Mendengar perkataan pria itu, Audrey menjadi agak canggung. Namun, memang dia yang tidak berhati-hati hingga menabrak pria itu. Oleh karena itu, Audrey buru-buru melepas tangannya. "Maaf, aku nggak perhatikan jalan sampai menabrakmu. Maaf."Audrey menundukkan kepalanya dan meminta maaf dengan tulus. Namun, setelah dia selesai bicara, pria itu tetap saja tidak bersuara. Audrey menjadi semakin canggung saat ini. Apa pria itu benar-benar sampai semarah ini?Ketika baru saja Audrey hendak bicara, dia langsung mendongak dan melihat wajah pria itu. Seketika, Audrey langsung membisu. Pria yang sedang menatapnya saat ini, siapa lagi kalau bukan Zayden?Audrey tertegun, tetapi dia tidak menyangka bisa begitu kebetulan bertemu dengan Zayden di tempat ini. Zayden masih sama seperti dulu. Wajahnya masih tetap tampan dan tiada cela. Namun, dibandingkan dengan lima tahun lalu, raut wajahnya tampak lebih kuyu dan depresi. Namun, semua itu tidak mengurangi ketampanannya, sebaliknya justru menambah seb
Tamparan ini begitu kuat, bahkan sebelum Zayden sempat bereaksi, wajahnya telah dipukul hingga menoleh. "Apa hakmu mempertanyakan aku? Apa kamu masih mau membunuhku sekali lagi?" Ucapan Audrey yang penuh kebencian membuat Zayden melepaskan cengkeramannya tanpa sadar.Tangan Audrey juga terasa kebas karena tamparan itu. Tubuhnya gemetar hebat karena saking marahnya. Dia tidak pernah menyangka akan menampar Zayden. Namun, Audrey kehilangan kendali karena terlalu murka.Dalam hati, Audrey khawatir pria itu akan membalas dendam. Jadi, Audrey mengambil kesempatan untuk melarikan diri saat Zayden masih sedang terbengong. Teringat dengan tatapan Audrey yang begitu penuh dengan kebencian, Zayden hanya bisa mematung. Dia tidak tahu harus bagaimana bereaksi.Pada saat ini, Kenny yang menunggu Zayden terlalu lama di ruang privat itu pun keluar untuk mencarinya. Setelah berkeliling sejenak, Kenny akhirnya menemukan Zayden yang sedang berdiri mematung. Kenny mengerutkan keningnya melihat adegan ini
Ketika mengetahui bahwa Audrey telah pergi, Zayden merasa agak kecewa. Namun, dia langsung bersemangat kembali saat berkata, "Tolong putar rekaman kamera pengawas."Umumnya, rekaman kamera pengawas di restoran tidak akan ditunjukkan sembarangan kepada pengunjung. Namun karena Zayden yang telah memintanya, tidak ada orang yang berani menolak permintaan pria itu. Oleh karena itu, pihak restoran terpaksa menunjukkan rekaman kamera tersebut.Di ruang kamera pengawasan, Zayden terus mencari sosok Audrey. Dengan bantuan dari beberapa orang lainnya, mereka akhirnya berhasil menemukan Audrey. Saat melihat sosok Audrey yang muncul di layar kecil itu, untuk pertama kalinya Zayden merasa emosinya bergejolak melihat rekaman sederhana seperti ini.Seolah-olah telah terhipnotis, Zayden terus menatap wanita yang muncul di rekaman kamera pengawas itu tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali. Melihat penampilannya seperti ini, Kenny menghela napas tak berdaya.Kenny mengira bahwa setelah lima tahun b
Emilia sama sekali tidak percaya dengan ucapan Audrey. Dia menyentuh dagu Audrey untuk memastikan, suhu tubuhnya masih normal. Namun, Emilia bertanya dengan gugup, "Audrey, apa kamu ada masalah? Kulihat sepertinya raut wajahmu kurang bagus."Saat berada di restoran tadi, Emilia tidak banyak bertanya karena takut banyak masalah. Namun sekarang mereka sudah di rumah, Emilia tentu saja harus menanyakannya dengan jelas. Audrey mengatupkan bibirnya dan berkata dengan tatapan yang bingung, "Aku bertemu Zayden di restoran itu."Audrey langsung menceritakan semua kejadian yang terjadi kepada Emilia. Mendengar bahwa Audrey sempat bertemu dengan Zayden, Emilia juga terkejut. Slastin adalah salah satu kota terbesar di Negara Espington, sulit sekali untuk mencari seseorang di tempat seluas ini. Namun, kedua orang ini malah bisa bertemu. Bukankah semua ini terlalu kebetulan?Bahkan Emilia juga sangat kagum, apakah hubungan kedua orang ini benar-benar jodoh atau kutukan? Selama beberapa tahun ini, E
