RAHASIA ISTRI BERCADARKU

RAHASIA ISTRI BERCADARKU

last updateLast Updated : 2025-04-25
By:  Aryan LeeUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
25views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang gadis yatim piatu bernama Yura berhasil merebut hati dan simpati Umi Hafsah--ustadzah yang ramah dan baik hati--hingga ia dijodohkan dengan putra sulungnya bernama Abidzar, seorang agen intelegen. Namun, setelah menikah Yura menunjukan sikap yang mencurigakan. Bahkan Abidzar justru menjadi target pembunuh bayaran, tetapi gagal? Sebenarnya, rahasia apa yang disembunyikan istri bercadar Abidzar itu?

View More

Chapter 1

Bab 1. Perkenalan

"Setiap manusia berhak untuk mendapatkan kesempatan bertobat. Tapi tidak berhak melakukan pembalasan dendam. Hanya Allah yang bisa menghakimi hamba-Nya dengan seadil mungkin," ujar Umi Hafsah mengakhiri kajian hari ini.

Para jemaah yang terdiri dari kaum hawa itu tampak mendengarkan dengan saksama. Mereka sangat berantusias sekali mengikuti tausiyah yang dibawakan oleh Umi Hafsah. Seorang Ustadzah yang bertutur kata lemah lembut, ramah, baik dan keibuan.

"Umi, pulang naik apa?" tanya seorang wanita berkerudung.

Sambil tersenyum Umi Hafsah menjawab, "Naik ojek."

"Mau bareng sama saya Umi, kebetulan kita searah!" ajak wanita berkerudung itu lagi.

"Terima kasih, lain waktu ya, Umi sudah pesan ojek online," tolak Umi Hafsah yang tidak mau merepotkan.

Wanita itu pun berpamitan, "Baiklah, kalau begitu saya duluan ya Umi!"

Biasanya Umi Hafsah, kalau sedang memberikan tausiyah diantar sama supir. Tapi sudah beberapa minggu ini pulang kampung, jadi terpaksa berangkat dan pulang sendiri.

Tiba-tiba orderan ojek Umi Hafsah dibatalkan oleh Driver. Ia segera memesan lagi, tetapi setelah menunggu cukup lama tidak juga dapat.

"Setelah pembegalan tempo hari, jarang ojek online yang mau masuk ke kampung ini Umi. Lebih baik Umi naik angkot saja dulu. Nanti di jalan besar baru pesan ojek online!" saran seorang ibu-ibu sekitar.

"Oh begitu, terima kasih atas informasinya Bu," ucap Umi Hafsah yang segera naik angkot bersama-sama warga lainnya.

Satu persatu penumpang turun, tinggal Umi Hafsah dan dua orang wanita lagi . Tiba-tiba seorang pria menodongkan pisau ke arah penumpang.

"Berhenti Pak Sopir. Cepat serahkan dompet, handphone, dan perhiasan kalian!" seru pencopet itu dengan lantang. Sehingga membuat korban ketakutkan.

"Astagfirullah alazim, silahkan ambil tapi jangan sakiti siapa pun!" ujar Umi Hafsah sambil memberikan dompetnya.

Setelah berhasil menggasak barang-barang pribadi penumpang, pencopet itu segera turun dari angkot. Akan tetapi, baru beberapa langkah, tiba-tiba seorang penumpang wanita yang memakai masker mengejarnya. Ia langsung melayangkan tendangan, hingga pencopet itu tersungkur.

"Kalau sayang sama nyawamu, kembalikan barang-barang kami!" ancam wanita itu yang sudah siap mengambil kuda-kuda.

"Perempuan kurang ajar, rasakan ini. Hiaat ....!" sahut pencopet itu yang segera menyerang sambil menyabetkan belati.

Akan tetapi, dengan dua kali gerakan saja. Pencopet itu berhasil dikalahkan dengan mudah. Bahkan dibuat tidak sadarkan diri di tempat.

Wanita yang memakai masker itu segera mengambil barang-barang yang dirampas pencopet tadi dan mengembalikan kepada pemiliknya.

"Terima kasih, siapa namamu Nak?" ucap Umi Hafsah dengan wajah yang tegang.

"Yura, Bu," jawab gadis itu sambil menyalami tangan Umi.

Pencopet itu dibawa ke kantor polisi oleh supir angkot dan Umi Hafsah diantar pulang oleh gadis yang menolongnya.

"Ayo silahkan masuk, jangan sungkan dan anggap rumah sendiri ya. Ibu mau bikin minum dulu!" ujar Umi Hafsah yang ingin menjamu tamunya.

