Share

Bab 4. Kakak Ipar

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2025-04-09 12:01:57

"Jadi seperti ini sikap kalian? Pantas tidak ada yang betah menemani Umi," sahut Abidzar sambil melangkah masuk.

Dengan gugup Reyhan bertanya, "Kak, A-abid kapan pulang?"

Mereka langsung menghampiri Abidzar dan hendak menyalami, tetapi pria itu menghindar dan mendekat ke arah Yura.

"Jaga sikap dan mulutmu kalian, Yura adalah istriku!" ujar Abidzar yang membuat kedua adik dan iparnya tampak tercengang.

"Maaf Kak, kami tidak tahu," ucap Reyhan dengan wajah yang langsung pucat.

"Dek, masuk ke kamar nanti kalau Umi pulang baru ke luar!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura.

Setelah Yura pergi, Abidzar kembali melanjutkan pembicaraan dengan kedua adiknya.

"Dengarkan baik-baik, kalau datang ke sini kalian harus menghormati Yura dan jangan pernah berani menyakitinya dengan alasan apa pun. Ingat aku tahu apa yang kalian lakukan, meskipun mataku tidak ada di rumah ini!" Abidzar memberikan peringatan keras.

"Baik Kak," sahut Reyhan dan Farid secara bersamaan.

Abidzar kemudian meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke kamarnya.

"Kalau tahu begini aku tidak datang ke rumah Umi," gerutu Farid yang hampir saja melakukan kesalahan fatal.

"Kok kita nggak diberi tahu, kalau Kak Abid sudah menikah?" tanya Reyhan dengan heran.

Santi istri Reyhan menyahuti, "Kita tunggu Umi pulang saja!"

Sejam kemudian, Umi Hafsah pulang sambil mengucapkan salam, "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Reyhan dan Farid secara bersamaan.

"Umi, kenapa nggak kasih tahu kami kalau Kak Abid sudah menikah?" tanya Reyhan sambil memeluk ibunya dengan hangat.

"Umi memang mau bilang, tapi tunggu kalian datang. Mereka cuma nikah di KUA saja, nanti habis lebaran baru diramaikan!" ujar Umi Hafsah menjelaskan. "Yura!" panggilanya pelan, tetapi cukup terdengar jelas.

Tidak lama kemudian Yura datang langsung menghampiri dan menyalami ibu mertuanya.

"Kenalkan adik iparmu ini Farid dan istrinya Risa, kalau yang ini Reyhan dan istrinya Santi," ujar Umi Hafsah yang membuat anak dan menantunya saling bersalaman. "Yura memang lebih muda dari kalian, tapi dia istri Kak Abid. Jadi kalian harus menghormatinya sebagai Kakak ipar!" pesannya kemudian.

"Apakah Umi yang mencarikan istri buat Kak Abid?" tebak Farid yang dijawab anggukan oleh Umi Hafsah.

Umi Hafsah kemudian bertanya kepada Yura, "Suamimu di mana Nak?"

"Lagi tidur Umi," jawab Yura.

"Ya sudah, pasti dia habis piket. Sebagai keluarga mereka perlu mengenal wajah kamu Yura. Sekarang perlihatkan kepada mereka!" ujar Umi Hafsah memberikan izin.

Yura sempat ragu, tetapi sebagai keluarga mereka perlu mengenal secara pisik. Jika sewaktu-waktu terhadi hal yang tidak terduga.

Reyhan, Farid dan istri mereka tampak tertegun melihat wajah Yura yang memiliki kecantikan alami tanpa polesan make up sedikitpun. Matanya tidak terlalu indah, tetapi tajam dan memiliki retina berwarna hazel yang unik. Bibir kecil dan hidung yang terbilang cukup mancung.

"Sudah cukup!" seru Umi Hafsah yang membuat Yura segera memakai cadarnya lagi. "Kalian kenapa datang sekarang katanya lusa, sekalian buka puasa pertama di sini?" tanyanya kemudian.

"Maaf, Umi kan sekarang sudah ada yang menemani, jadi gantian aku mau buka puasa pertama di rumah keluarga Risa," jawab Farid sebagai anak kedua.

