Lima tahun kemudian, di sebuah bandara internasional. Terlihat Audrey yang mendorong kopernya sambil menuruni pesawat. Dia tampak mengenakan kacamata hitam dan masker putih untuk menutup wajahnya dengan baik.Tatapan Audrey tertuju pada kota yang pernah ditinggalinya selama bertahun-tahun, tetapi kini malah terasa agak asing. Dia membatin dengan emosional, 'Akhirnya aku pulang.'Selama bertahun-tahun ini, Audrey mengira dirinya tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat ini lagi. Namun, perusahaan tempatnya bekerja menerima pesanan besar dari Slastin. Sebagai penduduk Slastin, Audrey tentu menjadi pilihan utama. Bosnya bahkan berjanji akan memberinya bonus besar.Audrey merasa ragu cukup lama karena tawaran ini. Apabila menerimanya, resumenya akan menjadi sempurna. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk kariernya di masa depan. Namun, begitu teringat dia mungkin akan bertemu dengan orang yang tidak diinginkan, Audrey lebih memilih untuk menyerah.Tanpa disangka, Audrey tiba-tiba mener
Dash masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi Christian khawatir bahwa Audrey akan mencemaskan kondisi di sini. Kemudian, dia mengulurkan tangannya untuk menarik Dash ke belakangnya sambil berkata, "Tenang saja, aku akan menjaga Dash dengan baik. Kamu kerja dengan baik di sana, tidak usah khawatir dengan situasi di sini."Dash yang ditarik pergi oleh Christian juga merasa kesal. Dia memicingkan matanya, lalu menimpali, "Tenang saja, Mama. Aku juga bisa menjaga Papa Christian di sini. Aku nggak akan membiarkan wanita di luar sana punya kesempatan untuk mendekatinya."Ucapan Dash membuat Audrey tak berdaya. Baru saja dia ingin menegur Dash untuk jangan berbicara sembarangan, Christian malah duluan menyelanya, "Audrey, kamu cepat cari taksi untuk pergi ke tempat Emilia. Kamu juga pasti sudah lelah setelah naik pesawat. Dash, ucapkan selamat tinggal pada Mama."Setelah keduanya berpamitan dengan Audrey, mereka pun mengakhiri panggilan tersebut. Mengingat pembicaraan mereka tadi di telepon, A
Hanya saja, Audrey sama sekali tidak merasa senang melihat hal ini. Nama "Zayden" terdengar bagaikan sebuah bencana baginya. Wajah Audrey yang tertutup masker pun sontak menjadi pucat. Dunia ini memang sangat sempit. Padahal Audrey hanya pulang untuk sementara, tak disangka dia malah bisa bertemu dengan Zayden.Audrey mengira bahwa kehidupannya di masa lalu telah berakhir. Namun saat mendengar nama Zayden, Audrey baru menyadari bahwa dia sama sekali tidak pernah melupakan kenangan pahit di masa lalu. Dia hanya memilih untuk tidak mengingatnya kembali. Audrey menundukkan kepalanya dan bergegas pergi sambil menarik kopernya.Pikirannya sangat kacau saat ini, langkah kakinya juga semakin cepat. Tanpa disengaja, dia menabrak seorang wanita yang sedang berjalan ke depan. Wanita itu tidak lain adalah Shania. Sebelum Audrey sempat berkata apa pun, Shania telah menatapnya dengan ekspresi cuek sambil menyindirnya, "Ada apa kamu ini? Kenapa penampilanmu mencurigakan begini, kamu melakukan kejaha
Audrey duduk di kursi penumpang di dalam taksi. Melihat Zayden pergi bersama Shania, debar jantung Audrey baru kembali tenang secara perlahan-lahan. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Zayden di tempat ini, sehingga dia panik sesaat dan melarikan diri.Namun, setelah menenangkan diri, Audrey baru menyadari bahwa reaksinya tadi terlalu berlebihan. Setelah sekian lama, Shania dan Zayden masih terus bersama-sama. Hal ini membuktikan bahwa kedua orang itulah yang seharusnya merupakan cinta sejati. Bisa jadi, Zayden mungkin saja sudah melupakan Audrey yang pernah bersamanya selama beberapa bulan itu. Jadi, mungkin tidak masalah kalau mereka bertemu kembali. Dia tidak perlu setakut ini.....Zayden hanya berdiri mematung, aura di sekitarnya terasa begitu menyedihkan. Beberapa tahun belakangan, Zayden mengira dirinya telah melupakan penderitaan yang ditimbulkan karena masalah itu. Tak disangka, berbagai kenangan kembali menghantuinya saat melihat sosok yang begitu mirip dengan Audrey tadi
Zayden duduk melamun di taman yang dingin itu. Langit mulai gelap, tetapi dia seakan-akan tidak menyadari waktu berlalu. Zayden hanya duduk bagaikan patung dan tidak bergerak sama sekali. Pelayan Keluarga Conner yang tersisa satu-satunya, Nani, datang untuk patroli harian seperti biasanya. Namun, saat melihat sebuah sosok di sana, Nani langsung terkejut. Setelah membelalakkan mata dan melihat dengan saksama, dia baru menyadari orang itu adalah Zayden.Nani menatapnya dengan tak berdaya. Dia telah bekerja sangat lama di tempat ini, tetapi Zayden tidak pernah membiarkannya campur tangan untuk mengurus taman ini. Awalnya Nani tidak mengerti mengapa orang sekaya Zayden ini mau mengurus taman sendiri. Namun, dia baru mengerti setelahnya bahwa ini adalah sebuah bentuk pelampiasan kerinduan bagi Zayden."Tuan Zayden, sudah malam sekarang. Tuan belum makan dan sekarang cuacanya sangat dingin. Sebaiknya Tuan kembali ke rumah sekarang, aku akan menyelesaikan sisa pekerjaan di sini."Zayden tidak
Audrey menarik kopernya, tiba di bawah rumah Emilia. Begitu membuka pintu mobil, Emilia langsung menghampiri Audrey dan memeluknya. Setelah bertahun-tahun, kedua orang ini tidak pernah putus komunikasi. Namun, mereka tidak bisa bertemu dan hanya bisa mengobrol melalui telepon. Jadi, tentu saja keduanya sangat menantikan pertemuan mereka kali ini.Setelah mengobrol sekejap, Audrey menceritakan jadwalnya dalam beberapa waktu ini. Mengetahui bahwa Audrey akan tinggal di sini cukup lama, Emilia merasa sangat gembira. Beberapa saat kemudian, Emilia baru melihat koper Audrey yang diletakkan di samping."Duh, aku terlalu senang sampai lupa menyuruhmu masuk." Emilia langsung menarik kopernya dan membawa Audrey masuk ke rumah. Setelah itu, dia menunjuk kamar yang bersih di samping dan berkata, "Audrey, kamu menginap di kamar ini saja. Lihat dulu apa kamu suka dengan dekorasinya?"Mengetahui kedatangan Audrey, Emilia telah membersihkan kamar itu terlebih dahulu dan mengubah dekorasinya sesuai de
Melihat bahwa Zayden akhirnya menghentikan aksinya yang menyiksa diri itu, Kenny bergegas mendesak Zayden untuk berganti pakaian. Setelah itu, mereka mengunjungi restoran yang paling disukai Audrey semasa hidupnya.Sejak Zayden mengetahui peristiwa tersebut, dia selalu datang ke restoran ini untuk makan. Lama kelamaan, Kenny juga menjadi pelanggan tetap di restoran itu. Oleh karena itu, Kenny pun langsung menuju ke tujuan sesuai kebiasaan.....Setelah tidur sejenak di kamar, Audrey mandi dan pikirannya juga sudah mulai bersemangat lagi. Ketika melihat waktu di jam sudah hampir tiba, Audrey berganti pakaian dan berjalan keluar. Emilia sudah menunggu di luar sejak tadi. Hanya saja, dia tidak tega membangunkan Audrey. Melihat Audrey sudah cukup beristirahat, Emilia berkata, "Ayo, aku sudah reservasi semuanya."Audrey mengangguk, lalu pergi ke restoran bersama Emilia. Saat duduk di ruang privat, Audrey menyadari bahwa restoran ini telah direnovasi sehingga tampilannya lebih baru. Sorot ma
Mendengar perkataan pria itu, Audrey menjadi agak canggung. Namun, memang dia yang tidak berhati-hati hingga menabrak pria itu. Oleh karena itu, Audrey buru-buru melepas tangannya. "Maaf, aku nggak perhatikan jalan sampai menabrakmu. Maaf."Audrey menundukkan kepalanya dan meminta maaf dengan tulus. Namun, setelah dia selesai bicara, pria itu tetap saja tidak bersuara. Audrey menjadi semakin canggung saat ini. Apa pria itu benar-benar sampai semarah ini?Ketika baru saja Audrey hendak bicara, dia langsung mendongak dan melihat wajah pria itu. Seketika, Audrey langsung membisu. Pria yang sedang menatapnya saat ini, siapa lagi kalau bukan Zayden?Audrey tertegun, tetapi dia tidak menyangka bisa begitu kebetulan bertemu dengan Zayden di tempat ini. Zayden masih sama seperti dulu. Wajahnya masih tetap tampan dan tiada cela. Namun, dibandingkan dengan lima tahun lalu, raut wajahnya tampak lebih kuyu dan depresi. Namun, semua itu tidak mengurangi ketampanannya, sebaliknya justru menambah seb