Home / Pernikahan / Istri Buruk Rupa / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Istri Buruk Rupa: Chapter 111 - Chapter 120

172 Chapters

BAB 111 Hanung Harus Melepaskan

Hanung Harus MelepaskanEvan terlihat menerima panggilan telephone dari Lisa.“Adam, Adam makan sendiri ya, uncle angkat telephone sebentar,” ucap Evan pada Adam yang terlihat begitu lahap menikmati makanannya.“Iya uncle,” ucap Adam seraya mengangguk.Evan terlihat sedikit menjauh dari meja makan, lalu menerima panggilan telephone dari Lisa.“Halo Lisa,” ucap Evan setelah menekan terima pada ponselnya.“Pak Evan, pak Evan, bu Hesti,” ucap Lisa gugup.“Lisa ada apa? coba tenang dulu, ambil nafas dulu, katakan ada apa?” tanya Evan.“Pak Evan, bu Hesti pingsan,” ucap Lisa.“Apa? bagaimana bisa” tanya Evan.“Sa-saya tidak tahu,” ucap Lisa yang terdengar gugup.“Ya sudah, saya segera ke sana,” ucap Evan.“Iya pak Evan,” ucap Lisa.Setelah menutup panggilan telephone, Evan segera mendekat ke arah Adam.“Adam, sudah selesai makannya?” tanya Evan yang melihat piring Adam sudah mulai kosong. Adam begitu lahap memakan tumis udang dan nasi putih, bahkan piringnya sudah hampir kosong.“Sudah un
Read more

BAB 112 Keputusan Hanung

Keputusan Hanung“Masuklah ke dalam, jangan menambah masalah,” ucap Hanung yang terlihat mendorong Tania masuk ke dalam kamar hotel.“Au, sakit Hanung, jangan kasar begitu,” ucap Tania ketika mendapati tubuhnya didorong oleh Hanung.Hanung seolah tidak peduli dengan keluhan Tania, dia terlihat begitu kesal. Duduk di atas tempat tidur, mencengkram kepalanya, menandakan dia benar benar sedang memiliki masalah yang luar biasa.Tania menghela nafas panjang, dia berusaha meredam emosinya, dia tahu Hanung sedang tidak baik baik saja, dia tidak boleh menambah masalah, dia harus tenang jika tidak ingin semuanya menjadi berantakan.“Apa kamu sedih karena istrimu mengatakan itu? perpisahan,” ucap Tania yang berusaha menenangkan kekalutan Hanung. Tania duduk di samping Hanung, mengelus pundaknya, berusaha memberi kekuatan.“Aku tahu, kamu pasti sedih, tapi bagaimana lagi, anggap saja ini sudah jalannya,” ucap Tania.“Apa kamu bilang? tidak semudah itu. Bagaimana dengan anak anakku, dengan orang
Read more

BAB 113 Mertua Juga Cobaan

Mertua Juga CobaanHesti dan Hanung sudah ada di rumah, sebentar lagi ibu Suseno yang merupakan ibu mertua Hesti akan datang berkunjung, memberikan kado untuk cucunya juga melepas rindu.Hubungan Hesti dan Hanung benar benar tidak lagi bisa dipertahankan, mereka tidak bicara sedikitpun, tidak ada perbincangan walau hanya sekedar berpura pura. Mereka sudah sepakat untuk bercerai.Hesti menyiapkan sajian yang cukup istimewa untuk ibu dan ayah mertuanya , walaupun dia tahu, mungkin ini adalah sajian terakhir yang dia siapkan sebagai seorang menantu.Hanung seolah bersembunyi, di dalam kamar anak anaknya, menemani anak anaknya bermain tanpa ingin melihat ibunya.“Tok, tok, tok,” suara pintu diketuk. Hesti yang sedang menata makanan di meja terlihat menghentikan gerakan tangannya. Hesti menarik nafas panjang, melepas celemek merah yang dia pakai lalu beranjak membuka pintu.“I-ibu,” ucap Hesti yang kemudian meraih tangan ibu mertuanya itu, mencium tangan itu dengan begitu tulus.“Silahkan
Read more