"Aku juga Umi, di kantor lagi banyak kerjaan jadi datang sekarang. Kabari saja puasa bersama di rumah ini kapan!" jawab Reyhan menimpali.

Umi Hafsah tampak menghela nafas panjang dan menyahuti, "Ya sudah, bagaimana baiknya saja!"

"Ayo kita makan, aku sudah beli lauk. Biar Umi nggak cape-cape masak!" ajak Santi dengan lemah lembut.

Risa juga ikut menimpali, "Aku juga sudah beli buah dan kue kesukaan Umi. Sekalian sembako buka puasa nanti!"

"Alhamdulillah dan terima kasih," sahut Umi Hafsah dengan penuh syukur.

Mereka kemudian saling meminta maaf sebelum puasa dan setelah itu makan bersama. Santi dan Risa sesekali saling pandang dengan tatapan sinis melihat Umi Hafsah begitu dekat dengan Yura. Mereka tampak tidak suka sekali karena belum pernah diperlakukan seperti itu.

Tanpa ada yang menyadari dari balik cadarnya Yura tersenyum. Tentu saja ia tahu mana orang-orang baik dan munafik.

Menjelang sore kedua anak dan menantu Umi Hafsah baru pulang. Mereka tidak jadi menginap karena sudah ada Yura, jadi Umi Hafsah tidak terlalu kesepian seperti dulu.

"Apa yang telah mereka katakan dan lakukan sama kamu Yura?" tanya Umi Hafsah dengan serius.

"Mereka tidak melakukan apa pun Umi," jawab Yura berbohong.

Umi Hafsah menatap Yura dengan saksama dan berkata, "Abid belum pernah tidur, kalau kedua adiknya datang, meskipun dia sangat ngantuk sekali. Suamimu sedang marah Yura, sebagai seorang ibu, Umi minta maaf ya, kalau kedatangan mereka tidak berkenan di hatimu."

Yura langsung memeluk Umi Hafsah dan berkata, "Aku tidak apa-apa Umi. Wajar kalau mereka tadi sempat tidak sopan karena tidak tahu, kalau aku istri Kak Abid."

Umi Hafsah membalas pelukan Yura dengan hangat. Jujur di antara para menantunya, entah mengapa ia lebih dekat dengan gadis itu padahal mereka baru kenal.

"Terima kasih atas pengertianmu Nak. Sekarang bawakan makan untuk suamimu ya!" sahutnya yang dijawab anggukan oleh Yura.

Yura segera membawakan makanan dan minuman ke kamar untuk Abid. Benar saja suaminya itu tidak tidur dan sedang sibuk membaca buku.

"Kenapa kamu diam saja dan tidak memberitahu mereka?" tanya Abidzar tanpa menoleh.

"Aku nggak enak Kak, karena merasa lebih muda dan .... "

"Seharusnya kamu katakan saja, kalau tadi aku tidak pulang nggak tahu jawab apa sama Umi," sahut Abidzar yang tidak mau lalai menjaga istrinya.

"Kalau kakak tidak datang, sudah habis kubuat mereka babak belur tadi," jawab Yura di dalam hati. "Kak, aku mau bantu Umi ya," pamitnya yang dijawab anggukan oleh Abidzar.

Selain suka memberikan tausiyah, Umi Hafsah juga mengajar anak-anak ngaji setiap habis magrib sampai isya di teras rumahnya yang cukup luas.

Ketika sedang menggelar karpet, tiba-tiba ponsel Yura berdering. Ia segera masuk ke gudang seolah mengambil karpet lagi.

"Kita harus ketemu, aku ada info penting untukmu!" ujar seseorang dari seberang sana.

"Di mana?" tanya Yura dengan penasaran.

"Di night club, malam ini," jawab orang itu.

Yura menghela nafas panjang dan menyahuti, "Cari tempat lain, aku sudah hijrah jadi tidak mau datang ke tempat seperti itu lagi!"

"Ya sudah, kamu saja yang tentukan tempatnya!" sahut orang itu.

