Zayden menatap Audrey dengan ekspresi keras kepala. Dia tidak percaya akting Audrey bisa begitu bagus. Selama mereka bersama, Audrey jelas pernah merasa malu, bahkan wajah Audrey memerah saat kontak fisik dengannya. Audrey juga memasak untuknya saat dia sedang terluka. Dia tidak percaya hati Audrey tidak pernah goyah.Melihat tatapan Zayden yang merasa terluka, mata Audrey berbinar. Namun, dia tetap mencubit pinggangnya sendiri, menggunakan rasa sakit agar pikirannya tetap sadar. Tentu saja, tidak mungkin Audrey tidak pernah merasa tersentuh. Namun saat teringat dengan ancaman Felya, dia tidak berani bertaruh. Jika dia kalah, semua orang di sekitarnya yang akan terluka. Audrey tidak sanggup menanggung konsekuensi itu. Dia tersenyum dan nada bicaranya terdengar makin sinis. "Nggak. Sejak awal, perasaanku kepadamu hanya ada kebencian. Setiap menit dan detik di sampingmu adalah sebuah siksaan bagiku."Audrey merasa hatinya sakit, tetapi dia tidak memedulikannya. Lagi pula, hanya ada takdi
Baca selengkapnya