Home / Romansa / RAHASIA ISTRI BERCADARKU / Bab 3. Aku Bukan Asisten

Share

Bab 3. Aku Bukan Asisten

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2025-04-09 11:56:49

Beberapa hari menjelang puasa, Abidzar dan Yura melakukan ijab qabul secara sederhana di KUA setempat. Rencananya pesta pernikahan baru akan digelar setelah lebaran nanti sekalian halal bihalal. Bahkan adik-adik Abidzar tidak diberitahu. Semua Umi Hafsah yang mengatur, kedua mempelai tampak menurut saja.

Setelah Yura resmi jadi menantunya, Umi Hafsah merasa tenang dan lega. Wajah wanita paruh baya itu bahkan tampak berseri-seri. Kini ia sudah siap, kapan pun dipanggil menghadap sang pencipta.

Abidzar senang melihat ibunya sangat bahagia sekali. Sudah lama sekali Umi Hafsah tidak tersenyum seperti itu.

"Ya Allah jika menikah dengan Yura membuat Umi bahagia, aku ikhlas menerima perjodohan ini. Tumbuhkanlah rasa cinta di hati kami, amin," lirih Abidzar di dalam hati sambil mengatur letak barang-barang di kamarnya karena mulai hari ini akan tidur bersama Yura.

"Umi tahu kamu tidak mencintai Yura, tapi percayalah rasa itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu!" ujar Umi Hafsah sambil merapikan pakaian Abidzar agar ada tempat untuk baju Yura.

Abidzar menjawab, "Amin, insya Allah aku akan membimbingnya."

Mendengar itu Umi Hafsah tampak tersenyum, meskipun merasa sedikit takut Abidzar akan menyakiti Yura karena mereka bersatu bukan karena cinta, tetapi keinginannya.

"Aku akan menjadikan kamar Farid sebagai ruang kerjaku. Nanti aku yang bicara, kalau dia protes," ujar Abidzar sambil mengeluarkan meja dan kursi.

Setelah membantu Abidzar merapikan kamar, Umi Hafsah menemui Yura yang sedang menyetrika pakaian.

"Yur sekarang sudah jadi istri Abidzar, jadi tidak usah cari kerja lagi!" ujar Umi Hafsah sambil menyerahkan ATM yang selama ini dipegangnya.

Dengan heran Yura bertanya, "Ini ATM siapa Umi?"

"Punya Abidzar, tapi sekarang milik kamu juga. Semua gajinya di kirim ke sini mulai sekarang Yura yang mengatur keuangan di rumah ini ya!" ujar Umi Hafsah yang membuat Yura terkejut.

"Yura nggak mau, Umi lebih berhak dari pada aku!" Yura mengembalikan ATM itu.

Umi Hafsah menolaknya seraya berkata, "Anak laki-laki memang harus berbakti sama ibunya, tetapi untuk urusan nafkah istrinya jauh lebih berhak. Lagi pula Umi punya penghasilan sendiri untuk membeli keperluan pribadi."

Yura merasa sangat terharu mendengarnya. Jujur ia tidak berharap mendapatkan nafkah atau harta sedikit pun dari Abidzar. Yura hanya ingin membuat Umi Hafsah bahagia saja.

"Mulai nanti malam kamu tidur di kamar Abidzar ya!" ujar Umi Hafsah yang dijawab anggukan oleh Yura. "Umi mau siap-siap pengajian dulu ya!" sambungnya kemudian.

"Iya Umi," jawab Yura yang kembali melanjutkan menyetrika baju.

Tiba-tiba Abidzar datang sambil bertanya, "Umi, kemeja aku sudah disetrika belum?"

"Sudah Kak, yang mana?" jawab Yura sambil menunjuk setumpuk pakaian.

"Taruh saja di kamar, nanti aku pilih sendiri!" jawab Abidzar yang segera berlalu.

Selesai menyetrika baju, Yura segera membawa setumpuk pakaian ke kamar Abidzar dan meletakkannya di atas tempat tidur. Ia melihat kamar itu cukup rapi dengan wangi maskulin yang menyeruak indra penciumannya. Sebuah lemari berdiri kokoh di sebelah rak kecil berisi buku-buku.

"Kak, aku mau bicara!" ujar Yura ketika Abidzar masuk ke kamar.

Meskipun sudah menikah baik Abidzar dan Yura tidak banyak bicara. Bahkan keduanya tetap menjaga jarak, selayaknya dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah.

Sambil mengangguk Abidzar menyahuti, "Katakanlah!"

"Aku belum siap, tolong beri waktu untuk Kakak miliki setutuhnya!" pinta Yura sambil meremas ujung gamis berbordir itu dengan gusar.

"Kakak akan menunggu sampai kamu siap lahir dan batin." Abidzar ingin mengenal Yura lebih jauh lagi karena merasa pernikahan ini terlalu terburu-buru.

"Terima kasih Kak, tapi kita harus merahasiakan ini dari Umi!" ujar Yura yang dijawab anggukan oleh Abidzar.

"Kamu pasti tidur di kamar ini. Tapi maaf, kalau sering sendirian karena aku harus kerja," ujar Abidzar sebelum Yura kecewa.

Mendengar itu Yura pun bertanya, "Kalau boleh tahu, pekerjaan Kakak apa. Sampai jarang pulang dan sering meninggalkan Umi sendirian?"

"Memangnya Umi belum ngasih tahu kamu?" tanya Abidzar yang dijawab gelengan kepala oleh Yura. "Aku kerja sebagai agen--"

Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering. Menghentikan pembicaraan keduanya. Ternyata Abidzar menerima telepon dari seseorang.

"Kamu tanya sama Umi saja ya, kakak mau ke luar sebentar!" ujar Abid yang dijawab anggukan oleh Yura.

Yura juga bergegas ke luar dari kamar. Pada saat yang bersamaan Umi Hafsah sudah siap untuk berangkat pengajian.

"Yura, Umi mau penutupan pengajian RT dulu di mesjid," pamit Umi Hafsah.

"Iya Umi, mau aku antar?" tanya Yura yang siap menemani ibu mertuanya.

"Tidak usah dekat kok, kamu siapkan bahan-bahan buat masak saja. Besok kedua adik iparmu akan datang!" tolak Umi Hafsah dan berucap, "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," sahut Yura sambil mengantar Ibu mertuanya sampai teras.

Yura kemudian memandangi kepergian Umi Hafsah dengan perasaan campur aduk. Jujur pernikahannya dengan Abidzar membuat hatinya jadi tidak tenang. Ia takut suami dan Umi Hafsah tahu akan rahasia yang disembunyikannya selama ini. Baru saja gadis itu hendak masuk ke rumah, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil.

"Hei, buka pintu gerbang cepat!" seru seorang pengemudi dari dalam mobil.

Yura bergegas masuk ke rumah untuk mengambil cadar. Setelah memakainya, ia segera membuka pintu gerbang dan dua buah mobil mewah masuk ke garasi.

Beberapa orang turun dari kendaraan itu dan menghampiri Yura.

"Mbak asisten baru ya, pantes lama banget bukan gerbangnya!" omel seorang pria tampan berpakaian casual.

Seorang wanita cantik membuka bagasi mobil sambil berseru, "Mbak cepat bawa semua barang di sini!"

"Buah-buahan ini bawa juga ya dan tata di meja makan!" seru wanita yang memakai banyak emas itu.

Yura tampak mengangguk dan segera mengerjakan apa yang mereka suruh.

Dua pasang insan manusia itu segera masuk ke rumah. Meninggalkan Yura yang kerepotan membawa barang-barang dari bagasi mobil. Padahal kalau seorang saja membawa satu bungkusan pasti akan ringan.

"Cepat buatkan kami minuman dingin!" seru pria dengan yang memakai kaos dan celana pendek.

Yura langsung membuatkan seteko es teh manis dan menyuguhkannya untuk para tamu itu.

"Hei, kamu tahu nggak siapa kami?" tanya wanita cantik sambil menatap Yura dengan sinis.

"Maaf, saya tidak kenal karena baru sebulan tinggal di sini," jawab Yura dengan jujur.

"Kami itu majikan kamu, jadi nggak usah pakai cadar di hadapan kita, cepat buka!" seru wanita itu dengan ketus.

"Maaf, saya tidak bisa membuka cadar ini karena Kakak berdua bukan muhrimku," tolak Yura sambil melihat kedua pria itu secara bergantian.

Kedua pria itu tertawa mendengarnya dan seorang berkata dengan lantang, "Baru belajar islam ya?"

"Iya," jawab Yura sambil mengangguk.

"Oh pantes masih bodoh," hina wanita yang memakai perhiasan banyak sambil menghampiri. "Kamu itu pembantv jadi harus menunjukan wajah sama kami!" Ia langsung menjambak cadar yang menutupi wajah Yura.

Namun, dengan gerakan lebih cepat Yura segera menangkap tangan wanita itu.

"Jaga sikapmu, aku bukan asisten!" ancam Yura sambil mencengkeram dengan kuat.

"Sakit, lepasin!" lirih wanita itu sambil menarik tangannya.

"Heran deh Umi, kenapa mau memperkerjakan wanita kurang ajar seperti dia. Aku akan mengajarkannya sopan santun!" sahut pria berpakaian casual itu dengan geram.

Yura langsung mengambil ancang-ancang seraya berkata, "Kamu mau apa? Jangan macam-macam ya atau aku laporkan sama Umi!"

"Makin lancang saja mulutmu, rasakan ini!" pria yang memakai kaos tiba-tiba melempar pajangan dari kayu jati ke arah Yura.

Pada saat yang bersamaan sebuah buku melayang menyambar pajangan itu. Semua mata terbelalak melihat ke arah pintu. Di mana seseorang berdiri sambil menatap dengan tajam.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 4. Kakak Ipar

    "Jadi seperti ini sikap kalian? Pantas tidak ada yang betah menemani Umi," sahut Abidzar sambil melangkah masuk. Dengan gugup Reyhan bertanya, "Kak, A-abid kapan pulang?" Mereka langsung menghampiri Abidzar dan hendak menyalami, tetapi pria itu menghindar dan mendekat ke arah Yura. "Jaga sikap dan mulutmu kalian, Yura adalah istriku!" ujar Abidzar yang membuat kedua adik dan iparnya tampak tercengang. "Maaf Kak, kami tidak tahu," ucap Reyhan dengan wajah yang langsung pucat. "Dek, masuk ke kamar nanti kalau Umi pulang baru ke luar!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Setelah Yura pergi, Abidzar kembali melanjutkan pembicaraan dengan kedua adiknya. "Dengarkan baik-baik, kalau datang ke sini kalian harus menghormati Yura dan jangan pernah berani menyakitinya dengan alasan apa pun. Ingat aku tahu apa yang kalian lakukan, meskipun mataku tidak ada di rumah ini!" Abidzar memberikan peringatan keras. "Baik Kak," sahut Reyhan dan Farid secara bersamaan. Abidzar kemudian m

    Last Updated : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 5. Jujur

    "Salah satu teman Yura mau ketemu Umi, tapi aku bilang nggak bisa," jawab Yura tidak sepenuhnya jujur. Mendengar itu Umi Hafsah bertanya, "Kenapa nggak bisa?" "Karena aku sudah menikah Umi," jawab Yura yang merasa sudah tidak sebebas dulu lagi. "Kalau kamu mau ketemu teman ya boleh. Tapi bilang dulu sama suamimu, kalau nggak teman kamu suruh main ke sini saja!" sahut Umi Hafsah Mendengar itu Yura terlihat senang sekali dan bertanya, "Yang benar Umi, teman aku boleh main ke sini?" "Boleh dong, ini kan rumah Yura juga," sahut Umi Hafsah yang sudah menganggap Yura seperti putri kandungnya sendiri. "Ya sudah, mandi sana sebentar lagi magrib!" serunya kemudian. Malam pun tiba, sehabis salat magrib anak-anak mulai berdatangan ke rumah Umi Hafsah untuk belajar ngaji. Sementara itu Yura juga sedang diajari oleh Abidzar di dalam kamar. Pria bertubuh kekar itu tampak memperhatikan Yura dengan saksama. "Bagaimana Kak, sudah benar belum bacaan aku?" tanya Yura sambil menatap Abidzar. "Kak,

    Last Updated : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6. Siapa orang itu?

    Setelah mengantarkan Umi Hafsah pulang, Yura minta izin pergi ke mal untuk membeli barang pribadinya yang tidak ada di pasar. Akan tetapi, ia pergi ke salah satu apartemen elite yang berada di selatan Jakarta. "Akhirnya kamu datang juga," ujar wanita cantik dan seksi setelah membukakan pintu, kalau dilihat dari penampilannya seperti sosialita kalangan atas. "Waktuku tidak banyak cepat ceritakan!" seru Yura sambil duduk di sofa. Tanpa membuang waktu lagi, wanita seksi itu memberitahu informasi yang didapatkannya. Sementara itu Yura mendengarkan dengan saksama. "Orang ini yang namanya Baskoro, sepertinya dia memiliki banyak informasi yang kamu butuhkan. Tapi aku tidak tahu di mana dia sekarang berada," ujar wanita itu sambil memberikan selembar foto kepada Yura. "Pencarian ini semakin rumit saja," ujar Yura memberikan tanggapan. "Aku hanya bisa membantu sampai di sini saja, kalau mau lebih jelasnya kamu harus mencari tahu sendiri!" ujar wanita itu sambil menyarankan.

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6b. Hijrahnya Seorang Pendosa

    Malam mulai merambat jauh ketika Yura menelisik ruang tamu dan keluarga dengan saksama. Mencari petunjuk yang terlewatkan, tetapi semua tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya itu seorang agen intelijen. Terlihat ketakutan yang semakin besar dari sorot matanya yang tajam. Ia merasa pernikahannya seperti bom waktu. Di mana suatu saat bisa menghancurkan segala mimpi, harapan dan tujuan hidupnya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Yura tidak mungkin mengakhiri pernikahannya begitu saja. Lagipula ia tidak mau kehilangan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya dari kecil. "Kamu mencari apa Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat Yura tampak bergeming. Yura tampak terkejut karena mengira ibu mertuanya sudah tidur. "Nggak apa-apa Umi, aku cuma heran kenapa tidak ada foto keluarga di rumah ini," jawab Yura yang tiba-tiba membuat Umi Hafsah langsung terdiam. Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat terdiam, ia kemudian

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7. Pengakuan

    Keesokan harinya azan isya berkumandang syahdu, orang-orang muslim mulai berdatangan ke mesjid untuk melaksanakan salat taraweh. Untuk pertama kalinya Yura akan melaksanakan puasa di bulan ramadhan yang suci ini, bersama ibu mertua dan suaminya. Dari balik cadar yang menutupi wajahnya, Yura berkali-kali mengucap syukur, atas nikmat dan karunia Allah yang didapatkannya sekarang. Sungguh ia tidak pernah membayangkan bisa memiliki keluarga yang menyanyanginya dengan tulus. Setelah salat isya dan mendengarkan ceramah, Pak Ustad mulai mengucapkan takbir untuk mengimami para jamaah melaksanakan salat tarawih pada hari pertama. Tentu saja Yura sudah hafal dengan bacaan dan gerakannya. Gadis itu tampak fokus melakukannya sampai tidak terasa sudah sebelas rakaat. "Kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat mata Yura berkaca-kaca. Yura langsung memeluk ibu mertuanya seraya berkata, "Yura bahagia Umi, hati ini rasanya tenang sekali." "Alhamdulillah, kalau kita mau sela

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7b. Target

    "Aku mau periksa pintu sudah dikunci atau belum, soalnya mau tidur!" jawab Yura terdengar masuk akal. "Ya sudah tidur saja duluan, biar nanti aku yang kunci!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Yura segera masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur, tetapi gagal. Ia terus teringat dengan percakapan Abidzar tadi. "Kenapa aku jadi mikirin ya, itu sudah tugasnya. Lagipula sudah lama bekerja di sana," batin Yura yang entah mengapa tiba-tiba jadi resah. Tidak lama kemudian Abidzar datang dan melihat Yura tengah tidur miring menghadap tembok. Ia kemudian merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Entah mengapa hatinya belakangan ini merasa gelisah. Seolah memberi tanda akan terjadi sesuatu. Ketika baru saja terpejam, Abidzar tiba-tiba terjaga. Ia tampak terkejut ketika tidak melihat Yura di sisinya. Dengan perlahan turun dari ranjang dan mencari istrinya itu. Abidzar melihat seseorang berpakaian ninja berada di kamar ibunya. "Yura, Umi?" panggil Abidzar sambil menghampiri.

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 8. Pertarungan

    Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa. Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar. "Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar. "Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar. Yura meli

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 9. Penyusup

    "Kak Abid kenapa masuk ke kamarku?" tanya Yura yang membuat Abidzar mengernyitkan dahinya. Yura sadar kalau kamar ini milik Abidzar. Ia segera meralat ucapannya agar pria itu tidak tersinggung. "Maaf, maksudku Kak Abid tolong ke luar sebentar aku mau pakai baju!" ucap Yura yang jadi tidak enak hati. Abidzar tidak menyahuti dan segera membuka lemari. Setelah mengambil sesuatu, ia bergegas ke luar kamar tanpa menoleh ke arah Yura lagi. Yura tampak lega karena Abidzar tidak melihat luka di bahunya. Untung mereka sudah menikah, kalau orang asing sudah pasti Abidzar dihajar habis-habisan karena berani melihat tubuh Yura, meskipun memakai handuk. Yura segera mengambil kotak obat luka khusus miliknya. Setelah mengobati lukadan berpakain, ia kembali melanjutkan pekerjaannya tadi."Yura, sini Nak!" panggil Umi Hafsah dari dapur. "Iya Umi ada apa?" tanya Yura tanpa berani menatap mata ibu mertuanya itu. Umi Hafsah mengajak Yura duduk. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu dengan penuh ka

    Last Updated : 2025-04-25

Latest chapter

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 11. Bangunlah!

    "Ya Allah tolong selamatkan anakku!" pekik Umi Hafsah ketika mendapat kabar dari Farid kalau Abidzar tertembak dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Umi Hafsah sangat terpukul sekali karena takut akan kehilangan Abidzar untuk selama-lamanya. Tragedi itu persis seperti yang merenggut nyawa mendiang suaminya dulu. Sehingga membuatnya syok dan tidak sadarkan diri. "Umi!" teriak Farid dan Reyhan secara bersamaan dan segera menangkap tubuh ibu mereka, lalu membopongnya ke kamar. Tidak lama kemudian Yura pulang dan terkejut ketika melihat kedatangan kedua adik iparnya itu. "Kamu dari mana saja sih, kenapa ninggalin Umi sendirian di rumah?" tanya Farid dengan wajah yang tegang. "Aku habis jalan pagi, memangnya Umi kenapa?" jawab Yura sambil balik bertanya."Kak Abidzar tertembak ketika sedang bertugas dan sekarang Umi pingsan!" sahut Risa memberitahu. Mendengar itu Yura langsung masuk ke kamar Umi Hafsah. "Umi, bangun Umi!" ujar Reyhan sambil terisak di samping ibunya. "Ya Al

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 10. Insiden

    "Kak Abidzar," panggil Yura yang tidak percaya, kalau penyusup itu adalah suaminya sendiri. "Apa maksud semua ini?" tanya gadis itu dengan heran. Abidzar mendekati Yura seraya berkata,"Kamu mungkin bisa membohongi Umi dengan bilang dikejar anjing di gang codet, tapi tidak denganku. Ternyata kamu mahir beladiri kyokushin, pukulan dan tendangan yang sempurna. Tidak heran bisa mengalahkan lima berandalan gang codet dengan mudah. Siapa kamu sebenarnya Yura?" Yura tampak terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Sambil menenangkan dirinya ia menyahuti, "Aku dari kecil tinggal di panti asuhan, jadi harus bisa jaga diri sendiri.""Aku percaya, tapi gerakanmu sepertinya sudah terlatih sebagai petarung sejati, bukan sekedar untuk membela diri," ujar Abidzar yang sangat berhati--hati terhadap orang asing, meskipun sudah menjadi keluarganya sendiri. "Ya sudah, kalau Kakak tidak percaya!" jawab Yura sambil masuk ke rumah. Abidzar tampak menggeleng dan segera menyusul istrinya. "Aku buka

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 9. Penyusup

    "Kak Abid kenapa masuk ke kamarku?" tanya Yura yang membuat Abidzar mengernyitkan dahinya. Yura sadar kalau kamar ini milik Abidzar. Ia segera meralat ucapannya agar pria itu tidak tersinggung. "Maaf, maksudku Kak Abid tolong ke luar sebentar aku mau pakai baju!" ucap Yura yang jadi tidak enak hati. Abidzar tidak menyahuti dan segera membuka lemari. Setelah mengambil sesuatu, ia bergegas ke luar kamar tanpa menoleh ke arah Yura lagi. Yura tampak lega karena Abidzar tidak melihat luka di bahunya. Untung mereka sudah menikah, kalau orang asing sudah pasti Abidzar dihajar habis-habisan karena berani melihat tubuh Yura, meskipun memakai handuk. Yura segera mengambil kotak obat luka khusus miliknya. Setelah mengobati lukadan berpakain, ia kembali melanjutkan pekerjaannya tadi."Yura, sini Nak!" panggil Umi Hafsah dari dapur. "Iya Umi ada apa?" tanya Yura tanpa berani menatap mata ibu mertuanya itu. Umi Hafsah mengajak Yura duduk. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu dengan penuh ka

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 8. Pertarungan

    Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa. Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar. "Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar. "Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar. Yura meli

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7b. Target

    "Aku mau periksa pintu sudah dikunci atau belum, soalnya mau tidur!" jawab Yura terdengar masuk akal. "Ya sudah tidur saja duluan, biar nanti aku yang kunci!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Yura segera masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur, tetapi gagal. Ia terus teringat dengan percakapan Abidzar tadi. "Kenapa aku jadi mikirin ya, itu sudah tugasnya. Lagipula sudah lama bekerja di sana," batin Yura yang entah mengapa tiba-tiba jadi resah. Tidak lama kemudian Abidzar datang dan melihat Yura tengah tidur miring menghadap tembok. Ia kemudian merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Entah mengapa hatinya belakangan ini merasa gelisah. Seolah memberi tanda akan terjadi sesuatu. Ketika baru saja terpejam, Abidzar tiba-tiba terjaga. Ia tampak terkejut ketika tidak melihat Yura di sisinya. Dengan perlahan turun dari ranjang dan mencari istrinya itu. Abidzar melihat seseorang berpakaian ninja berada di kamar ibunya. "Yura, Umi?" panggil Abidzar sambil menghampiri.

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7. Pengakuan

    Keesokan harinya azan isya berkumandang syahdu, orang-orang muslim mulai berdatangan ke mesjid untuk melaksanakan salat taraweh. Untuk pertama kalinya Yura akan melaksanakan puasa di bulan ramadhan yang suci ini, bersama ibu mertua dan suaminya. Dari balik cadar yang menutupi wajahnya, Yura berkali-kali mengucap syukur, atas nikmat dan karunia Allah yang didapatkannya sekarang. Sungguh ia tidak pernah membayangkan bisa memiliki keluarga yang menyanyanginya dengan tulus. Setelah salat isya dan mendengarkan ceramah, Pak Ustad mulai mengucapkan takbir untuk mengimami para jamaah melaksanakan salat tarawih pada hari pertama. Tentu saja Yura sudah hafal dengan bacaan dan gerakannya. Gadis itu tampak fokus melakukannya sampai tidak terasa sudah sebelas rakaat. "Kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat mata Yura berkaca-kaca. Yura langsung memeluk ibu mertuanya seraya berkata, "Yura bahagia Umi, hati ini rasanya tenang sekali." "Alhamdulillah, kalau kita mau sela

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6b. Hijrahnya Seorang Pendosa

    Malam mulai merambat jauh ketika Yura menelisik ruang tamu dan keluarga dengan saksama. Mencari petunjuk yang terlewatkan, tetapi semua tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya itu seorang agen intelijen. Terlihat ketakutan yang semakin besar dari sorot matanya yang tajam. Ia merasa pernikahannya seperti bom waktu. Di mana suatu saat bisa menghancurkan segala mimpi, harapan dan tujuan hidupnya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Yura tidak mungkin mengakhiri pernikahannya begitu saja. Lagipula ia tidak mau kehilangan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya dari kecil. "Kamu mencari apa Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat Yura tampak bergeming. Yura tampak terkejut karena mengira ibu mertuanya sudah tidur. "Nggak apa-apa Umi, aku cuma heran kenapa tidak ada foto keluarga di rumah ini," jawab Yura yang tiba-tiba membuat Umi Hafsah langsung terdiam. Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat terdiam, ia kemudian

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6. Siapa orang itu?

    Setelah mengantarkan Umi Hafsah pulang, Yura minta izin pergi ke mal untuk membeli barang pribadinya yang tidak ada di pasar. Akan tetapi, ia pergi ke salah satu apartemen elite yang berada di selatan Jakarta. "Akhirnya kamu datang juga," ujar wanita cantik dan seksi setelah membukakan pintu, kalau dilihat dari penampilannya seperti sosialita kalangan atas. "Waktuku tidak banyak cepat ceritakan!" seru Yura sambil duduk di sofa. Tanpa membuang waktu lagi, wanita seksi itu memberitahu informasi yang didapatkannya. Sementara itu Yura mendengarkan dengan saksama. "Orang ini yang namanya Baskoro, sepertinya dia memiliki banyak informasi yang kamu butuhkan. Tapi aku tidak tahu di mana dia sekarang berada," ujar wanita itu sambil memberikan selembar foto kepada Yura. "Pencarian ini semakin rumit saja," ujar Yura memberikan tanggapan. "Aku hanya bisa membantu sampai di sini saja, kalau mau lebih jelasnya kamu harus mencari tahu sendiri!" ujar wanita itu sambil menyarankan.

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 5. Jujur

    "Salah satu teman Yura mau ketemu Umi, tapi aku bilang nggak bisa," jawab Yura tidak sepenuhnya jujur. Mendengar itu Umi Hafsah bertanya, "Kenapa nggak bisa?" "Karena aku sudah menikah Umi," jawab Yura yang merasa sudah tidak sebebas dulu lagi. "Kalau kamu mau ketemu teman ya boleh. Tapi bilang dulu sama suamimu, kalau nggak teman kamu suruh main ke sini saja!" sahut Umi Hafsah Mendengar itu Yura terlihat senang sekali dan bertanya, "Yang benar Umi, teman aku boleh main ke sini?" "Boleh dong, ini kan rumah Yura juga," sahut Umi Hafsah yang sudah menganggap Yura seperti putri kandungnya sendiri. "Ya sudah, mandi sana sebentar lagi magrib!" serunya kemudian. Malam pun tiba, sehabis salat magrib anak-anak mulai berdatangan ke rumah Umi Hafsah untuk belajar ngaji. Sementara itu Yura juga sedang diajari oleh Abidzar di dalam kamar. Pria bertubuh kekar itu tampak memperhatikan Yura dengan saksama. "Bagaimana Kak, sudah benar belum bacaan aku?" tanya Yura sambil menatap Abidzar. "Kak,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status