Gadis bernama Yura menelisik depan rumah itu dengan saksama. Tempat tinggal yang sederhana, tapi memiliki teras yang cukup luas. Di pekarangan tumbuh subur pohon mangga, rambutan dan beberapa jenis bunga yang rindang. Sehingga membuat susana jadi sejuk dan asri. Ia merasakan rumah ini begitu tenangan dari tempat-tempat yang pernah disinggahi.

Tidak lama kemudian Umi Hafsah sudah kembali lagi. Sambil membawa dua gelas es teh manis dan stoples cemilan.

"Silahkan dicicipi!" ujar Umi Hafsah sambil duduk di samping gadis itu. "Oh ya, kamu dari dan mau ke mana?" tanyanya ingin tahu.

"Saya dari kampung Bu dan sedang mencari pekerjaan di Jakarta," jawab Yura yang membawa sebuah tas ransel, entah apa isinya.

Umi Hafsah kembali bertanya, "Punya saudara atau teman di sini?"

"Nggak ada, saya merantau sendirian, tapi belum dapat pekerjaan," jawab Yura kembali.

Umi Hafsah tampak mengangguk kecil, setelah sejenak berpikir kembali melanjutkan pembicaraan.

"Bagaimana untuk sementara waktu kamu bermalam di rumah ini, Umi tinggal sendirian?" Umi Hafsah menawarkan.

"Ibu tinggal sendiri di rumah sebesar ini?" tanya Yura tidak percaya.

Umi Hafsah tampak mengangguk dan menjelaskan, "Sebenarnya Umi punya tiga orang anak, laki-laki semua. Dua orang sudah menikah dan masing-masing sudah punya rumah sendiri, sedangkan yang paling sulung masih single dan jarang pulang. Makanya Umi memberikan tausiyah agar tidak jenuh di rumah. Ya Itung-itung cari bekal, kalau suatu saat dipanggil sama Allah."

"Kenapa Ibu tidak ditemani asisten, nanti kalau ada orang jahat kayak tadi lagi bagaimana?" tanya Yura dengan heran.

"Umi bingung mau melakukan apa kalau ada asisten, waktu jadi terasa lama. Soal orang jahat Umi yakin Allah pasti memberikan perlindungan untuk hamba-Nya. Seperti hari ini, pertolongan-Nya datang melalui kamu," jawab Umi Hafsah yang membuat Yura tampak tertegun mendengarnya.

Kata-kata Umi Hafsah telah membuat rasa bangga sebagai penyelamat di hati Yura seketika hancur. Seolah menamparnya kalau tidak ada kekuatan yang lebih hebat dari kekuasan-Nya.

"Bagaimana kamu mau nggak tinggal di rumah ini sama Umi?" tanya Umi Hafsah kembali.

"Terima kasih banyak, saya mau Bu," jawab Yura menerima tawaran itu.

"Alhamdulillah, maaf, apakah Umi boleh lihat wajah Yura?" sahut Umi Hafsah yang ingin mengenal gadis berpenampilan tomboi itu lebih jauh lagi.

Yura merasa tidak enak dan segera membuka masker yang dipakainya. Ia kemudian tersenyum sambil menatap Umi Hafsah.

"Masya Allah," ucap Umi Hafsah yang terpukau.

***

Hari demi hari berlalu Yura semakin betah tinggal di rumah Umi Hafsah. Ia belajar banyak dari wanita paruh baya itu. Mulai dari membantu melakukan pekerjaan rumah tangga sampai ilmu agama. Sifat keibuan Umi Hafsah membuat Yura nyaman, seolah mendapatkan kasih sayang seorang dari ibu kandung.

Sementara itu Umi Hafsah semakin menyayangi Yura. Apalagi setelah mendengar cerita kalau gadis itu yatim piatu dari kecil dan harus merantau ke Jakarta karena panti asuhannya kena gusur. Sehingga membuat keduanya semakin dekat. Seperti ibu dan anak kandung saja karena ke mana-mana selalu berdua. Bahkan gadis itu dibuatkan kartu tanda penduduk yang beralamatkan rumah Umi Hafsah.

"Umi, saya baru jadi mualaf. Tolong ajari saya agama islam lebih banyak lagi!" pinta Yura dengan penuh harap.

"Alhamdulillah, dengan senang hati Umi akan ajari kamu. Nanti habis salat magrib kita belajar ngaji ya!" sahut Umi Hafsah yang membuat Yura tersenyum senang.

