Sebelum Zayden menyelesaikan perkataannya, Felya tiba-tiba melayangkan tamparan dengan kuat dan memaki, "Omong kosong apa yang kamu katakan! Sadarlah sedikit!"Zayden termangu karena tamparan ini, tetapi rasa sakit di wajahnya membuat pikirannya menjadi lebih jernih. Dia memegang pipinya sambil menatap Felya. Tebersit keheranan pada sorot matanya. "Ibu?""Ya, ini aku." Ketika melihat ekspresi terkejut Zayden, Felya merasa agak sedih. Dia melanjutkan, "Aku datang untuk melihatmu, tapi malah terkejut setengah mati dibuatmu. Gimana? Masih ingin lompat? Kalau iya, aku akan menemanimu."Zayden sudah lebih tenang sekarang. Dia tidak mungkin mengorbankan nyawa ibu kandungnya. Jadi, Zayden pelan-pelan mundur dari jendela.Ketika melihat Zayden sudah benar-benar tenang, Felya menghela napas dan berucap, "Mudah saja kalau ingin mati. Tapi, apa dia akan senang kalau melihatmu begini? Kalau memang merasa bersalah, kamu seharusnya berpikir apa yang bisa kamu lakukan demi dia dan orang-orang yang di
Read more