"Christian, jangan khawatir, pasti ada cara untuk menyelesaikan masalah ini. Aku nggak akan membiarkanmu dalam masalah."Suara Audrey sangat lembut sehingga membuat Zayden tercengang sejenak. Dia tidak pernah mendengar nada bicara Audrey yang seperti ini. Setelah ragu sejenak, dia berdiri di samping Audrey dan diam."Jangan khawatir. Aku belakangan ini lebih baik padanya karena ... aku ingin membantumu. Aku pasti akan membantumu mengambil kembali apa yang dia rebut darimu."Saat Audrey masih melanjutkan pembicaraannya, tangan Zayden bergetar sejenak, seolah-olah dia tidak berani memercayai apa yang telah dia dengar. Beberapa hari ini, sikap Audrey kepadanya menjadi lebih lembut. Zayden mengira bahwa mungkin Audrey sudah mengerti isi hatinya saat melihat tindakannya belakangan ini. Tak disangka, semuanya malah seperti ini. Zayden berdiri bengong di tempatnya, jelas tidak bisa mencerna apa yang sudah didengarnya."Aku nggak punya perasaan apa pun pada Zayden. Saat melihatnya, aku hanya a
Zayden menatap Audrey dengan ekspresi keras kepala. Dia tidak percaya akting Audrey bisa begitu bagus. Selama mereka bersama, Audrey jelas pernah merasa malu, bahkan wajah Audrey memerah saat kontak fisik dengannya. Audrey juga memasak untuknya saat dia sedang terluka. Dia tidak percaya hati Audrey tidak pernah goyah.Melihat tatapan Zayden yang merasa terluka, mata Audrey berbinar. Namun, dia tetap mencubit pinggangnya sendiri, menggunakan rasa sakit agar pikirannya tetap sadar. Tentu saja, tidak mungkin Audrey tidak pernah merasa tersentuh. Namun saat teringat dengan ancaman Felya, dia tidak berani bertaruh. Jika dia kalah, semua orang di sekitarnya yang akan terluka. Audrey tidak sanggup menanggung konsekuensi itu. Dia tersenyum dan nada bicaranya terdengar makin sinis. "Nggak. Sejak awal, perasaanku kepadamu hanya ada kebencian. Setiap menit dan detik di sampingmu adalah sebuah siksaan bagiku."Audrey merasa hatinya sakit, tetapi dia tidak memedulikannya. Lagi pula, hanya ada takdi
Zayden tidak ingin mendengar apa yang dikatakan Audrey lagi. Emosinya kini seakaan-akan hampir meledak. Zayden tidak bisa menjamin hal gila apa lagi yang akan dilakukannya karena kekejaman Audrey. Dia hanya bisa melakukan itu, memaksa Audrey agar menutup mulutnya dan diam dengan putus asa.Setelah bibirnya digigit, Audrey merasa sakit. Dia mengulurkan tangannya dan mendorong dada Zayden dengan keras, tetapi usahanya sia-sia.Saat merasakan darah Audrey, tatapan Zayden juga tampak memerah dan terlihat liar. Dia melihat Audrey lebih memilih untuk merasa sakit dan lukanya terus berdarah daripada menjawabnya. Bahkan sampai Zayden menggigit bibirnya pun, Audrey tidak mau menerima ciuman Zayden. Ternyata, kebencian yang dikatakan Audrey bukanlah sebuah kebohongan, melainkan murni dari hati Audrey.Saat Zayden tertegun sejenak, Audrey akhirnya mendapat kesempatan untuk mendorong Zayden. Begitu dia berbalik dan hendak pergi, Zayden langsung menggenggam lengannya. "Mau ke mana?""Aku juga nggak
Namun, Audrey tidak membiarkan dirinya untuk goyah. Dia menjawab dengan tanpa ragu-ragu, "Kalau kamu benar-benar cacat, semua itu juga pilihanmu sendiri, nggak ada hubungan denganku."Setelah mengatakan itu, Audrey segera pergi.Zayden berdiri di sana dan menatap punggung Audrey yang pergi dengan tatapan yang tajam. Audrey begitu tegas dengan keputusannya hingga tidak menoleh untuk melihatnya sekali pun. Sepertinya, semua yang terjadi beberapa hari ini hanya mimpinya saja. Audrey sama sekali tidak peduli dengan nyawanya. Semua yang telah dia lakukan juga tidak akan pernah menandingi posisi Christian di hati Audrey selamanya.....Audrey segera keluar. Saat tiba di luar, dia harusnya merasa lega saat melihat sinar matahari yang terang. Namun, sinar matahari itu malah membuat matanya terasa sangat sakit dan perih, seakan-akan ada sesuatu yang mengalir.Melihat Audrey sudah keluar, sopir yang diatur Zayden segera mendekat. "Nona Audrey, Anda baik-baik saja? Tuan Zayden tidak keluar bersam