Dengan sabar dan telaten, Umi Hafsah mengajarkan dasar-dasar agama islam, ilmu fiqih, tauhid dan cara membaca huruf-huruf hijayah. Yura juga sering dinasehati arti kesabaran, keikhlasan dan terutama dalam hal berbagi kepada sesama. Seperti hari ini ia sedang belajar mengaji dengan baik dan benar.

"Masya Allah, kamu pintar sekali Yura," puji Umi Hafsah yang semakin kagum dengan daya ingat gadis itu. Cuma sekali dijelaskan langsung cepat tanggap.

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar rumah.

"Waalaikumsalam," sahut Umi Hafsah yang sudah hafal dengan suara itu. "Kita sambung besok lagi ya Yura!" ujarnya kemudian. Ia segera membukakan pintu dan tersenyum melihat seorang pria berusia tiga puluh lima tahun.

Pria itu segera menyalami Umi Hafsah dan mendaratkan di dahinya. Ia kemudian melihat Yura yang sudah memakai masker dengan heran.

"Bodyguard Umi," bisik Umi Hafsah sambil tersenyum.

Sambil mengernyitkan dahinya pria itu menegaskan, "Tiba-tiba perasaan aku kok nggak enak ya Umi."

Umi Hafsah tampak terkekeh dan memanggil, "Yura, sini!"

Yura langsung menghampiri sambil menyahuti, "Saya Umi."

"Kenalkan ini putra sulung Umi, namanya Abidzar," ujar Umi Hafsah mengenalkan anak lelakinya.

"Yura," jawab gadis itu sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

Abidzar tampak tersenyum sehingga membuat pria dengan tubuh kekar dan tinggi 175 cm itu terlihat manis. Apalagi dengan brewok tipis membuatnya terlihat gagah.

"Yura kamu siapkan makan malam ya!" seru Umi Hafsah yang langsung dikerjakan oleh Yura.

"Serius, dia bodyguard Umi atau asisten baru?" tanya Abidzar menegaskan.

"Yura sudah yatim piatu dari kecil dan besar panti asuhan. Dia .... " Umi Hafsah menceritakan latar belakang Yura yang sangat memprihatinkan.

Setelah mendengar cerita ibunya, Abidzar bertanya, "Terus Umi mau mengangkatnya jadi anak?"

"Iya, tapi dengan menjadikannya menantu," jawab Umi Hafsah membuat Abidzar yang baru masuk ke rumah langsung terkejut.

BERSAMBUNG

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Bab 1. Perkenalan
"Setiap manusia berhak untuk mendapatkan kesempatan bertobat. Tapi tidak berhak melakukan pembalasan dendam. Hanya Allah yang bisa menghakimi hamba-Nya dengan seadil mungkin," ujar Umi Hafsah mengakhiri kajian hari ini. Para jemaah yang terdiri dari kaum hawa itu tampak mendengarkan dengan saksama. Mereka sangat berantusias sekali mengikuti tausiyah yang dibawakan oleh Umi Hafsah. Seorang Ustadzah yang bertutur kata lemah lembut, ramah, baik dan keibuan. "Umi, pulang naik apa?" tanya seorang wanita berkerudung. Sambil tersenyum Umi Hafsah menjawab, "Naik ojek." "Mau bareng sama saya Umi, kebetulan kita searah!" ajak wanita berkerudung itu lagi. "Terima kasih, lain waktu ya, Umi sudah pesan ojek online," tolak Umi Hafsah yang tidak mau merepotkan. Wanita itu pun berpamitan, "Baiklah, kalau begitu saya duluan ya Umi!" Biasanya Umi Hafsah, kalau sedang memberikan tausiyah diantar sama supir. Tapi sudah beberapa minggu ini pulang kampung, jadi terpaksa berangkat dan pulang sendir
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more
Bab 2. Keputusan
"Apa-apaan sih Umi, kami baru kenal dan --"Umi Hafsah langsung memotong, "Seminggu lagi puasa, Umi ingin ramadhan dan lebaran kali ini ada yang membantu memasak.""Ya, tapi nggak harus jadi istri aku juga kan," ujar Abidzar yang tidak mengerti jalan pikiran ibunya. "Nggak baik wanita dan pria bukan muhrim tinggal satu rumah, nanti jadi fitnah. Lagipula Yura itu cantik Abidzar. Pokoknya Umi mau dia jadi istri kamu!" desak Umi Hafsah setengah memaksa. Abidzar tampak mengacak rambutnya. Bagaimana mungkin ia menikah dengan gadis yang baru dikenalnya. "Umi, menikah itu perlu komitmen dari kedua belah pihak. Nggak bisa main paksa begini," ujar Abidzar memberikan pengertian. "Iya Umi tahu, mulai sekarang kalian langsung melakukan taaruf saja ya!" sahut Umi Hafsah yang segera menggandeng tangan putranya dan mengajak ke meja makan. "Ayo kita makan!" serunya sambil duduk. Yura tampak ragu membuka masker yang dipakainya. Ia merasa canggung sekali sambil sesekali melirik ke arah Umi Hafsah
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more
Bab 3. Aku Bukan Asisten
Beberapa hari menjelang puasa, Abidzar dan Yura melakukan ijab qabul secara sederhana di KUA setempat. Rencananya pesta pernikahan baru akan digelar setelah lebaran nanti sekalian halal bihalal. Bahkan adik-adik Abidzar tidak diberitahu. Semua Umi Hafsah yang mengatur, kedua mempelai tampak menurut saja. Setelah Yura resmi jadi menantunya, Umi Hafsah merasa tenang dan lega. Wajah wanita paruh baya itu bahkan tampak berseri-seri. Kini ia sudah siap, kapan pun dipanggil menghadap sang pencipta. Abidzar senang melihat ibunya sangat bahagia sekali. Sudah lama sekali Umi Hafsah tidak tersenyum seperti itu. "Ya Allah jika menikah dengan Yura membuat Umi bahagia, aku ikhlas menerima perjodohan ini. Tumbuhkanlah rasa cinta di hati kami, amin," lirih Abidzar di dalam hati sambil mengatur letak barang-barang di kamarnya karena mulai hari ini akan tidur bersama Yura. "Umi tahu kamu tidak mencintai Yura, tapi percayalah rasa itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu!" ujar Umi Hafsah sambil m
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more
Bab 4. Kakak Ipar
"Jadi seperti ini sikap kalian? Pantas tidak ada yang betah menemani Umi," sahut Abidzar sambil melangkah masuk. Dengan gugup Reyhan bertanya, "Kak, A-abid kapan pulang?" Mereka langsung menghampiri Abidzar dan hendak menyalami, tetapi pria itu menghindar dan mendekat ke arah Yura. "Jaga sikap dan mulutmu kalian, Yura adalah istriku!" ujar Abidzar yang membuat kedua adik dan iparnya tampak tercengang. "Maaf Kak, kami tidak tahu," ucap Reyhan dengan wajah yang langsung pucat. "Dek, masuk ke kamar nanti kalau Umi pulang baru ke luar!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Setelah Yura pergi, Abidzar kembali melanjutkan pembicaraan dengan kedua adiknya. "Dengarkan baik-baik, kalau datang ke sini kalian harus menghormati Yura dan jangan pernah berani menyakitinya dengan alasan apa pun. Ingat aku tahu apa yang kalian lakukan, meskipun mataku tidak ada di rumah ini!" Abidzar memberikan peringatan keras. "Baik Kak," sahut Reyhan dan Farid secara bersamaan. Abidzar kemudian m
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more
Bab 5. Jujur
"Salah satu teman Yura mau ketemu Umi, tapi aku bilang nggak bisa," jawab Yura tidak sepenuhnya jujur. Mendengar itu Umi Hafsah bertanya, "Kenapa nggak bisa?" "Karena aku sudah menikah Umi," jawab Yura yang merasa sudah tidak sebebas dulu lagi. "Kalau kamu mau ketemu teman ya boleh. Tapi bilang dulu sama suamimu, kalau nggak teman kamu suruh main ke sini saja!" sahut Umi Hafsah Mendengar itu Yura terlihat senang sekali dan bertanya, "Yang benar Umi, teman aku boleh main ke sini?" "Boleh dong, ini kan rumah Yura juga," sahut Umi Hafsah yang sudah menganggap Yura seperti putri kandungnya sendiri. "Ya sudah, mandi sana sebentar lagi magrib!" serunya kemudian. Malam pun tiba, sehabis salat magrib anak-anak mulai berdatangan ke rumah Umi Hafsah untuk belajar ngaji. Sementara itu Yura juga sedang diajari oleh Abidzar di dalam kamar. Pria bertubuh kekar itu tampak memperhatikan Yura dengan saksama. "Bagaimana Kak, sudah benar belum bacaan aku?" tanya Yura sambil menatap Abidzar. "Kak,