Belum sempat menyahuti lagi, tiba-tiba terdengar seseorang memangil dari depan pintu gudang.

"Yura, kamu ada di dalam?" tanya Umi Hafsah.

Yura segera mengakhiri panggilan itu dan membukakan pintu.

"Iya Umi aku di sini, itu habis beresin karpet yang berantakan," jawab Yura sambil menenangkan diri.

"Kamu tadi bicara sama siapa Nak?" tanya Umi Hafsah sambil menatap Yura dengan saksama.

Yura terdiam sambil mencari jawaban yang logis. Umi Hafsah tidak boleh tahu, siapa yang menghubungi nya tadi. Akan tetapi, ia tidak biasa berbohong.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 5. Jujur

    "Salah satu teman Yura mau ketemu Umi, tapi aku bilang nggak bisa," jawab Yura tidak sepenuhnya jujur. Mendengar itu Umi Hafsah bertanya, "Kenapa nggak bisa?" "Karena aku sudah menikah Umi," jawab Yura yang merasa sudah tidak sebebas dulu lagi. "Kalau kamu mau ketemu teman ya boleh. Tapi bilang dulu sama suamimu, kalau nggak teman kamu suruh main ke sini saja!" sahut Umi Hafsah Mendengar itu Yura terlihat senang sekali dan bertanya, "Yang benar Umi, teman aku boleh main ke sini?" "Boleh dong, ini kan rumah Yura juga," sahut Umi Hafsah yang sudah menganggap Yura seperti putri kandungnya sendiri. "Ya sudah, mandi sana sebentar lagi magrib!" serunya kemudian. Malam pun tiba, sehabis salat magrib anak-anak mulai berdatangan ke rumah Umi Hafsah untuk belajar ngaji. Sementara itu Yura juga sedang diajari oleh Abidzar di dalam kamar. Pria bertubuh kekar itu tampak memperhatikan Yura dengan saksama. "Bagaimana Kak, sudah benar belum bacaan aku?" tanya Yura sambil menatap Abidzar. "Kak,

    Last Updated : 2025-04-09
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6. Siapa orang itu?

    Setelah mengantarkan Umi Hafsah pulang, Yura minta izin pergi ke mal untuk membeli barang pribadinya yang tidak ada di pasar. Akan tetapi, ia pergi ke salah satu apartemen elite yang berada di selatan Jakarta. "Akhirnya kamu datang juga," ujar wanita cantik dan seksi setelah membukakan pintu, kalau dilihat dari penampilannya seperti sosialita kalangan atas. "Waktuku tidak banyak cepat ceritakan!" seru Yura sambil duduk di sofa. Tanpa membuang waktu lagi, wanita seksi itu memberitahu informasi yang didapatkannya. Sementara itu Yura mendengarkan dengan saksama. "Orang ini yang namanya Baskoro, sepertinya dia memiliki banyak informasi yang kamu butuhkan. Tapi aku tidak tahu di mana dia sekarang berada," ujar wanita itu sambil memberikan selembar foto kepada Yura. "Pencarian ini semakin rumit saja," ujar Yura memberikan tanggapan. "Aku hanya bisa membantu sampai di sini saja, kalau mau lebih jelasnya kamu harus mencari tahu sendiri!" ujar wanita itu sambil menyarankan.

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6b. Hijrahnya Seorang Pendosa

    Malam mulai merambat jauh ketika Yura menelisik ruang tamu dan keluarga dengan saksama. Mencari petunjuk yang terlewatkan, tetapi semua tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya itu seorang agen intelijen. Terlihat ketakutan yang semakin besar dari sorot matanya yang tajam. Ia merasa pernikahannya seperti bom waktu. Di mana suatu saat bisa menghancurkan segala mimpi, harapan dan tujuan hidupnya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Yura tidak mungkin mengakhiri pernikahannya begitu saja. Lagipula ia tidak mau kehilangan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya dari kecil. "Kamu mencari apa Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat Yura tampak bergeming. Yura tampak terkejut karena mengira ibu mertuanya sudah tidur. "Nggak apa-apa Umi, aku cuma heran kenapa tidak ada foto keluarga di rumah ini," jawab Yura yang tiba-tiba membuat Umi Hafsah langsung terdiam. Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat terdiam, ia kemudian

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7. Pengakuan

    Keesokan harinya azan isya berkumandang syahdu, orang-orang muslim mulai berdatangan ke mesjid untuk melaksanakan salat taraweh. Untuk pertama kalinya Yura akan melaksanakan puasa di bulan ramadhan yang suci ini, bersama ibu mertua dan suaminya. Dari balik cadar yang menutupi wajahnya, Yura berkali-kali mengucap syukur, atas nikmat dan karunia Allah yang didapatkannya sekarang. Sungguh ia tidak pernah membayangkan bisa memiliki keluarga yang menyanyanginya dengan tulus. Setelah salat isya dan mendengarkan ceramah, Pak Ustad mulai mengucapkan takbir untuk mengimami para jamaah melaksanakan salat tarawih pada hari pertama. Tentu saja Yura sudah hafal dengan bacaan dan gerakannya. Gadis itu tampak fokus melakukannya sampai tidak terasa sudah sebelas rakaat. "Kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat mata Yura berkaca-kaca. Yura langsung memeluk ibu mertuanya seraya berkata, "Yura bahagia Umi, hati ini rasanya tenang sekali." "Alhamdulillah, kalau kita mau sela

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7b. Target

    "Aku mau periksa pintu sudah dikunci atau belum, soalnya mau tidur!" jawab Yura terdengar masuk akal. "Ya sudah tidur saja duluan, biar nanti aku yang kunci!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Yura segera masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur, tetapi gagal. Ia terus teringat dengan percakapan Abidzar tadi. "Kenapa aku jadi mikirin ya, itu sudah tugasnya. Lagipula sudah lama bekerja di sana," batin Yura yang entah mengapa tiba-tiba jadi resah. Tidak lama kemudian Abidzar datang dan melihat Yura tengah tidur miring menghadap tembok. Ia kemudian merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Entah mengapa hatinya belakangan ini merasa gelisah. Seolah memberi tanda akan terjadi sesuatu. Ketika baru saja terpejam, Abidzar tiba-tiba terjaga. Ia tampak terkejut ketika tidak melihat Yura di sisinya. Dengan perlahan turun dari ranjang dan mencari istrinya itu. Abidzar melihat seseorang berpakaian ninja berada di kamar ibunya. "Yura, Umi?" panggil Abidzar sambil menghampiri.

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 8. Pertarungan

    Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa. Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar. "Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar. "Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar. Yura meli

    Last Updated : 2025-04-22
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 9. Penyusup

    "Kak Abid kenapa masuk ke kamarku?" tanya Yura yang membuat Abidzar mengernyitkan dahinya. Yura sadar kalau kamar ini milik Abidzar. Ia segera meralat ucapannya agar pria itu tidak tersinggung. "Maaf, maksudku Kak Abid tolong ke luar sebentar aku mau pakai baju!" ucap Yura yang jadi tidak enak hati. Abidzar tidak menyahuti dan segera membuka lemari. Setelah mengambil sesuatu, ia bergegas ke luar kamar tanpa menoleh ke arah Yura lagi. Yura tampak lega karena Abidzar tidak melihat luka di bahunya. Untung mereka sudah menikah, kalau orang asing sudah pasti Abidzar dihajar habis-habisan karena berani melihat tubuh Yura, meskipun memakai handuk. Yura segera mengambil kotak obat luka khusus miliknya. Setelah mengobati lukadan berpakain, ia kembali melanjutkan pekerjaannya tadi."Yura, sini Nak!" panggil Umi Hafsah dari dapur. "Iya Umi ada apa?" tanya Yura tanpa berani menatap mata ibu mertuanya itu. Umi Hafsah mengajak Yura duduk. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu dengan penuh ka

    Last Updated : 2025-04-25
  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 10. Insiden

    "Kak Abidzar," panggil Yura yang tidak percaya, kalau penyusup itu adalah suaminya sendiri. "Apa maksud semua ini?" tanya gadis itu dengan heran. Abidzar mendekati Yura seraya berkata,"Kamu mungkin bisa membohongi Umi dengan bilang dikejar anjing di gang codet, tapi tidak denganku. Ternyata kamu mahir beladiri kyokushin, pukulan dan tendangan yang sempurna. Tidak heran bisa mengalahkan lima berandalan gang codet dengan mudah. Siapa kamu sebenarnya Yura?" Yura tampak terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Sambil menenangkan dirinya ia menyahuti, "Aku dari kecil tinggal di panti asuhan, jadi harus bisa jaga diri sendiri.""Aku percaya, tapi gerakanmu sepertinya sudah terlatih sebagai petarung sejati, bukan sekedar untuk membela diri," ujar Abidzar yang sangat berhati--hati terhadap orang asing, meskipun sudah menjadi keluarganya sendiri. "Ya sudah, kalau Kakak tidak percaya!" jawab Yura sambil masuk ke rumah. Abidzar tampak menggeleng dan segera menyusul istrinya. "Aku buka

    Last Updated : 2025-04-27

Latest chapter

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 11. Bangunlah!

    "Ya Allah tolong selamatkan anakku!" pekik Umi Hafsah ketika mendapat kabar dari Farid kalau Abidzar tertembak dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Umi Hafsah sangat terpukul sekali karena takut akan kehilangan Abidzar untuk selama-lamanya. Tragedi itu persis seperti yang merenggut nyawa mendiang suaminya dulu. Sehingga membuatnya syok dan tidak sadarkan diri. "Umi!" teriak Farid dan Reyhan secara bersamaan dan segera menangkap tubuh ibu mereka, lalu membopongnya ke kamar. Tidak lama kemudian Yura pulang dan terkejut ketika melihat kedatangan kedua adik iparnya itu. "Kamu dari mana saja sih, kenapa ninggalin Umi sendirian di rumah?" tanya Farid dengan wajah yang tegang. "Aku habis jalan pagi, memangnya Umi kenapa?" jawab Yura sambil balik bertanya."Kak Abidzar tertembak ketika sedang bertugas dan sekarang Umi pingsan!" sahut Risa memberitahu. Mendengar itu Yura langsung masuk ke kamar Umi Hafsah. "Umi, bangun Umi!" ujar Reyhan sambil terisak di samping ibunya. "Ya Al

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 10. Insiden

    "Kak Abidzar," panggil Yura yang tidak percaya, kalau penyusup itu adalah suaminya sendiri. "Apa maksud semua ini?" tanya gadis itu dengan heran. Abidzar mendekati Yura seraya berkata,"Kamu mungkin bisa membohongi Umi dengan bilang dikejar anjing di gang codet, tapi tidak denganku. Ternyata kamu mahir beladiri kyokushin, pukulan dan tendangan yang sempurna. Tidak heran bisa mengalahkan lima berandalan gang codet dengan mudah. Siapa kamu sebenarnya Yura?" Yura tampak terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. Sambil menenangkan dirinya ia menyahuti, "Aku dari kecil tinggal di panti asuhan, jadi harus bisa jaga diri sendiri.""Aku percaya, tapi gerakanmu sepertinya sudah terlatih sebagai petarung sejati, bukan sekedar untuk membela diri," ujar Abidzar yang sangat berhati--hati terhadap orang asing, meskipun sudah menjadi keluarganya sendiri. "Ya sudah, kalau Kakak tidak percaya!" jawab Yura sambil masuk ke rumah. Abidzar tampak menggeleng dan segera menyusul istrinya. "Aku buka

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 9. Penyusup

    "Kak Abid kenapa masuk ke kamarku?" tanya Yura yang membuat Abidzar mengernyitkan dahinya. Yura sadar kalau kamar ini milik Abidzar. Ia segera meralat ucapannya agar pria itu tidak tersinggung. "Maaf, maksudku Kak Abid tolong ke luar sebentar aku mau pakai baju!" ucap Yura yang jadi tidak enak hati. Abidzar tidak menyahuti dan segera membuka lemari. Setelah mengambil sesuatu, ia bergegas ke luar kamar tanpa menoleh ke arah Yura lagi. Yura tampak lega karena Abidzar tidak melihat luka di bahunya. Untung mereka sudah menikah, kalau orang asing sudah pasti Abidzar dihajar habis-habisan karena berani melihat tubuh Yura, meskipun memakai handuk. Yura segera mengambil kotak obat luka khusus miliknya. Setelah mengobati lukadan berpakain, ia kembali melanjutkan pekerjaannya tadi."Yura, sini Nak!" panggil Umi Hafsah dari dapur. "Iya Umi ada apa?" tanya Yura tanpa berani menatap mata ibu mertuanya itu. Umi Hafsah mengajak Yura duduk. Lalu ia menggenggam tangan gadis itu dengan penuh ka

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 8. Pertarungan

    Menjalankan puasa untuk pertama kali memang berat bagi yang belum pernah melaksanakannya. Waktu akan terasa lama dan melelahkan. Bahkan sebagian orang memilih untuk tidur atau memperbanyak melakukan ibadah, tetapi ada juga yang beraktivitas seperti biasa. Sementara itu Yura justru mengisi waktu luang untuk terus melatih bacaan alqurannya sehabis salat subuh dengan bimbingan Abidzar. "Bacaan Yura sudah bagus, makhraj iqlab, idgham, izhar dan gunnah hampir benar semua. Untuk hari ini cukup dulu, nanti kita akan belajar lebih banyak lagi!" ujar Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Selain mengaji Yura juga diajarkan salat duha dan salat sunah lainnya. Kalau semua sudah dilakukan barulah ia menambah wawasan dengan membaca buku-buku islam yang berada di kamar suaminya. Tentu saja Yura sudah mendapat izin dari Abidzar. "Ngaji sudah, baca buku juga sudah. Ngapain lagi ya?" tanya Yura sambil berpikir. "Lebih baik aku lihat Umi sedang apa," ujarnya sambil ke luar kamar. Yura meli

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7b. Target

    "Aku mau periksa pintu sudah dikunci atau belum, soalnya mau tidur!" jawab Yura terdengar masuk akal. "Ya sudah tidur saja duluan, biar nanti aku yang kunci!" seru Abidzar yang dijawab anggukan oleh Yura. Yura segera masuk ke kamar dan mencoba untuk tidur, tetapi gagal. Ia terus teringat dengan percakapan Abidzar tadi. "Kenapa aku jadi mikirin ya, itu sudah tugasnya. Lagipula sudah lama bekerja di sana," batin Yura yang entah mengapa tiba-tiba jadi resah. Tidak lama kemudian Abidzar datang dan melihat Yura tengah tidur miring menghadap tembok. Ia kemudian merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Entah mengapa hatinya belakangan ini merasa gelisah. Seolah memberi tanda akan terjadi sesuatu. Ketika baru saja terpejam, Abidzar tiba-tiba terjaga. Ia tampak terkejut ketika tidak melihat Yura di sisinya. Dengan perlahan turun dari ranjang dan mencari istrinya itu. Abidzar melihat seseorang berpakaian ninja berada di kamar ibunya. "Yura, Umi?" panggil Abidzar sambil menghampiri.

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 7. Pengakuan

    Keesokan harinya azan isya berkumandang syahdu, orang-orang muslim mulai berdatangan ke mesjid untuk melaksanakan salat taraweh. Untuk pertama kalinya Yura akan melaksanakan puasa di bulan ramadhan yang suci ini, bersama ibu mertua dan suaminya. Dari balik cadar yang menutupi wajahnya, Yura berkali-kali mengucap syukur, atas nikmat dan karunia Allah yang didapatkannya sekarang. Sungguh ia tidak pernah membayangkan bisa memiliki keluarga yang menyanyanginya dengan tulus. Setelah salat isya dan mendengarkan ceramah, Pak Ustad mulai mengucapkan takbir untuk mengimami para jamaah melaksanakan salat tarawih pada hari pertama. Tentu saja Yura sudah hafal dengan bacaan dan gerakannya. Gadis itu tampak fokus melakukannya sampai tidak terasa sudah sebelas rakaat. "Kenapa kamu menangis, Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat mata Yura berkaca-kaca. Yura langsung memeluk ibu mertuanya seraya berkata, "Yura bahagia Umi, hati ini rasanya tenang sekali." "Alhamdulillah, kalau kita mau sela

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6b. Hijrahnya Seorang Pendosa

    Malam mulai merambat jauh ketika Yura menelisik ruang tamu dan keluarga dengan saksama. Mencari petunjuk yang terlewatkan, tetapi semua tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau suaminya itu seorang agen intelijen. Terlihat ketakutan yang semakin besar dari sorot matanya yang tajam. Ia merasa pernikahannya seperti bom waktu. Di mana suatu saat bisa menghancurkan segala mimpi, harapan dan tujuan hidupnya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Yura tidak mungkin mengakhiri pernikahannya begitu saja. Lagipula ia tidak mau kehilangan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatkannya dari kecil. "Kamu mencari apa Nak?" tanya Umi Hafsah ketika melihat Yura tampak bergeming. Yura tampak terkejut karena mengira ibu mertuanya sudah tidur. "Nggak apa-apa Umi, aku cuma heran kenapa tidak ada foto keluarga di rumah ini," jawab Yura yang tiba-tiba membuat Umi Hafsah langsung terdiam. Wanita paruh baya itu tampak menghela nafas panjang. Setelah beberapa saat terdiam, ia kemudian

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 6. Siapa orang itu?

    Setelah mengantarkan Umi Hafsah pulang, Yura minta izin pergi ke mal untuk membeli barang pribadinya yang tidak ada di pasar. Akan tetapi, ia pergi ke salah satu apartemen elite yang berada di selatan Jakarta. "Akhirnya kamu datang juga," ujar wanita cantik dan seksi setelah membukakan pintu, kalau dilihat dari penampilannya seperti sosialita kalangan atas. "Waktuku tidak banyak cepat ceritakan!" seru Yura sambil duduk di sofa. Tanpa membuang waktu lagi, wanita seksi itu memberitahu informasi yang didapatkannya. Sementara itu Yura mendengarkan dengan saksama. "Orang ini yang namanya Baskoro, sepertinya dia memiliki banyak informasi yang kamu butuhkan. Tapi aku tidak tahu di mana dia sekarang berada," ujar wanita itu sambil memberikan selembar foto kepada Yura. "Pencarian ini semakin rumit saja," ujar Yura memberikan tanggapan. "Aku hanya bisa membantu sampai di sini saja, kalau mau lebih jelasnya kamu harus mencari tahu sendiri!" ujar wanita itu sambil menyarankan.

  • RAHASIA ISTRI BERCADARKU   Bab 5. Jujur

    "Salah satu teman Yura mau ketemu Umi, tapi aku bilang nggak bisa," jawab Yura tidak sepenuhnya jujur. Mendengar itu Umi Hafsah bertanya, "Kenapa nggak bisa?" "Karena aku sudah menikah Umi," jawab Yura yang merasa sudah tidak sebebas dulu lagi. "Kalau kamu mau ketemu teman ya boleh. Tapi bilang dulu sama suamimu, kalau nggak teman kamu suruh main ke sini saja!" sahut Umi Hafsah Mendengar itu Yura terlihat senang sekali dan bertanya, "Yang benar Umi, teman aku boleh main ke sini?" "Boleh dong, ini kan rumah Yura juga," sahut Umi Hafsah yang sudah menganggap Yura seperti putri kandungnya sendiri. "Ya sudah, mandi sana sebentar lagi magrib!" serunya kemudian. Malam pun tiba, sehabis salat magrib anak-anak mulai berdatangan ke rumah Umi Hafsah untuk belajar ngaji. Sementara itu Yura juga sedang diajari oleh Abidzar di dalam kamar. Pria bertubuh kekar itu tampak memperhatikan Yura dengan saksama. "Bagaimana Kak, sudah benar belum bacaan aku?" tanya Yura sambil menatap Abidzar. "Kak,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status