Sorot mata Audrey terlihat dingin saat mengatakan itu. Selama tinggal di luar negeri beberapa tahun ini, Audrey bukan hanya berkuliah dan bekerja, tetapi juga mempelajari Sanda dengan seorang pelatih wanita. Dia belajar banyak teknik bela diri darinya.Audrey pernah mencoba melawan seorang pria, tetapi pria itu tidak bisa menyakitinya. Sebaliknya, dia justru berhasil melancarkan serangan mendadak sampai membuat lawan kabur dengan menyedihkan.Audrey begitu pasif saat bertemu Zayden murni karena dirinya merasa panik. Pikirannya pun menjadi hampa, jadi dia melupakan segala hal yang telah dipelajarinya. Jika tidak, mana mungkin Zayden hanya ditampar sekali? Audrey pasti sudah menghajarnya habis-habisan.Emilia awalnya khawatir suasana hati Audrey menjadi buruk karena kejadian ini. Dia khawatir Audrey terkejut atau takut. Namun, ketika melihat sahabatnya ini tampak begitu tegar, Emilia seketika merasa lega. Sepertinya, Audrey tidak menyia-nyiakan 5 tahunnya. Dia bukan lagi wanita lemah sep
Caleb melakukan penyelidikan cukup lama, tetapi hanya mendapatkan beberapa informasi. Dia pun melapor, "Maaf, Tuan, waktu terlalu mendesak. Nona Audrey sepertinya juga menggunakan identitas lain supaya keberadaannya nggak terlacak. Aku hanya bisa mendapatkan beberapa informasi ini. Apa kita harus menggunakan metode lain?"Zayden mengernyit mendengarnya. Dia tidak terkejut dengan hasil ini. Audrey sudah bersusah payah melarikan diri darinya. Wanita ini tentu bersikap sangat hati-hati supaya identitasnya tidak terbongkar.Namun, mudah saja bagi perusahaan mereka untuk mengorek masa lalu seseorang. Hanya saja, kalau Audrey menyadari hal ini, takutnya dia akan membenci Zayden. Bagaimanapun, Zayden hanya bajingan keji di matanya sekarang ...."Tidak perlu diselidiki lagi. Kenapa dia tiba-tiba kembali ke Slastin?" tanya Zayden sembari menunduk."Nona Audrey tinggal di Negara Mrabac selama beberapa tahun ini. Dia kembali karena ada pekerjaan dari perusahaan, juga harus mengurus makam keluarga
Sesaat kemudian, suasana hati Audrey akhirnya sudah tenang. Dia bangkit dari ranjang, lalu berganti pakaian dan menaiki mobil ke desa.Sesuai dengan rute di ingatannya, Audrey menemukan makam kakek neneknya dengan cepat. Begitu melihat makam yang rusak karena tidak dirawat, dia tak kuasa teringat pada banyak hal di masa lalu.Kakek dan neneknya hanya memiliki ibunya sebagai seorang putri. Jadi, Audrey yang juga merupakan putri semata wayang begitu dimanjakan oleh mereka. Sejak kecil, dia selalu mendapatkan semua yang terbaik.Sayangnya, sebuah kecelakaan merenggut nyawa kakek dan neneknya. Tidak lama setelah itu, Michael juga memperlihatkan karakter aslinya.Ketika sang ibu masih menderita karena kehilangan orang tua, Michael malah membawa Maggie dan Yasmin ke rumah, bahkan memaksa Lara dan Audrey untuk meninggalkan Kediaman Conner.Setelah pindah ke luar negeri, Audrey mendengar bahwa Michael menjadi cacat karena suatu kejadian tidak terduga. Sementara itu, Maggie dipenjara karena mas
Hati Audrey dipenuhi kewaspadaan. Apakah pria ini masih belum puas dengan akhir sebelumnya? Zayden masih ingin menyiksanya?Di tempat sepi seperti ini, pikiran Audrey mulai menjalar ke mana-mana. Dia segera meletakkan satu tangan di belakang tubuhnya untuk mengambil pisau lipat kecil yang dipasang di gantungan kuncinya. Jika pria ini benar-benar melakukan sesuatu, Audrey akan mati bersamanya!Zayden bisa melihat kewaspadaan pada tatapan Audrey. Dia merasa sedih akan hal ini, apakah wanita ini begitu takut dan membencinya?"Audrey, tenanglah. Aku tidak berniat jahat," ucap Zayden dengan tulus sambil mengangkat tangannya untuk meredakan situasi.Ketika melihat Zayden yang tangan kosong dan berbicara jujur, Audrey menyahut, "Kalau begitu, kamu mundur! Mundur 3 meter!"Zayden merasa lucu melihatnya. Ketika melihat ekspresi serius Audrey, dia hanya tersenyum getir dan mundur. Setelah Audrey merasa aman, dia menatapnya sambil bertanya, "Begini sudah bisa?"Audrey sebenarnya ingin Zayden meni
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis