samar, jawaban tidak biasa Bety kian menimbulkan rasa pena
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

BAB 123: Giselle Datang

Mobil Theodor menepi di depan pintu gerbang kediaman keluarga Borsman. Alice melepas sabuk pengamannya, sesaat dia melirik Theodor yang melihat ke samping luar, sebuah senyuman yang dia sembunyikan dapat Alice lihat di bayangan jendela.Alice ikut tersenyum, teringat Theodor mengajarkannya menulis dan membaca di atas pasir, lalu ombak menyapunya, membawa Alice berlari menjauh sebelum air membasahi kakinya.Betapa menyenangkan hari ini, membangun banyak harapan yang lebih baik untuk hari esok.“Terima kasih untuk hari ini, itu sangat menyenangkan,” ucap Alice memecah keheningan.“Aku juga senang,” jawab Theodor menggantung, melihat ke arah Alice dengan senyuman yang tertahan. Alice terdiam, ada sesuatu yang menahannya untuk tidak segera keluar, tetapi tidak ada hal yang harus dibicarakan lagi karena sepanjang jalan pulang mereka sudah saling bercerita sampai membuat lidah kering.“Sampai jumpa,” pamit Alice sebelum memutuskan pergi keluar, gadis itu melambaikannya tangannya sebagai
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

BAB 124: Sebuah Kebenaran

“Kau mau kemana Ivana? Aku bisa mengantarmu, bukankah kita teman?”“Bagaimana bisa kau ada di sini?” bisik Ivana dengan suara yang bergetar, Ivana berusaha kuat untuk tenang meski kini dia takut setengah mati. Giselle akan semakin mengintimidasinya dengan penuh kesenangan jika Ivana menunjukan ketakutannya.Giselle tersenyum lebar, mencengkram lengan Ivana dan mendorongnya pada sebuah pagar. “Aku datang untuk membuat transaksi menguntungkan denganmu. Tetapi, kau haru mencabut tuntutanku di kepolisian Ivana,” bisik Giselle terdengar misterius.Ivana terbelalak, sebuah ketakutan yang sangat kuat mencekik dirinya.Ivana terpekik kaget menerasakan dorongan kasar Giselle sampai membuat tongkatnya jatuh ke lantai. Tenaga Ivana luruh begitu dia menyadari bahwa keberadaannya ada di sisi panggar dan di dekat tangga.“Jawab sialan!” bentak Gisella marah sampai menunjuk-nunjuk kelopak mata Ivana dengan ujung senjatanya.“Bukan aku yang melaporkanmu!” jawab Ivana panik.“Sama saja! Panggil putram
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more

BAB 125: Menyelamatkannya

“Hayes Borsman, apa kau belum tahu jika sebenarnya kau bukan anak Damian?” tanya Giselle dengan penuh kesenangan.Darah di seluruh nadi Hayes membeku, napasnya ikut tertahan dengan raut wajahnya tidak dapat menyembunyikan seberapa terkejutnya dia saat ini. “Jaga ucapanmu, jangan bicara omong kosong,” jawab Hayes berusaha keras untuk tetap berdiri dengan tegak.“Aku tidak beromong kosong kan Ivana?” kekeh Giselle membelai pipi Ivana dengan ujung pistolnya, Ivana menangis kian menjadi sampai menutup telinganya rapat-rapat.Hayes menarik napasnya yang tiba-tiba sangat sesak dan sakit, dia ingin tidak mempercayai ucapan Giselle, namun reaksi hancurnya Ivana memperkuat ucapan Giselle.“Astaga, sudah kuduga, ternyata kau tidak tahu,” tawa Giselle terhibur dengan ketegangan semua orang yang terkejut. “Jika kau tidak percaya, lakukanlah tes DNA, buktikan sendiri kebenarannya.”“Cukup! Hentikan!” jerit histeris Ivana tidak terkendali. “Berisik!” geram Giselle manarik lebih kuat rambut Ivana
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more

BAB 126: Terluka

“Sialan! Jalang sialan!” maki Giselle mengerang kesakitan merasakan darah yang tidak berhenti keluar dari nadinya.Gigitan Alice sangat tajam dan dalam di pergelangan tepat di pembuluh nadi Giselle.Andre memacu kendaraannya semakin cepat, sesekali dia melihat ke belakang, khawatir jika ada seseorang yang mengejar. Kini Giselle akan menjadi buronan sepenuhnya, sementara Andre yang selama ini selalu menjadi kaki tangan kejahatanya Giselle akan ikut terseret dalam kasus ini.“Berani-beraninya jalang itu melukai tanganku,” geram Giselle menekan kuat kain kasa yang menggulung lengannya, kain yang berwarna putih itu berubah merah pekat karena darah yang tidak berhenti keluar.Selama ini Alice tidak pernah sekalipun melawan kekerasan Giselle, bahkan untuk menatap sepasang matanya saja, Alice langsung gemetar ketakutan.Sejak bayi, Giselle sudah mendoktrinnya dengan berbagai kata buruk agar Alice menjadi manusia yang sama sekali tidak berguna.Tapi, mengapa kini Alice jauh berubah dalam waktu
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more

BAB 127: Damian Pulang

Hayes terduduk di sebuah bangku tempat menunggu, beberapa kali dia mengubah posisi duduknya dan sesekali bangkit hanya untuk mondar-mandir, menunggu operasi yang Ivana jalani untuk mengangkat peluru yang bersarang di bahunya.Dua pengawal yang terluka ikut menjalani operasi yang sama di ruangan lain.Hayes menengadahkan kepalanya, melihat langit-langit lorong rumah sakit dengan tatapan nyalang.Pikiran Hayes terus terbagi ke berbagai arah, semua yang terjadi hari ini masih terasa seperti sebuah mimpi saking sulit untuk Hayes terima dengan akal sehatnya. Suara langkah terdengar, Philip menyerahkan satu cup teh hangat untuk Hayes agar dia bisa menanangkan diri. “Bagaimana keadaan Alice?” tanya Hayes terdengar serak.Philip segera duduk di sisi Hayes. “Mery bilang, nona Alice keadaannya cukup parah, namun beliau memilih tidur setelah diobati,” jawab Philip apa adanya.“Tolong hubungi dokter pribadiku, minta dia datang mengobati Alice.”“Dokter sudah ada, namun nona Alice tetap menolak.
last updateLast Updated : 2023-10-06
Read more

BAB 128: Percaya

Suara letupan senjata terdengar menggema di pendengaran, keringat dingin yang membasahi wajah pucat Alice, gadis itu bergerak gelisah diserang oleh mimpi buruk yang hebat.Tangannya bergerak di udara mencari-cari sesuatu yang dipegang erat. Bibir Alice yang mengering tampak gemetar mengeluarkan suara rintihan kesakitan.Dalam satu sentakan Alice terbangun begitu bisa melepaskan diri dari mimpi buruknya. Deru napas kasar tidak beraturan terdengar di kesunyian.Dengan lemah Alice duduk, menatap sekitar dengan waspada. Sepanjang malam Alice diserang demam, suara kencang dari letupan senjata membangkitkan kembali traumanya pada suara nyaring.Alice mengusap keningnya yang basah oleh keringat dingin.Waktu sudah menunjukan pukul empat pagi..Perlahan Alice beranjak dari sofanya, dengan sempoyongan gadis itu pergi ke kamar mandi dan meminum beberapa teguk air dari keran, lalu membasuh wajahnya. Sejenak Alice berdiri di depan cermin, memeriksa keningnya yang membiru pekat dan masih sedikit
last updateLast Updated : 2023-10-06
Read more

BAB 129: Tuduhan

“Makanlah sarapanmu,” titah Damian yang tengah duduk di sebuah kursi.Ivana tersenyum sendu, merasakan hangat sinar matahari pagi yang menyapu sisi wajahnya.“Tidak bisakan kau menyuapiku?” tanya Ivana dengan suara yang serak dan mata sembab. “Aku tidak bisa melihat, satu tanganku juga baru selesai melakukan operasi, ini sangat sulit,” ucap Ivana lagi dengan rintihan menahan diri untuk tidak kembali menangis.Damian segera berpindah duduk ke sisi ranjang, pria itu mengambil alih sendok dan perlahana menyuapi Ivana sedikit demi sedikit. “Apa kau tidak sedikitpun kasihan padaku sekarang?” tanya Ivana pelan.“Apa rasa kasihanku padamu akan membuat keadaanmu membaik?” tanya balik Damian terdengar tenang dan terus menyuapi Ivana.Ivana tersenyum sedih, wanita itu menelan makananya dengan kesulitan. “Aku tidak mengerti, mengapa kehidupanku semakin menyulitkan akhir-akhir ini. Hatika semakin hancur karena kini Hayes sudah tahu kebenarannya,” jawab Ivana kian pelan.Damian tersenyum masam, d
last updateLast Updated : 2023-10-06
Read more

BAB 130: Ajakan Pindah

Hayes melihat kursi di sisinya kosong, sudah hampir lima menit dia duduk menunggu, namun Alice belum datang padahal sudah saatnya kini makan malam.Damian yang baru duduk ikut melihat kursi Alice yang kosong. “Kemana Alice?” tanya Damian.“Aku juga tidak tahu,” jawab Hayes menggantung, tersadar jika sejak tadi dia tidak melihat keberadaan Alice.“Apa kalian bertengkar lagi?” tebak Damian.“Tidak.”Mery yang baru datang membawa semangkuk bubur untuk Alice, tampak terkejut melihat kursi Alice yang kembali kosong. Alice sama sekali tidak datang ke meja makan sejak sarapan pagi tadi, dan sepertinya kejadian tadi siang sudah mengguncangnya.Mery sudah mendisiplinkan beberapa pelayan agar mereka menjaga sikap dan berhenti ikut campur sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Tampaknya apa yang Mery lakukan tidak cukup membuat beberapa pelayan patuh.Mery tidak bisa membiarkan ini terjadi terus berlanjut.Sebagai kepala pelayan, semua urusan pekerjaan adalah tanggung jawabnya, di
last updateLast Updated : 2023-10-07
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status