Felya tidak bertele-tele dan langsung menyetujui persyaratan Audrey. Sesudah menunggu sejenak, Audrey akhirnya melihat klarifikasi yang mulai beredar di internet. Tertulis Christian dijebak seseorang dan biang keroknya telah ditangkap sekarang, jadi berharap para netizen tidak terbawa arus lagi.Di bawah bimbingan media, orang-orang yang awalnya menyerang Christian akhirnya menjadi tenang. Beberapa orang bahkan mulai meminta maaf.Audrey menghela napas lega melihat hasil ini. Dia segera menelepon Christian dan akhirnya terhubung. "Halo, Audrey, aku baik-baik saja. Jangan khawatir," ucap Christian yang terdengar agak lelah.Audrey merasa sangat bersalah padanya. Bagaimanapun, Christian tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi terlibat karena dirinya."Setelah masalah ini beres, kita kembali ke luar negeri," ujar Audrey. Perkataan ini langsung membuat Christian yang tertekan menjadi bersemangat kembali."Audrey, serius? Kamu sudah memikirkannya matang-matang? Oke, aku langsung pesan tik
Zayden seperti tidak mendengar perkataan ini. Dia hanya duduk melamun di tempatnya. Beberapa saat kemudian, hujan akhirnya turun.Caleb yang buru-buru datang dari rumah sakit bergegas ingin membawa Zayden ke tempat yang aman dari hujan. Luka Zayden masih belum pulih. Jika terkena air dan infeksi, akibatnya akan sangat fatal."Jangan sentuh aku!" Akan tetapi, begitu Caleb menyentuhnya, Zayden langsung menepis tangannya. Caleb pun merasa mereka seperti kembali ke masa lalu saat mengira Audrey sudah meninggal.Waktu itu, Zayden juga bersikap seperti ini. Dia benar-benar mengabaikan kesehatan sendiri, bahkan bersikeras melakukan hal yang tampak tidak berarti bagi orang luar.Caleb tidak berdaya melihatnya. Dia hanya bisa mengirim pesan untuk meminta bantuan Audrey. Biar bagaimanapun, dia tidak mungkin membiarkan Zayden terkena hujan saat kondisinya sedang buruk.[ Nona Audrey, apa yang terjadi pada kalian? Tuan Zayden nggak mau pulang, padahal sudah dibujuk. Apa kamu bisa kemari sebentar?
Setelah selesai membantu Dash mandi, Audrey dan Dash yang sudah berganti pakaian pun berjalan keluar. Christian duduk di ruang tamu untuk menunggu keduanya. Di sampingnya terdapat koper yang sudah beres dikemas. Dia berkata, "Audrey, aku sudah pesan tiket terdekat. Saatnya kita kembali."Audrey ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Felya akhirnya berjanji akan menghentikan semua kekacauan ini. Namun, Audrey sudah lama tidak pergi melihat ibunya. Entah ibunya menyadari keanehan ini atau tidak. Jika kembali secepatnya, dia pun bisa merasa tenang."Mama, kenapa kita terburu-buru sekali?" tanya Dash sambil mendongak dan menatap Audrey. Jelas, dia merasa agak bingung sekarang. Sepertinya, mereka bahkan belum berpamitan dengan Zayden."Nenekmu sudah menunggu lama di luar negeri. Dia sudah merindukanmu, bukannya bagus kalau kita pulang lebih cepat untuk melihatnya?" sahut Audrey.Begitu membahas tentang Lara, Dash menjadi sangat merindukannya. Dia mengangguk dengan patuh tanpa bertan
Zayden memahami karakter Audrey dengan baik. Kalau bukan karena sudah muak, wanita ini tidak akan main kabur begitu saja. Apakah Audrey takut terus diusik olehnya?Hati Zayden terasa sakit. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, lalu meninju dadanya dengan kuat. Namun, semua ini tidak ada gunanya.Zayden tak kuasa tertawa. Ternyata, hanya dia sendiri yang beranggapan bahwa semua telah membaik.Caleb buru-buru maju untuk menghentikan saat melihat Zayden menyiksa diri sendiri. Tanpa disangka, begitu dia menyentuh tubuh Zayden, pria ini tiba-tiba terjatuh."Cepat antar ke rumah sakit!" seru Felya yang terkejut. Dia segera menyuruh orang datang membantu. Dengan demikian, sekelompok orang itu sibuk memapah Zayden dan membawanya ke mobil. Mereka pun pergi ke rumah sakit terdekat.....Tempat duduk Audrey tepat di samping jendela. Dia memejamkan matanya sambil memakai earphone untuk mendengar lagu. Namun, lagu itu sepertinya hanya terlintas begitu saja karena pikirannya entah melayang ke mana
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis