Home / Romansa / RAHASIA ISTRI BERCADARKU / Bab 8. Pertarungan

Share

Bab 8. Pertarungan

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2025-04-22 20:19:36

Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa.

Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar.

"Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura.

Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar.

"Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar.

Yura melihat Umi Hafsah sedang duduk di teras sambil memotong-motong daun pisang. Ia kemudian mendekati ibu mertuanya itu dan bertanya, "Umi sedang apa?"

"Umi mau bikin lontong buat buka puasa sama anak-anak pengajian. Nanti kita buat gorengan sama kolak juga," jawab Umi Hafsah memberitahu.

Yura kembali bertanya, "Aku boleh bantuin Umi?"

"Tentu saja, kamu potong-potong sayuran, pisang sama Ubi ya!" sahut Umi Hafsah yang segera dikerjakan oleh Yura.

Sambil menyiapkan bahan-bahan untuk membuat makanan buka puasa, Umi Hafsah memberikan nasihat-nasihat untuk Yura. Sehingga tanpa diberitahu Yura sudah bisa menebak, kalau Umi Hafsah suka berbagi terutama di bulan suci ramadhan.

"Bekal manusia untuk menghadap Allah itu cuma tiga. Satu salat, dua doa anak saleh dan terakhir ilmu yang bermanfaat!" ujar Umi Hafsah yang didengarkan dengan saksama oleh Yura.

Satu hal yang dikagumi Yura dari Umi Hafsah adalah tidak pernah menceritakan kesedihan dan kesusahannya. Selain itu selama tinggal bersama tidak pernah ia mendengar ibu mertuanya itu menjelek-jelekan atau keburukan orang lain. Pasti selalu kebaikan yang dibicarakan.

"Semua sayuran sudah di potong Umi, aku bantuin apa lagi?" tanya Yura kemudian.

"Kamu beli kelapa ya, tapi agak jauh di ujung jalan sana!" jawab Umi Hafsah sambil mengeluarkan uang berwarna hijau.

"Nggak usah Umi, pakai uang aku dulu saja!" tolak Yura sambil beranjak.

Mendengar itu Umi Hafsah berpesan, "Ya sudah, nanti sambil jalan tolong ingatkan anak-anak untuk buka puasa di sini!"

"Iya Umi, ada lagi yang aku harus beli selain kelapa?" tanya Yura sebelum berangkat.

"Sama gelas plastik sebungkus ya. Itu saja yang lainnya sudah beli di pasar kemarin!" sahut Umi Hafsah kemudian.

Yura segera melaksanakan perintah ibu mertuanya. Tidak lupa ia memberitahu anak-anak yang langsung bersorak riang mendengarnya. Memang hampir setiap hari selama ramadhan Umi Hafsah sering mengadakan buka puasa bersama di rumahnya.

Ternyata tempat menjual kelapa cukup jauh. Akan tetapi, Yura sengaja tidak naik ojek karena ingin menghafal jalan di sekitar rumah.

"Sepertinya lewat gang itu lebih cepat," ujar Yura sambil meniti jalan.

Baru saja memasuki gang itu, Yura melihat beberapa orang pemuda kampung sedang duduk.

"Eh lihat ada ninja lewat!" ujar seorang pria gondrong memberitahu teman-temannya.

"Pasti orang baru, jadinya berani lewat di gang ini," ujar seorang pria sambil mendekati Yura dan menyapa, "Hei Tante cantik, kenalan dong!"

"Maaf saya cuma mau lewat," ujar Yura sambil mempercepat langkahnya.

Namun, tiba-tiba pemuda dengan penampilan berantakan langsung mencegah jalan Yura.

"Nggak ada yang bisa lewat jalan ini tanpa izin dari kami!" ujar pria itu sambil menyeringai.

"Sejak kapan kalian menguasai jalan umum?" tanya Yura dengan berani.

"Berani juga lu ya, sepertinya Tante ini perlu diberi sedikit pelajaran. Bagaimana kalau kita kasih pengalaman yang tak akan terlupakan seumur hidup!" saran pria gondrong sambil tertawa.

Tiga orang pria itu segera mengepung Yura dan berniat melakukan perbuatan tidak baik.

Yura segera memasang kuda-kuda dan ketika seorang pria mencoba menarik cadarnya, ia langsung menghindar dan melakukan tendangan T yang membuat pria itu tersungkur.

"Kurang ajar, cepat hajar dia!" seru pria itu dengan bibir yang berdarah karena kena aspal.

Para lelaki lainnya serentak mengeroyok Yura. Lagi-lagi gadis itu bisa menghindar dan memberikan balasan sehingga terjadi perkelahian yang cukup sengit.

Sebenarnya Yura tidak mau melakukan kekerasan lagi. Akan tetapi, ia terpaksa untuk membela diri. Beberapa warga yang kebetulan lewat gang itu hanya menyaksikan perkelahuan itu. Tanpa ada yang berani melerainya karena takut jadi sasaran.

"Umi, Kakak Yula belantem di gang codet," ujar seorang anak kecil yang masih cadel memberitahu.

Umi Hafsah tampak terkejut mendengarnya dan berucap, "Astagfirullahalazim, Abidzar tolong istrimu, Nak!" Ia segera masuk ke rumah untuk membangunkan putranya yang sedang tidur siang.

Abidzar langsung melonjak kaget ketika mendengar suara ibunya yang panik.

"Ada apa Umi?" tanya Abidzar yang selalu sigap.

"Selamatkan Yura di gang codet Nak!" jawab Umi Hafsah dengan khawatir.

Tanpa banyak bertanya Abidzar langsung mengganti sarung dengan celana panjang. Setelah itu bergegas meluncur ke tempat yang disebutkan tadi.

Semua orang juga tahu, kalau gang codet itu rawan dari dulu. Padahal Abidzar pernah menangkap ketua gengnya dan membersihkan tempat itu. Entah mengapa sekarang jadi tidak aman lagi.

Tidak lama setelah Abidzar pergi, dari arah berlawanan Yura pulang sambil membawa pesanan Umi Hafsah yaitu kelapa parut dan gelas plastik.

"Yura kamu tidak apa-apa?" tanya Umi Hafsah dengan cemas.

"Aku baik-baik saja Umi, memangnya kenapa?" jawab Yura sambil balik bertanya.

"Tadi kata anak kecil kamu berantem di gang codet," jawab Umi Hafsah.

Mendengar itu Yura menyakinkan ibu mertuanya, "Nggak kok Umi, tadi aku cuma dikejar guguk terus lari deh. Oh ya ini kelapanya mau dibuat apa Umi?" Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Syukurlah, Umi lega jadinya. Diperas Nak, nanti air santannya buat bikin kolak!" ujar Umi Hafsah yang sudah tidak cemas lagi.

Yura segera memeras kelapa di dapur sambil menenangkan diri. Tidak lama kemudian Abidzar pulang dan bicara dengan Umi Hafsah yang berada di teras. Gadis itu terdiam melihat ibu dan anak itu sambil menerka apa yang mereka bicarakan.

"Jangan-jangan Umi menyuruh Kak Abid menyusulku?" terka Yura kembali fokus memeras santan ketika suaminya masuk ke rumah.

Ketika melewati dapur, Abidzar hanya menoleh ke arah Yura yang sedang membelakanginya. Ia kemudian masuk ke ruang kerjanya dan tidak ke luar lagi.

"Syukurlah Kak Abid tidak menghampiriku.

Semoga saja dia tidak tahu kejadian yang sebenarnya," ujar Yura yang tidak mau ditanya-tanya soal perkelahian tadi. Apalagi sampai Abidzar bilang sama Umi. Bisa ketahuan kalau ia tadi berbohong.

Setelah memeras santan, Yura bergegas masuk ke kamar. Ia segera masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah oleh keringat. Gadis itu tampak menyeringis kesakitan karena bahunya tergores sabetan senjata tajam. Memang lukanya tidak dalam, tetapi cukup perih. Kalau tidak ingat sedang puasa, sudah habis para berandalan itu dibuatnya babak belur tadi.

Dengan tubuh yang hanya berbalut handuk Yura ke luar dari kamar mandi. Ia langsung bergeming, ketika melihat seseorang sudah berada di dalam kamar dan sedang menatapnya dengan tajam. Gadis itu langsung mengeratkan handuk dengan jantung yang berdetak sangat cepat.

"Kau..."

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 9. Penyusup

    "Kak Abid kenapa masuk ke kamarku?" tanya Yura yang membuat Abidzar mengernyitkan dahinya. Yura sadar kalau kamar ini milik Abidzar. Ia segera meralat ucapannya agar pria itu tidak tersinggung. "Maaf, maksudku Kak Abid tolong ke luar sebentar aku mau pakai baju!" ucap Yura yang jadi tidak enak hati. Abidzar tidak menyahuti dan segera membuka lemari. Setelah mengambil sesuatu, ia bergegas ke luar kamar tanpa menoleh ke arah Yura lagi. Yura tampak lega karena Abidzar tidak melihat luka di bahunya. Untung mereka sudah menikah, kalau orang asing sudah pasti Abidzar dihajar habis-habisan karena berani melihat tubuh Yura, meskipun memakai handuk. Yura segera mengambil kotak obat luka khusus miliknya. Setelah mengobati lukadan berpakain, ia kembali melanjutkan pekerjaannya tadi."Yura, sini Nak!" panggil Umi Hafsah dari dapur. "Iya Umi ada apa?" tanya Yura tanpa berani menatap mata ibu mertuanya itu. Umi Hafsah mengajak Yura duduk. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu dengan penuh ka

    Last Updated : 2025-04-25
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 10. Insiden

    "Kak Abidzar," panggil Yura yang tidak percaya, kalau penyusup itu adalah suaminya sendiri. "Apa maksud semua ini?" tanya gadis itu dengan heran. Abidzar mendekati Yura seraya berkata,"Kamu mungkin bisa membohongi Umi dengan bilang dikejar anjing di gang codet, tapi tidak denganku. Ternyata kamu mahir beladiri kyokushin, pukulan dan tendangan yang sempurna. Tidak heran bisa mengalahkan lima berandalan gang codet dengan mudah. Siapa kamu sebenarnya Yura?" Yura tampak terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Sambil menenangkan dirinya ia menyahuti, "Aku dari kecil tinggal di panti asuhan, jadi harus bisa jaga diri sendiri.""Aku percaya, tapi gerakanmu sepertinya sudah terlatih sebagai petarung sejati, bukan sekedar untuk membela diri," ujar Abidzar yang sangat berhati--hati terhadap orang asing, meskipun sudah menjadi keluarganya sendiri. "Ya sudah, kalau Kakak tidak percaya!" jawab Yura sambil masuk ke rumah. Abidzar tampak menggeleng dan segera menyusul istrinya. "Aku buka

    Last Updated : 2025-04-27
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 11. Bangunlah!

    "Ya Allah tolong selamatkan anakku!" pekik Umi Hafsah ketika mendapat kabar dari Farid kalau Abidzar tertembak dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Umi Hafsah sangat terpukul sekali karena takut akan kehilangan Abidzar untuk selama-lamanya. Tragedi itu persis seperti yang merenggut nyawa mendiang suaminya dulu. Sehingga membuatnya syok dan tidak sadarkan diri. "Umi!" teriak Farid dan Reyhan secara bersamaan dan segera menangkap tubuh ibu mereka, lalu membopongnya ke kamar. Tidak lama kemudian Yura pulang dan terkejut ketika melihat kedatangan kedua adik iparnya itu. "Kamu dari mana saja sih, kenapa ninggalin Umi sendirian di rumah?" tanya Farid dengan wajah yang tegang. "Aku habis jalan pagi, memangnya Umi kenapa?" jawab Yura sambil balik bertanya."Kak Abidzar tertembak ketika sedang bertugas dan sekarang Umi pingsan!" sahut Risa memberitahu. Mendengar itu Yura langsung masuk ke kamar Umi Hafsah. "Umi, bangun Umi!" ujar Reyhan sambil terisak di samping ibunya. "Ya Al

    Last Updated : 2025-04-28
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 1. Perkenalan

    "Setiap manusia berhak untuk mendapatkan kesempatan bertobat. Tapi tidak berhak melakukan pembalasan dendam. Hanya Allah yang bisa menghakimi hamba-Nya dengan seadil mungkin," ujar Umi Hafsah mengakhiri kajian hari ini. Para jemaah yang terdiri dari kaum hawa itu tampak mendengarkan dengan saksama. Mereka sangat berantusias sekali mengikuti tausiyah yang dibawakan oleh Umi Hafsah. Seorang Ustadzah yang bertutur kata lemah lembut, ramah, baik dan keibuan. "Umi, pulang naik apa?" tanya seorang wanita berkerudung. Sambil tersenyum Umi Hafsah menjawab, "Naik ojek." "Mau bareng sama saya Umi, kebetulan kita searah!" ajak wanita berkerudung itu lagi. "Terima kasih, lain waktu ya, Umi sudah pesan ojek online," tolak Umi Hafsah yang tidak mau merepotkan. Wanita itu pun berpamitan, "Baiklah, kalau begitu saya duluan ya Umi!" Biasanya Umi Hafsah, kalau sedang memberikan tausiyah diantar sama supir. Tapi sudah beberapa minggu ini pulang kampung, jadi terpaksa berangkat dan pulang sendir

    Last Updated : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 2. Keputusan

    "Apa-apaan sih Umi, kami baru kenal dan --"Umi Hafsah langsung memotong, "Seminggu lagi puasa, Umi ingin ramadhan dan lebaran kali ini ada yang membantu memasak.""Ya, tapi nggak harus jadi istri aku juga kan," ujar Abidzar yang tidak mengerti jalan pikiran ibunya. "Nggak baik wanita dan pria bukan muhrim tinggal satu rumah, nanti jadi fitnah. Lagipula Yura itu cantik Abidzar. Pokoknya Umi mau dia jadi istri kamu!" desak Umi Hafsah setengah memaksa. Abidzar tampak mengacak rambutnya. Bagaimana mungkin ia menikah dengan gadis yang baru dikenalnya. "Umi, menikah itu perlu komitmen dari kedua belah pihak. Nggak bisa main paksa begini," ujar Abidzar memberikan pengertian. "Iya Umi tahu, mulai sekarang kalian langsung melakukan taaruf saja ya!" sahut Umi Hafsah yang segera menggandeng tangan putranya dan mengajak ke meja makan. "Ayo kita makan!" serunya sambil duduk. Yura tampak ragu membuka masker yang dipakainya. Ia merasa canggung sekali sambil sesekali melirik ke arah Umi Hafsah

    Last Updated : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 3. Aku Bukan Asisten

    Beberapa hari menjelang puasa, Abidzar dan Yura melakukan ijab qabul secara sederhana di KUA setempat. Rencananya pesta pernikahan baru akan digelar setelah lebaran nanti sekalian halal bihalal. Bahkan adik-adik Abidzar tidak diberitahu. Semua Umi Hafsah yang mengatur, kedua mempelai tampak menurut saja. Setelah Yura resmi jadi menantunya, Umi Hafsah merasa tenang dan lega. Wajah wanita paruh baya itu bahkan tampak berseri-seri. Kini ia sudah siap, kapan pun dipanggil menghadap sang pencipta. Abidzar senang melihat ibunya sangat bahagia sekali. Sudah lama sekali Umi Hafsah tidak tersenyum seperti itu. "Ya Allah jika menikah dengan Yura membuat Umi bahagia, aku ikhlas menerima perjodohan ini. Tumbuhkanlah rasa cinta di hati kami, amin," lirih Abidzar di dalam hati sambil mengatur letak barang-barang di kamarnya karena mulai hari ini akan tidur bersama Yura. "Umi tahu kamu tidak mencintai Yura, tapi percayalah rasa itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu!" ujar Umi Hafsah sambil m

    Last Updated : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 4. Kakak Ipar

    "Jadi seperti ini sikap kalian? Pantas tidak ada yang betah menemani Umi," sahut Abidzar sambil melangkah masuk. Dengan gugup Reyhan bertanya, "Kak, A-abid kapan pulang?" Mereka langsung menghampiri Abidzar dan hendak menyalami, tetapi pria itu menghindar dan mendekat ke arah Yura. "Jaga sikap dan mulutmu kalian, Yura adalah istriku!" ujar Abidzar yang membuat kedua adik dan iparnya tampak tercengang. "Maaf Kak, kami tidak tahu," ucap Reyhan dengan wajah yang langsung pucat. "Dek, masuk ke kamar nanti kalau Umi pulang baru ke luar!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Setelah Yura pergi, Abidzar kembali melanjutkan pembicaraan dengan kedua adiknya. "Dengarkan baik-baik, kalau datang ke sini kalian harus menghormati Yura dan jangan pernah berani menyakitinya dengan alasan apa pun. Ingat aku tahu apa yang kalian lakukan, meskipun mataku tidak ada di rumah ini!" Abidzar memberikan peringatan keras. "Baik Kak," sahut Reyhan dan Farid secara bersamaan. Abidzar kemudian m

    Last Updated : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 5. Jujur

    "Salah satu teman Yura mau ketemu Umi, tapi aku bilang nggak bisa," jawab Yura tidak sepenuhnya jujur. Mendengar itu Umi Hafsah bertanya, "Kenapa nggak bisa?" "Karena aku sudah menikah Umi," jawab Yura yang merasa sudah tidak sebebas dulu lagi. "Kalau kamu mau ketemu teman ya boleh. Tapi bilang dulu sama suamimu, kalau nggak teman kamu suruh main ke sini saja!" sahut Umi Hafsah Mendengar itu Yura terlihat senang sekali dan bertanya, "Yang benar Umi, teman aku boleh main ke sini?" "Boleh dong, ini kan rumah Yura juga," sahut Umi Hafsah yang sudah menganggap Yura seperti putri kandungnya sendiri. "Ya sudah, mandi sana sebentar lagi magrib!" serunya kemudian. Malam pun tiba, sehabis salat magrib anak-anak mulai berdatangan ke rumah Umi Hafsah untuk belajar ngaji. Sementara itu Yura juga sedang diajari oleh Abidzar di dalam kamar. Pria bertubuh kekar itu tampak memperhatikan Yura dengan saksama. "Bagaimana Kak, sudah benar belum bacaan aku?" tanya Yura sambil menatap Abidzar. "Kak,

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 11. Bangunlah!

    "Ya Allah tolong selamatkan anakku!" pekik Umi Hafsah ketika mendapat kabar dari Farid kalau Abidzar tertembak dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Umi Hafsah sangat terpukul sekali karena takut akan kehilangan Abidzar untuk selama-lamanya. Tragedi itu persis seperti yang merenggut nyawa mendiang suaminya dulu. Sehingga membuatnya syok dan tidak sadarkan diri. "Umi!" teriak Farid dan Reyhan secara bersamaan dan segera menangkap tubuh ibu mereka, lalu membopongnya ke kamar. Tidak lama kemudian Yura pulang dan terkejut ketika melihat kedatangan kedua adik iparnya itu. "Kamu dari mana saja sih, kenapa ninggalin Umi sendirian di rumah?" tanya Farid dengan wajah yang tegang. "Aku habis jalan pagi, memangnya Umi kenapa?" jawab Yura sambil balik bertanya."Kak Abidzar tertembak ketika sedang bertugas dan sekarang Umi pingsan!" sahut Risa memberitahu. Mendengar itu Yura langsung masuk ke kamar Umi Hafsah. "Umi, bangun Umi!" ujar Reyhan sambil terisak di samping ibunya. "Ya Al

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 10. Insiden

    "Kak Abidzar," panggil Yura yang tidak percaya, kalau penyusup itu adalah suaminya sendiri. "Apa maksud semua ini?" tanya gadis itu dengan heran. Abidzar mendekati Yura seraya berkata,"Kamu mungkin bisa membohongi Umi dengan bilang dikejar anjing di gang codet, tapi tidak denganku. Ternyata kamu mahir beladiri kyokushin, pukulan dan tendangan yang sempurna. Tidak heran bisa mengalahkan lima berandalan gang codet dengan mudah. Siapa kamu sebenarnya Yura?" Yura tampak terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Sambil menenangkan dirinya ia menyahuti, "Aku dari kecil tinggal di panti asuhan, jadi harus bisa jaga diri sendiri.""Aku percaya, tapi gerakanmu sepertinya sudah terlatih sebagai petarung sejati, bukan sekedar untuk membela diri," ujar Abidzar yang sangat berhati--hati terhadap orang asing, meskipun sudah menjadi keluarganya sendiri. "Ya sudah, kalau Kakak tidak percaya!" jawab Yura sambil masuk ke rumah. Abidzar tampak menggeleng dan segera menyusul istrinya. "Aku buka

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 9. Penyusup

    "Kak Abid kenapa masuk ke kamarku?" tanya Yura yang membuat Abidzar mengernyitkan dahinya. Yura sadar kalau kamar ini milik Abidzar. Ia segera meralat ucapannya agar pria itu tidak tersinggung. "Maaf, maksudku Kak Abid tolong ke luar sebentar aku mau pakai baju!" ucap Yura yang jadi tidak enak hati. Abidzar tidak menyahuti dan segera membuka lemari. Setelah mengambil sesuatu, ia bergegas ke luar kamar tanpa menoleh ke arah Yura lagi. Yura tampak lega karena Abidzar tidak melihat luka di bahunya. Untung mereka sudah menikah, kalau orang asing sudah pasti Abidzar dihajar habis-habisan karena berani melihat tubuh Yura, meskipun memakai handuk. Yura segera mengambil kotak obat luka khusus miliknya. Setelah mengobati lukadan berpakain, ia kembali melanjutkan pekerjaannya tadi."Yura, sini Nak!" panggil Umi Hafsah dari dapur. "Iya Umi ada apa?" tanya Yura tanpa berani menatap mata ibu mertuanya itu. Umi Hafsah mengajak Yura duduk. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu dengan penuh ka

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 8. Pertarungan

    Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa. Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar. "Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar. "Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar. Yura meli

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7b. Target

    "Aku mau periksa pintu sudah dikunci atau belum, soalnya mau tidur!" jawab Yura terdengar masuk akal. "Ya sudah tidur saja duluan, biar nanti aku yang kunci!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Yura segera masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur, tetapi gagal. Ia terus teringat dengan percakapan Abidzar tadi. "Kenapa aku jadi mikirin ya, itu sudah tugasnya. Lagipula sudah lama bekerja di sana," batin Yura yang entah mengapa tiba-tiba jadi resah. Tidak lama kemudian Abidzar datang dan melihat Yura tengah tidur miring menghadap tembok. Ia kemudian merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Entah mengapa hatinya belakangan ini merasa gelisah. Seolah memberi tanda akan terjadi sesuatu. Ketika baru saja terpejam, Abidzar tiba-tiba terjaga. Ia tampak terkejut ketika tidak melihat Yura di sisinya. Dengan perlahan turun dari ranjang dan mencari istrinya itu. Abidzar melihat seseorang berpakaian ninja berada di kamar ibunya. "Yura, Umi?" panggil Abidzar sambil menghampiri.

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7. Pengakuan

    Keesokan harinya azan isya berkumandang syahdu, orang-orang muslim mulai berdatangan ke mesjid untuk melaksanakan salat taraweh. Untuk pertama kalinya Yura akan melaksanakan puasa di bulan ramadhan yang suci ini, bersama ibu mertua dan suaminya. Dari balik cadar yang menutupi wajahnya, Yura berkali-kali mengucap syukur, atas nikmat dan karunia Allah yang didapatkannya sekarang. Sungguh ia tidak pernah membayangkan bisa memiliki keluarga yang menyanyanginya dengan tulus. Setelah salat isya dan mendengarkan ceramah, Pak Ustad mulai mengucapkan takbir untuk mengimami para jamaah melaksanakan salat tarawih pada hari pertama. Tentu saja Yura sudah hafal dengan bacaan dan gerakannya. Gadis itu tampak fokus melakukannya sampai tidak terasa sudah sebelas rakaat. "Kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat mata Yura berkaca-kaca. Yura langsung memeluk ibu mertuanya seraya berkata, "Yura bahagia Umi, hati ini rasanya tenang sekali." "Alhamdulillah, kalau kita mau sela

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6b. Hijrahnya Seorang Pendosa

    Malam mulai merambat jauh ketika Yura menelisik ruang tamu dan keluarga dengan saksama. Mencari petunjuk yang terlewatkan, tetapi semua tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya itu seorang agen intelijen. Terlihat ketakutan yang semakin besar dari sorot matanya yang tajam. Ia merasa pernikahannya seperti bom waktu. Di mana suatu saat bisa menghancurkan segala mimpi, harapan dan tujuan hidupnya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Yura tidak mungkin mengakhiri pernikahannya begitu saja. Lagipula ia tidak mau kehilangan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya dari kecil. "Kamu mencari apa Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat Yura tampak bergeming. Yura tampak terkejut karena mengira ibu mertuanya sudah tidur. "Nggak apa-apa Umi, aku cuma heran kenapa tidak ada foto keluarga di rumah ini," jawab Yura yang tiba-tiba membuat Umi Hafsah langsung terdiam. Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat terdiam, ia kemudian

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6. Siapa orang itu?

    Setelah mengantarkan Umi Hafsah pulang, Yura minta izin pergi ke mal untuk membeli barang pribadinya yang tidak ada di pasar. Akan tetapi, ia pergi ke salah satu apartemen elite yang berada di selatan Jakarta. "Akhirnya kamu datang juga," ujar wanita cantik dan seksi setelah membukakan pintu, kalau dilihat dari penampilannya seperti sosialita kalangan atas. "Waktuku tidak banyak cepat ceritakan!" seru Yura sambil duduk di sofa. Tanpa membuang waktu lagi, wanita seksi itu memberitahu informasi yang didapatkannya. Sementara itu Yura mendengarkan dengan saksama. "Orang ini yang namanya Baskoro, sepertinya dia memiliki banyak informasi yang kamu butuhkan. Tapi aku tidak tahu di mana dia sekarang berada," ujar wanita itu sambil memberikan selembar foto kepada Yura. "Pencarian ini semakin rumit saja," ujar Yura memberikan tanggapan. "Aku hanya bisa membantu sampai di sini saja, kalau mau lebih jelasnya kamu harus mencari tahu sendiri!" ujar wanita itu sambil menyarankan.

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 5. Jujur

    "Salah satu teman Yura mau ketemu Umi, tapi aku bilang nggak bisa," jawab Yura tidak sepenuhnya jujur. Mendengar itu Umi Hafsah bertanya, "Kenapa nggak bisa?" "Karena aku sudah menikah Umi," jawab Yura yang merasa sudah tidak sebebas dulu lagi. "Kalau kamu mau ketemu teman ya boleh. Tapi bilang dulu sama suamimu, kalau nggak teman kamu suruh main ke sini saja!" sahut Umi Hafsah Mendengar itu Yura terlihat senang sekali dan bertanya, "Yang benar Umi, teman aku boleh main ke sini?" "Boleh dong, ini kan rumah Yura juga," sahut Umi Hafsah yang sudah menganggap Yura seperti putri kandungnya sendiri. "Ya sudah, mandi sana sebentar lagi magrib!" serunya kemudian. Malam pun tiba, sehabis salat magrib anak-anak mulai berdatangan ke rumah Umi Hafsah untuk belajar ngaji. Sementara itu Yura juga sedang diajari oleh Abidzar di dalam kamar. Pria bertubuh kekar itu tampak memperhatikan Yura dengan saksama. "Bagaimana Kak, sudah benar belum bacaan aku?" tanya Yura sambil menatap Abidzar. "Kak,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status