BAB 114 Mertua Juga Cobaan Part 2

Mertua Juga Cobaan Part 2Hesti meletakkan dua kado besar itu di atas meja ruang tamu, lalu dia terlihat menghela nafas panjang.“Hesti, letakkan itu di kursi, meja itu di atasnya ada kaca, nanti bisa pecah, bagaimana kamu ini,” ucap bu Suseno yang terlihat berdiri di ruang tengah, hendak menuju ke meja makan.“I-iya bu,” ucap Hesti yang kemudian segera mengangkat dua kado itu dan meletakkannya di kursi.Bu Suseno terdengar begitu tegas, kehidupan Hesti selama hampir tujuh tahun tinggal satu atap dengan mertuanya mungkin juga tidak baik baik saja. Mertua perfeksionis, setiap sisi selalu sempurna, memang rumah akan selalu rapi dan indah, namun ada hati yang tertekan di dalamnya.Bu Suseno terlihat duduk di kursi makan.“Biar Bintang saya gendong bu,” ucap Hanung yang kemudian menggendong Bintang.“Apa yang istrimu masak?” tanya bu Suseno yang kemudian membuka tudung saji. Disana ada garang asem gentong yang merupakan makanan kesukaan Hanung, putranya. Ada tempe dan tahu goreng, juga tu
Read more

BAB 115 Hanung Meninggalkan Rumah

Hanung Meninggalkan RumahHesti dan Hanung duduk di depan bu Suseno. Hesti terlihat menggendong Bintang yang sedang asik bermain dengan boneka popeye kesukaannya, boneka yang dia dapat sewaktu merayakan ulang tahun, pemberian salah seorang tamu.“Apa yang ingin kalian katakan? sepertinya sangat penting,” ucap bu Suseno.“Se-sebenarnya,” ucap Hanung terhenti.“Ada apa? apa kalian akan memiliki bayi lagi? Mentang mentang naik jabatan, kalian merasa siap mengurus tiga anak,” ucap bu Suseno dengan pemikirannya sendiri.“Bu-bukan itu bu,” ucap Hanung.“Lalu apa yang ingin kalian bicarakan? Seperti ada yang serius saja,” ucap bu Suseno.“Se-sebenarnya kita memutuskan untuk, untuk,” ucap Hanung kembali terhenti. Bu Suseno terlihat mengarahkan matanya dengan serius, siap mendengarkan apa yang akan Hanung katakan.“Kami memutuskan untuk bercerai,” ucap Hesti mengambil alih.“Apa!” teriak bu Suseno yang membuat Bintang melepaskan bonekanya, lalu menangis karena boneka itu terjatuh.“Cup cup say
Read more

BAB 116 Berjuang Sendiri Dalam Kelegaan

Berjuang Sendiri Dalam KelegaanHesti berusaha tetap tegar, menghadapi segala kerumitan dalam hidupnya. Dia sudah berada dalam level menerima dengan segala kondisi. Apapun yang terjadi, apapun yang harus dihadapi dia sudah siap.Hesti fokus dengan anak anaknya, juga pekerjaan yang mulai menjadi penyalur luka. Dia berusaha menutupi lukanya, dengan bekerja dengan sebaik mungkin, karena dia tahu, dia tidak mungkin bisa melupakan atau menghapus luka itu.Hesti menyiapkan sidang perceraian bu Anna, juga perceraiannya. Dia harus profesional, sebaik mungkin, menyelesaikan kasus yang sudah diambilnya.“Bu Anna, semua berkas sudah beres, sidang perceraian bu Anna akan dilaksanakan minggu depan, ini salinan berkasnya, di dalam sudah ada catatan jadwal pelaksanaan sidangnya,” ucap Hesti seraya menyerahkan amplop besar berwarna coklat. Hesti, bu Anna dan bu Rt terlihat sedang berada di rumah bu Anna.“Apa bu Anna benar benar sudah yakin dengan keputusan yang bu Anna ambil? Hanya bercerai tanpa in
Read more

BAB 117 Dilema KDRT Kadang Sendiri Lebih Baik

Dilema KDRT Kadang Sendiri Lebih BaikBu Anna terlihat mengusap wajahnya, sebagai tanda syukur yang luar biasa. Dia berada di dalam ruang sidang, sidang perceraiannya dengan sang suami yang merupakan pelaku KDRT.“Selamat bu Anna, akhirnya bu Anna memenangkan hak asuh anak,” ucap bu RT.“Suami bu Anna tidak memberikan komentar apapun, dia menerima dengan baik,” lanjut bu RT.“Ini semua karena bu Hesti bu, bu Hesti berjuang keras,” ucap bu Anna.“Iya, bu Anna akan mulai membuka lembaran baru, semoga mulai sekarang semuanya baik baik saja,” ucap bu RT yang kemudian memeluk bu Anna.Hesti terlihat mengulaskan senyum, dia masih dalam balutan pakaian kebesaran berwarna hitam. Dia benar benar terlihat bersinar, kemampuannya memang belum redut, dia membuktikannya hari ini.Hesti terlihat sudah ada di kantornya, dia menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum janji ketemu dengan bu Anna dan bu RT.“Selamat,” ucap Evan.“Terimakasih, semua ini juga karena dukunganmu,” ucap Hesti.“Kamu yang berus
Read more