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more
Bab 6. Siapa orang itu?
Setelah mengantarkan Umi Hafsah pulang, Yura minta izin pergi ke mal untuk membeli barang pribadinya yang tidak ada di pasar. Akan tetapi, ia pergi ke salah satu apartemen elite yang berada di selatan Jakarta. "Akhirnya kamu datang juga," ujar wanita cantik dan seksi setelah membukakan pintu, kalau dilihat dari penampilannya seperti sosialita kalangan atas. "Waktuku tidak banyak cepat ceritakan!" seru Yura sambil duduk di sofa. Tanpa membuang waktu lagi, wanita seksi itu memberitahu informasi yang didapatkannya. Sementara itu Yura mendengarkan dengan saksama. "Orang ini yang namanya Baskoro, sepertinya dia memiliki banyak informasi yang kamu butuhkan. Tapi aku tidak tahu di mana dia sekarang berada," ujar wanita itu sambil memberikan selembar foto kepada Yura. "Pencarian ini semakin rumit saja," ujar Yura memberikan tanggapan. "Aku hanya bisa membantu sampai di sini saja, kalau mau lebih jelasnya kamu harus mencari tahu sendiri!" ujar wanita itu sambil menyarankan.
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more
Bab 6b. Hijrahnya Seorang Pendosa
Malam mulai merambat jauh ketika Yura menelisik ruang tamu dan keluarga dengan saksama. Mencari petunjuk yang terlewatkan, tetapi semua tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya itu seorang agen intelijen. Terlihat ketakutan yang semakin besar dari sorot matanya yang tajam. Ia merasa pernikahannya seperti bom waktu. Di mana suatu saat bisa menghancurkan segala mimpi, harapan dan tujuan hidupnya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Yura tidak mungkin mengakhiri pernikahannya begitu saja. Lagipula ia tidak mau kehilangan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya dari kecil. "Kamu mencari apa Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat Yura tampak bergeming. Yura tampak terkejut karena mengira ibu mertuanya sudah tidur. "Nggak apa-apa Umi, aku cuma heran kenapa tidak ada foto keluarga di rumah ini," jawab Yura yang tiba-tiba membuat Umi Hafsah langsung terdiam. Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat terdiam, ia kemudian
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more
Bab 7. Pengakuan
Keesokan harinya azan isya berkumandang syahdu, orang-orang muslim mulai berdatangan ke mesjid untuk melaksanakan salat taraweh. Untuk pertama kalinya Yura akan melaksanakan puasa di bulan ramadhan yang suci ini, bersama ibu mertua dan suaminya. Dari balik cadar yang menutupi wajahnya, Yura berkali-kali mengucap syukur, atas nikmat dan karunia Allah yang didapatkannya sekarang. Sungguh ia tidak pernah membayangkan bisa memiliki keluarga yang menyanyanginya dengan tulus. Setelah salat isya dan mendengarkan ceramah, Pak Ustad mulai mengucapkan takbir untuk mengimami para jamaah melaksanakan salat tarawih pada hari pertama. Tentu saja Yura sudah hafal dengan bacaan dan gerakannya. Gadis itu tampak fokus melakukannya sampai tidak terasa sudah sebelas rakaat. "Kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat mata Yura berkaca-kaca. Yura langsung memeluk ibu mertuanya seraya berkata, "Yura bahagia Umi, hati ini rasanya tenang sekali." "Alhamdulillah, kalau kita mau sela
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more
Bab 7b. Target
"Aku mau periksa pintu sudah dikunci atau belum, soalnya mau tidur!" jawab Yura terdengar masuk akal. "Ya sudah tidur saja duluan, biar nanti aku yang kunci!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Yura segera masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur, tetapi gagal. Ia terus teringat dengan percakapan Abidzar tadi. "Kenapa aku jadi mikirin ya, itu sudah tugasnya. Lagipula sudah lama bekerja di sana," batin Yura yang entah mengapa tiba-tiba jadi resah. Tidak lama kemudian Abidzar datang dan melihat Yura tengah tidur miring menghadap tembok. Ia kemudian merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Entah mengapa hatinya belakangan ini merasa gelisah. Seolah memberi tanda akan terjadi sesuatu. Ketika baru saja terpejam, Abidzar tiba-tiba terjaga. Ia tampak terkejut ketika tidak melihat Yura di sisinya. Dengan perlahan turun dari ranjang dan mencari istrinya itu. Abidzar melihat seseorang berpakaian ninja berada di kamar ibunya. "Yura, Umi?" panggil Abidzar sambil menghampiri.
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more
Bab 8. Pertarungan
Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa. Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar. "Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar. "Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar. Yura meli
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status