BAB 118 Terlambat Mengerti

Terlambat MengertiHanung selesai mandi, dia mendapati Tania masih terlelap dalam tidur.“Kamu tidak ingin bangun? Ini sudah jam enam,” ucap Hanung seraya menggosok rambutnya yang basah dengan handuk berwarna putih bersih.“Ah, aku masih ngantuk, ini hari minggu, biarkan aku tidur lebih lama,” ucap Tania dengan mata yang masih terpejam.“Walaupun hari minggu, kamu tetap harus bangun pagi, mandi dan menyiapkan makan pagi,” ucap Hanung.“Belilah di luar,” ucap Tania yang kemudian membalikkan tubuh dan memeluk guling. Dia melanjutkan tidurnya tanpa mempedulikan Hanung.Hanung hanya bisa menghela nafas panjang, mungkin Tania memang lelah, dia berusaha untuk memaklumi itu.“Baiklah, aku akan lari pagi,”” ucap Hanung.“Ya, pergilah, bersenang senanglah,” ucap Tania lirih, masih dengan mata tertutup.Hanung bersiap untuk lari pagi, dia memakai setelan baju olahraga berwarna putih dengan garis hitam di bagian samping.Di taman Lavender, terlihat Hesti dan kedua putranya duduk di taman, berala
Read more

BAN 119 Lembaran Baru

Lembaran BaruHesti dan Hanung keluar dari gedung pengadilan agama. Mereka sama sama menghela nafas panjang, ada kelegaan di mata Hesti juga Hanung, bedanya Hanung seperti menyimpan sesuatu yang mendalam di hatinya.Perceraian ini memang butuh waktu cukup lama, tidak semudah yang dibayangkan, hingga akhirnya terbit kertas merah yang menandakan bahwa mereka sah bercerai menurut agama dan negara.Hanung melihat Hesti, mengamati dengan seksama. Setelah enam bulan berpisah, Hesti terlihat lebih cantik, wajahnya bersih, riasannya alami namun seperti polesan profesional. Postur tubuhnya juga lebih ideal, sepertinya dia sukses menurunkan berat badan, entah sengaja menurunkan berat badan atau karena begitu banyaknya masalah yang dia alami, menggerogoti hati juga berat badannya.Sebagai pengacara, diapun harus memperhatikan penampilan, pakaian yang dipakai, apapun yang terlihat dari dirinya sebagai visual pertama yang orang tangkap ketika melihatnya.Hesti menoleh ke arah Hanung, seketika Hanu
Read more

BAB 120 Kebahagiaan

KebahagiaanHesti terlihat sibuk menata beberapa makanan di atas meja.“Mamah, mau ada pesta?” tanya Adam.“Pesta? tidak Sayang, mamah hanya memasak untuk ayah uncle Evan,” ucap Hesti.“Ayah uncle Evan?” tanya Adam.“Iya, Adam bisa memanggilnya dengan, hmmm, kakek mungkin atau grandpa,” ucap Hesti seraya tersenyum. "Apa uncle Evan benar benar akan menjadi papah Adam? Adam senang sekali mamah, Adam sayang sekali sama uncle Evan," ucap Adam.Hesti membulatkan matanya, dia kaget dengan apa yang Adam katakan. Belum sempat dia menanyakan apa yang baru saja Adam katakan, tiba tiba terdengar suara bel bunyi, bel yang ada di depan pintu gerbang.“Adam, sepertinya ada tamu, apa mungkin uncle Evan sudah datang ya?” ucap Hesti.“Biar Adam lihat,” ucap Adam yang kemudian segera beranjak ke luar rumah.“Mamah ada kakek dan nenek,” teriak Adam. Hesti mengerutkan dahi, lalu berpikir sejenak.“Ayah dan ibu?” bisiknya. Hesti segera melepas apron yang di pakainya, lalu menyusul ke depan.“Ayah, ibu,”
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
18
DMCA.com Protection Status